29

329 46 7
                                    

Semuanya hanya diam, apalagi bintang yang entah harus bereaksi apa saat melihat langit menggandeng seorang wanita ke ruangannya. Ingin sebenarnya ia bertanya tentang siapa wanita itu, tapi terlalu takut jadi biarkan lah remaja dominan itu yang bicara..

"Bintang?"

"Iya kak..."

"Maafin gue ya, kemaren gue lupa...sampe bikin lo sakit kayak gini" langit membuka suaranya dengan nada sesal, dan bintang hanya tersenyum menanggapinya

"Gakpapa kak, ini bukan karena kakak, tubuh bintang nya aja yang manja, hehe..."

Langit tersenyum kecil mendengarnya, lalu menoleh pada sang kekasih yang diam memandangi si manis

"Oh iya bin, kenalin...dia yeri bulan hangesti, pacar gue"

Deg.

Bintang, remaja manis itu terdiam tak percaya saat langit dengan santainya memperkenalkan wanita itu dengan senyum lebar yang selama ini tak pernah dia umbar-umbarkan pada siapapun bahkan pada teman-temannya, itu menandakan jika wanita yang berada di gandengannya adalah wanita yang sangat dicintai remaja dominan itu.

"A-ah...cantik ya kak, cocok banget sama kak langit" ucap si manis berusaha bicara dalam nada normalnya, padahal sebenarnya sekarang tenggorokan nya terasa sakit karena tercekat, ingin menangis.

"Hm, dia cinta pertama gue...dan gue cinta banget sama dia" ucapnya, sambil merangkul pinggang si wanita, dan bintang hanya tersenyum paksa disana.

Berbeda lagi dengan yang lain, mereka semua sudah mengepalkan tangannya menahan emosi, mereka sudah benar-benar geram dengan sikap remaja dominan itu. Apalagi gama yang inginnya menghajar si langit saat ini juga...tapi ia urungkan karena tidak mau sang adik sedih.

"Baby, ayo kenalan sama bintang.." ujar langit dalam nada lembut nya yang baru pertama kali ini bintang dengar, lagi dan lagi ia hanya menanggapinya dengan senyuman palsu.

"Iya ayy, eum...hai bintang, gue bulan"

Bintang terdiam sebentar saat melihat uluran tangan yang lebih tua, lalu dengan perlahan menyambutnya.

"Yoongi bintang adiguna" 

"Nama kamu bagus ya bin" ucap bulan, sedikit meremat tangan mungil si manis

"M-makasih, bunda yang kasih nama ini"

Bulan tersenyum miring saat melihat bola mata si manis bergetar, ia tambah rematannya sampai si mungil bergerak gelisah lalu melepaskannya.

"Ini, gue bawain buah jeruk. Kata langit lo suka buah ini" ucap bulan, sebenarnya ia tidak suka saat langit menyuruhnya membawa buah jeruk ini, bisa-bisanya pria itu tahu kesukaan si pendek ini.

"Wah, makasih banyak kak. Padahal gak usah repot-repot gini, cukup di jenguk aja bintang udah seneng kok"

"Kita gak repot kok bin, anggep aja buah jeruk ini ucapan maaf dari gue karena udah bikin lo sakit kaya gini, ya meskipun gak seberapa sih harganya" ucap langit

"Iya kak gakpapa"

"Eum, kalo gitu gue balik dulu ya. Sorry gak bisa lama-lama, kasihan pacar gue" ujar langit tersenyum lembut kearah bulan yang kini sudah memerah karena malu

"Eum, makasih udah jenguk kak. Dan, semoga kakak langgeng pacarannya"

Langit mengangguk, lalu pergi dari sana tanpa berpamitan pada yang lain.

Tepat setelah pintu tertutup, si manis membuang nafas panjang dengan menunduk mengigit bibirnya menahan tangis. Gama yang paham pun, segera mendekat memeluk adik manisnya itu erat.

MY UNIVERSE ( KOOKGA )✔Donde viven las historias. Descúbrelo ahora