Melepas Rindu

30 1 0
                                    

Waktu terasa berhenti berputar, dua pasang mata saling menatap dalam diam. Tak terasa air mata keduanya menetes. Dengan cepat Max  mendekat dan memeluk Tira. Ia menatap gadis mungil yang telah membuatnya hampir kehilangan dunianya.

Ia mengecup setiap inci wajah Tira, tak perduli tatapan orang pada mereka. Kini ia bisa melepaskan rasa sesak dan rindu yang seakan telah bertahun-tahun bersemayam didadanya.

"Sayang, ini benar kau kan? Kau Tira ku kan?" Max menatap Tira dan memeluknya kembali.

Tira memberanikan diri untuk membalas pelukan Max, sesungguhnya ia juga merindukan laki-laki yang selama ini terus mengganggu ketenangannya. Laki-laki yang telah mengambil sesuatu yang sangat berharga dalam hidupnya. Juga laki-laki yang mempunyai ikatan darah dengan janin yang ada dalam rahimnya.

Kedua nya menangis haru, saling melepas rindu. Max mengusap perut Tira dengan telapak tangannya. Ia menggendong Tira ala bridal style. Ia tak ingin Tira pergi lagi darinya. Tidak akan, ia tak akan membiarkan hal itu terjadi, lagi.

"Max, ini tempat umum, turunkan aku." Pinta Tira.

"Akan ku turunkan setelah dikamar sayang." Kata Max terus menatap kearah jalan.

Sesampainya dihotel, Tira melihat keadaan kamar Max. Sudah tidak seperti terakhir saat ia pergi hari itu.

"Max, ini buruk sekali." Kata Tira geli melihat suasana kamar Max.

"Biarkan nanti office boy yang membersihkannya."

Max duduk dipinggiran tempat tidur, ia meletakkan Tira diatas pangkuannya. Max memeluk Tira dari belakang dengan erat. Ia meletakkan dagunya diatas bahu Tira. Ya ,kali ini Tira yang asli yang ia peluk.

Max menggengam jemari Tira, mengendus-endus aroma Tira yang membuatnya segar kembali. Seolah sumber  kekuatannya telah kembali.

"Max kenapa kau jadi seperti ini, astaga." Tira mengusap dagu Max yang telah ramai dengan rambut halus.

"Kenapa kau kejam sekali, hukuman yang kau berikan sungguh berat." Kata Max

"Hukuman apa Max, aku tidak sedang menghukummu." Kilah Tira.

"Kau pergi, kenapa kau pergi meninggalkanku disini?"

"Kau bicara apa Max, siapa meninggalkan siapa?"

" Kau kemana saja, aku mencarimu kemana-mana." Max memperat pelukannya.

"Aku juga tidak kemana-mana."

Max memutar badan Tira menjadi menghadapnya. Ia menatap wajah mata Tira dalam-dalam.

" Katakan, kau tingga dimana sayang?"

"Dihotel yang sama denganmu." Tira tersenyum.

"WHATTT???"

"Hem.. aku ada dilantai dua puluh, disebelah kamarnya Richard Glew." Tira cekikikan menahan tawa.

"Maksudmu kau ada dihotel yang sama denganku, tapi aku tidak tahu itu?"

"Ya, kau kurang pintar Max. Bahkan Richard Glew jauh lebih pintar darimu."

"Richard Glew, aku akan memberikan pelajaran padamu." Gumam Max.

"Hei, kau tidak bisa dan tidak boleh menyalahkan dia."

"Huaaah...  Bahkan kau sekarang membela orang yang sudah menyembunyikanmu dariku?"

"Aku tidak membelanya, hanya saja memang aku yang meminta bantuan padanya. Dia sangat baik, aku sangat menyukainya."

"Apa kau bilang? Menyukainya? Sejak kapan?"

Ku Kira Kita Ternyata KalianWhere stories live. Discover now