12

432 53 4
                                    

Bintang dengan sabar menungu langit membuka matanya, dengan telaten mengusap keringat yang muncul dipelipis remaja dominan itu lembut. Hujan diluar sana masih lebat, bahkan sang abang juga belum pulang dari sekolah...mungkin menunggu hujan nya reda.

Bintang melamun, mengingat kejadian beberapa jam yang lalu dimana tubuh langit begitu hebat nya bergetar, dengan nafas memburu...dan itu bermula saat turunnya hujan.

"Apa kak langit takut hujan?" gumamnya, menatap lembut pada wajah damai sang kakak kelas.

Perlahan ia bangkit lalu berlari ke kamar miliknya untuk mengambil headphone untuk ia pakaikan pada langit.

Dengan perlahan bintang memakaikan headphone miliknya pada telinga langit, lalu menyalakan musik menenangkan agar remaja dominan itu tak takut jika tiba-tiba terbangun.

"Ini lagu favoritnya bintang kak, kalo bintang gak bisa tidur...pasti bintang bakal dengerin lagu ini" ucapnya seraya memegang kotak besi yang berisi lagu-lagu dengan tombol ditengahnya.

"Semoga kak langit juga suka ya"

Tepat setelah mengatakan itu, mata yang tadi nya tertutup kini terbuka perlahan menampilkan manik hitam sewarna arang yang sekarang tak setajam sebelumnya...kini, mata itu begitu sayu bergetar

"Kakak? kak langit gakpapa kan?" tanya bintang

Langit melirik pada jendela, hujan masih deras tapi kenapa tak ada teriakan melengking ditelinganya? yang ada kini adalah suara menenangkan dari senandungan.

Ia menyentuh telinganya, keningnya berkerut kala ia merasakan sesuatu menutupi telinganya, ia menoleh pada bintang meminta penjelasan

"Uh..maaf kak, bintang sengaja pasang itu biar kak langit tenang dan gak denger lagi suara hujan"

Langit terdiam, membiarkan alat itu menempel ditelinganya.

"K-kak langit tunggu disini dulu ya, bintang mau bikin minuman hangat dulu buat kakak"

"Gausah kemana-mana, temenin gue disini" lirih langit menghentikan langkah bintang

"Tapi kak, bin__

"Gue mohon bin.." potong langit menatap penuh harap pada remaja manis itu, dan tentu saja bintang tidak tega dan kembali duduk di sisian ranjang

Langit dengan perlahan mendudukkan dirinya, dan saat itu juga mata tajam nya membulat karena baju nya sudah berganti.

"Maaf lagi kakak, tadi bintang lancang gantiin baju kak langit. Bintang cuma takut nanti kak langit demam"

"Hm"

"Kakak gak marah?"

"Buat apa gue marah, jika itu buat kesehatan gue" jawab langit, sukses membuat bintang tersenyum lega

"Bintang?"

"Iya kak..."

"Lo bisa peluk gue?" pinta langit, dan bintang hanya terdiam tak percaya...tapi tak lama anggukan cepat ia berikan pada remaja dominan itu

Bintang mendekat, lalu memeluk tubuh besar langit erat...begitu pun langit yang tak kalah erat memeluk tubuh mungil itu, merasakan rasa hangat yang menjalar dan baru pertama kalinya ia rasakan.

Dengan perlahan langit melepas headphone nya, membiarkan suara hujan masuk rungunya beserta teriakan melengking yang menghantam gendang telinganya

"Kak? kakak gakpapa kan?" cemas bintang saat merasakan tubuh langit mulai gemetar.

"Kak? kenapa headphone nya dilepas?!" kaget bintang saat menyadari jika langit tidak memakai alat musik pemberiannya tadi

Langit mengeratkan pelukannya, dengan nafas yang mulai tak beraturan diceruk leher bintang

"Kak...tenangin diri kakak, jangan takut, bintang disini...bintang selalu ada buat kak langit" lembut bintang berbisik dengan tangan putih nya mengelus punggung lebar pria dewasa itu sayang.

"Ayo atur nafas kak, jangan gini...bintang takut"

Bintang berusaha sebisa mungkin untuk menenangkan langit dari trauma hujan nya, bisikan lembut dengan kalimat menenangkan terus ia gumamkan pada telinga langit, tangan putihnya tak pernah pegal terus mengelusi punggung bergetar itu perlahan sampai langit merasa tenang.

Dengan perlahan bintang melepas pelukannya, lalu menangkup rahang tegas langit lembut

"Kakak jangan takut, ada bintang disini hm..."

Chup

Chup

Bintang mengecup lembut mata langit, yang membuat remaja dominan itu terdiam dengan debaran tak karuan. Sedangkan si manis hanya tersenyum lembut disana, ia juga tidak tahu kenapa melakukan hal itu...yang jelas cara itu adalah cara paling ampuh untuk menenangkan seseorang...bunda nya yang bilang.

"Kakak sekarang pake lagi headphone nya?"

Langit mengangguk, membiarkan si mungil memakaikan benda berwarna hitam itu pada telinganya.

"Ayo, kita kedapur kak"

Bintang dengan lembut menarik tangan berurat langit untuk keluar kamar, ia akan mengajak remaja dominan itu untuk membuat coklat panas.

"Kakak duduk disini ya, bintang mau bikin coklat panas buat kak langit"

"Biar gue bantu, nanti tangan lo kena air panas" ujar langit lalu berdiri disamping si mungil, yang sekarang bertambah mungil.

"E-eum...bintang ambil coklat bubuk nya dulu"

Dengan cepat si manis berjalan pada lemari pendingin, lalu mengambil susu coklat bubuk dalam box disana. Tangan putihnya menuangkan dua sendok bubuk coklat itu pada gelas yang sudah ia siapkan tadi.

"Awas, biar gue yang nuang air panasnya"

Si manis mengangguk, membiarkan langit mengisi gelas mereka dengan air panas. Mereka mengaduk dengan tenang sampai..

"Akh!"

"Lo gakapapa? mana yang sakit? ayo bilang?" langit berucap cepat dengan nada khawatir memegang tangan bintang

"B-bintang gakpapa kak, cuma keciprat dikit"

"Lain kali hati-hati, liat tangan lo jadi merah gini" dengan lembut langit meniup jemari bintang yang terkena cipratan air panas, sedangkan bintang sedang terdiam dengan pipi memerah malu.

"U-udah gakpapa kak, makasih..."

"Yakin?"

"Huum!"

Langit mengangguk, lalu kembali fokus pada coklat panasnya.

"Bang gama belum pulang?"

"Belum, kayaknya nanti kalo udah ujan nya reda"

"Orang tua lo?"

"Ah...bunda sama ayah lagi keluar negeri, ada masalah dengan kantor disana katanya" jawab bintang setelah menyeruput kecil coklat panasnya.

Langit mengangguk mengerti, lalu memfokuskan dirinya pada tontonan yang ditonton di ruang santai keluarga adiguna, seraya menunggu hujan reda agar ia bisa pulang.










Halloha
Kembali lagi dengan cerita absurd ini
Voment ya
Next Chap?
TBC.

MY UNIVERSE ( KOOKGA )✔Where stories live. Discover now