8

467 53 1
                                    

Chaerin dibuat bingung melihat bungsu nya itu yang baru saja membuka pintu lalu merosot kebawah dengan wajah memerah, ia berjalan mendekat lalu berjongkok dihadapan si bungsu.

"Adek kenapa?"

"Uh...adek mau meledak bund"

"Hah? meledak gimana dek, ini kenapa lagi wajah kamu merah gini hm?" tanya chaerin dengan nada cemasnya, menangkup wajah manis bungsunya

"Bunda...kenapa sekarang debaran nya beda"

"Debaran apa adek? bunda gak ngerti"

"Ini jantung adek, k-kenapa beda sama debaran-debaran sebelumnya" ucap bintang menempelkan telapak tangan sang bunda pada dada nya

"Bunda ngerasain kan?"

Chaerin terdiam, merasakan debaran sang anak yang begitu kencang bertalu di dalam sana.

"Adek abis lari-larian tadi?"

"Iya, barusan adek lari" jawab bintang dengan anggukan pelan nya

"Ini mungkin karena kamu lari-lari barusan"

"Enggak bunda, debaran ini udah ada pas adek jatoh niban kak langit barusan" jujur bintang, membuat kerutan di dahi chaerin terlihat

"Kak langit? siapa dia?"

"Kakak kelas nya adek, temennya abang juga" jawab bintang

"Kamu dianter sama si langit-langit itu?" dan bintang mengangguk jujur

"Terus abang kemana?"

"Katanya ada urusan sama temen nya"

Chaerin memejamkan mata, lalu kembali menatap bungsu nya.

"Udah jangan dipikirin, itu cuma debaran karena adek lari-lari atau mungkin terkejut karena jatoh" ucap chaerin mengusap sayang surai bintang

Perlahan bintang mengangguk pelan, berpikir apa yang diucapkan sang bunda benar adanya. Dengan perlahan ia berdiri, lalu pamit pergi ke kamar.

Saat sampai kamar, bintang langsung merebahkan tubuhnya di kasur. Pikirannya melayang pada beberapa menit yang lalu,  dimana ia terjatuh diatas tubuh atletis seorang jungkook langit dirgantara.

"Apa bintang bener-bener jatuh cinta sama kak langit?" gumamnya, ia menyentuh dada nya yang masih saja berdebar apalagi kalau mengingat kejadian tadi.

"Tapi kan kata abang, kak langit masih cinta sama mantannya. Jadi bintang harus gimana dong?"

"Tau ah! bintang pusing" dengan cepat ia beranjak lalu masuk kamar mandi untuk membersihkan diri

Sedangkan disisi lain, langit tengah berdiri di balkon kamar rumahnya. Tangan kiri nya ia masukan kedalam saku celana, sedangkan di tangan kanan nya terselip satu batang rokok yang ia hisap santai.

"Ada apa sebenernya sama gue?"     gumamnya, lalu kembali menyesap rokok nya.

Ia berdiri disana semenjak pulang dari mengantar bintang, entah kenapa ia merasakan perasaan yang dulu pernah ia rasakan pada mantan kekasihnya.

"Tidak mungkin..." gumamnya mengelengkan kepala

"Masa gue suka sama bocil sih"

Langit menggeleng brutal, lalu mematikan rokoknya dan masuk kedalam kamar untuk mengistirahatkan diri.








Makan malam tiba, kini keluarga adiguna tengah berada di meja makan memakan makan makan malam mereka dengan tenang. Adiguna menyimpan sendok dan garpuh nya, lalu menatap kedua anak nya.

"Mungkin ini waktu yang gk tepat buat bicarain ini, tapi ayah harus pergi keluar negeri besok"

"H-hah? kok mendadak banget si?" ucap bintang, dengan wajah tak terima nya. Ia paling benci jika ayahnya keluar negeri, karena pasti akan membawa sang bunda juga untuk menemaninya.

"Maaf ya adek, ayah juga tiba-tiba dapat telpon nya beberapa jam yang lalu"

"Terus adek ditinggal lagi sama bi minah?" tanya gama

"Enggak, adek disini aja bareng kamu. Nanti biar bunda yang telpon bi minah suruh kesini" jelas chaerin yang diangguki gama

Sedangkan bintang hanya bisa terdiam, pasti rumahnya akan sepi karena ia tidak akan punya teman. Meskipun ada gama, pasti abangnya itu akan keluyuran main bersama teman-teman nya.

"Udah jangan sedih, nanti abang gaakan main ke luar. Abang bawa temen abang kesini aja, gimana hm?" tanya gama, seolah tahu apa yang difikirkan sang adik

"Beneran bang?"

"Heem, boleh kan yah?"

"Boleh, tapi jangan macem-macam dirumah" ucap adiguna, dan diacungi jempol oleh gama.

"Ngomong-ngomong, ayah berapa lama disana?" tanya bintang

"2 bulan mungkin"

"D-dua bulan?!! lama banget itumah ayah" kaget bintang, lalu mempoutkan bibirnya kesal

"Maaf dek, masalah disana katanya rumit. Makanya mereka suruh ayah kesana"

"Yaudah deh, yang penting oleh-oleh nya jangan lupa" ucap bintang, dan diangguki cepat oleh sang ayah

Mereka pun melanjutkan makan malam mereka dengan tenang, tanpa ada obrolan sedikitpun.






Bintang tidak bisa tidur, fiirannya terus saja berputar pada kejadian tadi sore saat ia tetjatuh diatas tubuh kakak kelasnya.

"Tidur bintang, tidur..." gumamnya, seraya memejamkan mata berusaha untuk tidur, tapi tidak bisa.

"Ih..kok gak tidur-tidur sih mata!" kesal nya, ia bangkit lalu keluar kamar dan masuk kedalam kamar sang abang.

Ceklek

"Loh adek? kenapa belum tidur hm?" tanya gama saat melihat sang adik membuka pintu kamarnya

"Adek gabisa tidur bang"

"Kenapa? ada yang ganggu fikiran adek ya?" terka gama, dan bintang mengangguk mengiyakan

"Apa, coba sini cerita sama abang"

"E-eum...kayaknya adek beneran suka sama kak langit bang"

Gama sukses melotot saat mendengar pernyataan sang adik, apa ia tidak salah dengar? adik manis nya itu menyukai si langit!

"A-adek kamu salah kali, emang nya kenapa bisa kamu nyimpulin kalo kamu suka sama si langit?"

"Jantung adek berdebar abang, kenceng banget kayak mau meledak gitu" jujur bintang, membuat gama menghela nafas pelan

"Abang gatau harus ngomong apa dek, tapi abang cuma mau ngingetin buat adek, jangan terlalu berharap pada langit. Kau tau sendiri kan ceritanya"

"Hm, adek tau bang" ucap bintang lesu

"yaudah jangan terlalu difikirin, sekarang ayo tidur"

Bintang menganguk, lalu berbaring memeluk sang abang dan memejamkan matanya...mengarungi mimpi.

'Kenapa harus langit sih dek? abang takut kalo kamu sakit hati nanti nya..' batin gama, lalu mengerarkan pelukannya dan terpejam mengikuti sang adik yang lebih dulu menyelami mimpi nya.












Hai manteman😺
Gimana?
Voment ya
Next Chap?
TBC.

MY UNIVERSE ( KOOKGA )✔Where stories live. Discover now