19

399 49 3
                                    

Dua motor besar terparkir sembarang di halaman rumah adiguna, gama turun lebih dulu...disusul langit yang langsung mengikutinya dari belakang memasuki rumah kakak seniornya itu.

Tepat saat mereka ingin menuju tangga, daniel muncul dari sana dengan wajah penuh luka dan juga bengkak karena lebam yang dihasilkan dari pukulan aksa tadi.

Gama tanpa babibu langsung melayangkan bogem mentah pada rahang daniel hingga membuatnya terkapar dengan luka baru yang muncul di sudut bibirnya, gama sungguh tak menyangka jika orang yang melecehkan adiknya adalah daniel...orang yang sebelumnya juga menyakiti adik manisnya.

"Bajingan! anjing lo bangsat! apa yang lo mau sebenernya anjing! kenapa lo nyakitin adek gue!!"

Bugh

Bugh

Bugh

Gama benar-benar tak memberikan daniel kesempatan untuk mengambil nafas, ia terus melayangkan pukulan pada wajah dan tubuh daniel hingga remaja itu benar--benar lemas sekarang.

Bugh

Bugh

"Kenapa harus adek gue!! kenapa anjing!!!" gama murka tepat di wajah daniel yang tengah terbatuk hebat, bahkan mengeluarkan darah sedikit.

"Apa salah adek gue sama lo bangsat! apa?!!"

Daniel tertawa kecil, lalu menatap gama dan langit bergantian "salah nya karena gak mau nerima gue, salah dia yang nolak gue!!"

Gama yang mendengar itu siap melayangkan bogem lagi, tapi urung saat tangannya di genggam langit.

"Minggir bang, ini giliran gue" rendah langit, lalu mengambil alih tempat gama. Dengan kencang sebelah tangan beruratnya mencengram baju daniel hingga remaja itu tercekik.

Bugh

Bugh

Bugh

"Anjing! kalo lo ditolak ya terima aja bangsat!!"

Bugh

Bugh

Bugh

"Lo emang pantes mati niel!!"

Bugh

Bugh

Bugh

Langit benar-benar mengerahkan seluruh kekuatannya menghajar daniel, ia marah...marah karena daniel kembali menyakiti si manis, hatinya sakit luar biasa saat mendengar bintang masuk rumah sakit karena pria bajingan didepannya ini.

"Pukulan terakhir, dan ucapan selamat tinggal dari gue niel"

BUGH!

Tubuh daniel langsung limbung dengan nafas yang mulai menipis, bahkan kini matanya memburam dan juga membayang, dan hanya hitungan menit...daniel akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya

Langit bersmirk, lalu melihat kepalan tangannya yang bernoda darah milik daniel...entah kenapa ia merasa bangga karena membuat daniel meregang nyawa di tangannya.

"Ngit..."

"Gausah khawatir bang, biar gue yang urus semuanya" ujar langit seolah tahu apa yang ingin dikatakan gama.

Gama hanya mengangguk, meski dalam hati gelisah karena takut ini akan berdampak buruk baginya dan juga langit, bagaimana jika mereka dipenjara karena membuat nyawa orang melayang, ah...pasti kedua orang tuanya akan kecewa.

"Mendingan lo balik kerumah sakit bang, biar gue yang urus bajingan ini"

"Tapi lang, gimana ka__

"Percaya sama gue bang" potong langit, dan gama mengangguk dengan helaan nafas panjang nya

"Yaudah, gue pergi dulu lang"

Langit hanya mengangguk, lalu membiarkan kakak seniornya itu pergi...sedangkan dirinya hanya memandangi daniel yang terbujur kaku disana.

"Niel niel, pendek banget nyawa lo" gumanya, lalu merogoh saku guna mengambil ponsel dan mendial nomor seseorang.






Sedangkan dirumah sakit, lebih tepatnya di dalam ruangan unit darurat...bintang telah sadar dan sekarang tengah menangis dipelukan aksa, sedangkan yang lain nya hanya diam memperhatikan keakraban mereka berdua.

Bumi yang melihat itu bangkit, lalu mendekat kearah sang adik.

"Sorry guys, gue lupa kenalin. Ini itu adek gue...yang selama ini tinggal di luar negeri bareng nyokap bokap"

Aksa yang diperkenalkan seperti itu langsung tersenyum kecil, lalu memandang mereka semua satu persatu.

"Hai, gue taehyung angkasa sagara...salam kenal"

Mereka semua tersenyum, lalu memperkenalkan diri mereka satu persatu.

"Oh iya sa, kenapa lo gak bilang kalo mau kesini? kan bisa dijemput abang dibandara"

"Pengen aja, lagian gue udah besar bang...udah bisa balik sendiri" ucap aksa sedikit kesal karena sang abang selalu saja memperlakukannya seperti anak kecil.

Bumi hanya tertawa kecil, lalu menanyai kabar orang tuanya...dan juga alasan kenapa sang adik pulang ke tanah kelahirannya.

"Jadi, Lo mau pindah sekolah disini?"

"Hm, daddy juga udah daftarin di sekolah" jawab aksa dengan tangan yang setia mengelusi punggung si manis yang sekarang sudah tak menangis lagi, dan terdiam mendengarkan obrolan mereka

"Wah, kayaknya kita punya temen baru nih" seru kiming, dan diangguki jongin

"Semoga aja lo dikelas kita ya sa" timpal lintang, dan aksa hanya mengangguk dengan senyum kecilnya. Ia senang, ternyata teman-teman abang nya sangatlah welcome terhadap dirinya, dan semoga saja ia bisa sekelas dengan mereka.

Mereka kembali mengobrol ringan, sesekali candaan disematkan yang membuat ruangan itu dipenuhi tawa, termasuk bintang yang tertawa kecil...remaja manis itu senang karena semua orang ada disisi nya ketika ia sedang dalam musibah seperti ini. Tapi, sang abang dan juga langit tak ada disana...entah kemana mereka berdua itu.

Ceklek

"Adek..."

Dengan cepat gama berjalan mendekat, lalu merengkuh tubuh sang adik erat...mengumamkan kata maaf beberapa kali karena tidak bisa menjaganya dengan baik.

"Maafin abang dek, abang gak becus jagain kamu.." lirih gama

"Ini bukan salah abang, udah jangan nyalahin diri abang...nanti adek sedih"

Gama hanya tersenyum kecil, mendengar penuturan polos sang adik lalu mengecupi pucuk kepala bintang sayang.

"Langit dimana bang?" tanya juna, saat tak melihat langit disana

"Ada, ngurusin sesuatu dulu"

Juna mengangguk mengerti dengan apa yang dimaksud 'sesuatu', lalu kembali mengobrol dengan yang lain. Sedangkan bintang hanya terdiam dipelukan sang abang sambil memikirkan ucapan gama barusan

'Sesuatu apa?'







Langit ngeri beud
Pendek ya guys
Gpp lah gpp
Gimana?
Voment ya
Next Chap?
TBC.

MY UNIVERSE ( KOOKGA )✔Where stories live. Discover now