68

180 27 1
                                    

Senyum nya tak luntur setelah mengantar langit ke depan gerbang, ia sangat senang karena rasa rindunya terobati. Bintang berjalan santai menaiki tangga karena ia berniat ingin tidur, tapi saat di pertengahan anak tangga langkah nya terhenti saat sang ayah berdiri di hadapannya.

"Ada yang seneng banget kayaknya?"

Si manis tersenyum lebar, dan mengangguk semangat "Hehe iya"

"Adek?"

"Hm?"

"Kenapa kamu minta ciuman kayak tadi? kamu tau kan ayah gak suka, itu harus dilakukan pas kamu udah nikah sayang" ucap adiguna, yang membuat si manis mengerucutkan bibirnya

"Yaudah, kalo gitu nikahin aja adek sama kak langit. Gampang kan?"

"Astaga adek" tegur adiguna yang membuat si manis tersenyum karena merasa lucu dengan ekspresi sang ayah.

Tapi senyumnya perlahan pudar saat melihat mata sang ayah sedikit merah dan bengkak, ada apa dengan ayahnya ini? apa pria paruh baya itu habis menangis?

"Ayah kenapa? apa ayah nangis?" tanya bintang, menatap khawatir pada adiguna yang tersenyum kecil

"Ayah gak apa-apa, udah sana tidur. Ini udah malem dek"

"T-tapi kenapa mata ayah merah sama bengkak kayak gitu?"

"I-ini cuma sakit mata aja adek, udah jangan kamu fikirin...sekarang kamu pergi tidur aja ok? ayah gak mau kamu tidur terlalu malem, gak baik buat kesehatan kamu"  ucap adiguna sedikit bumbu-bumbu kebohongan

Bintang memeluk sang ayah sebentar, lalu mencium pipi nya pelan "Yaudah, adek pergi tidur dulu. Selamat malem ayah"

"Hm, malem sayang. Tidur yang nyenyak hm"

Bintang mengangguk, lalu pergi dari sana setelah merasakan kecupan hangat di kening dari sang ayah. Sedangkan adiguna hanya tersenyum lembut lalu ke bawah untuk mengambil minuman segar di dapur. 


Seperti biasa, langit pagi-pagi sekali sudah duduk anteng di kursi berhadapan dengan laptop yang menyala menampilkan grafik saham dari tahun ke tahun. Ia dengan fokus memperhatikan setiap grafik yang turun dan naik, lalu menuliskan setiap laporannya.

Ceklek!

Langit menoleh, dan langsung berdiri membungkuk saat melihat adiguna berjalan masuk dengan membawa tas kerjanya.

"Pagi banget kamu kesini lang?"

"I-iya om, sengaja"

Adiguna hanya mengangguk pelan, lalu mulai membuka berkas-berkasnya.

"Buatin saya kopi"

"Iya om" sopan langit, lalu pergi keluar untuk menuju pantry guna membuat kopi

Tak butuh waktu lama, karena remaja itu sudah ahli dalam membuat kopi jadi dalam 5 menit langit sudah kembali dengan nampan kecil yang diatasnya ada satu gelas kopi

"Kopinya mau simpan dimana om?" tanya langit

"Disini aja"

Langit mengangguk, menyimpan nampan kecil itu di meja sebelah kiri pria paruh baya itu

"Mana laporan kamu? saya mau periksa"

"Oh sebentar om, aku ambil dulu" ucap langit, berjalan tergesa untuk mengambil berkas laporan miliknya

"Ini om" 

Adiguna menerima berkas itu, lalu membuka setiap lembar demi lembar. Mata tajamnya  meneliti setiap huruf dan angka yang ditulis langit disana.

MY UNIVERSE ( KOOKGA )✔Where stories live. Discover now