11

420 54 3
                                    

Langit memelankan laju motornya, berusaha menenangkan diri yang entah kenapa bisa seperti itu. Ia menuduk, melihat sepasang lengan putih melingkar erat di perutnya, dapat ia rasakan juga seragamnya basah...dan sudah dipastikan jika remaja manis yang diboncengnya ini menangis.

"Berhenti nangis, cengeng banget lo jadi cowok!"

Bukannya minta maaf, langit malah memarahinya lagi. Si manis hanya bisa mengangguk pelan dengan segukan yang tersisa, ia sebisa mungkin menahan air matanya agar tak turun lagi...namun gagal.

Langit memberhentikan motornya di tempat isi bensin, lalu turun dan berbalik menatap yoongi yang menunduk mengigit bibirnya untuk menahan isak tangis.

"Udah gue bilang buat berenti nangis, apa lo tuli hah?!"

"Uh...b-bintang udah berenti nangis kakak, tapi tapi matanya jahat keluarin air terus" lirih bintang, meremat tangan nya sendiri untuk menyalurkan rasa takutnya

Langit mengangkat dagu bintang, hingga keduanya bersitatap...ia menatap si manis datar lalu menghapus air mata itu menggunakan tangan beruratnya kasar.

"Stop jangan nangis lagi!"

Bintang mengangguk pelan, lalu kembali menunduk karena takut dengan langit.

"Tunggu gue disini, gue ke kamar mandi sebentar" ucap langit, dan tanpa menunggu jawaban si manis, ia pergi dari sana untuk menyelesaikan hasrat buang air kecilnya sekaligus mencuci wajahnya agar lebih tenang.

Sedangkan bintang hanya bisa diam, memandangi orang-orang yang mengisi bahan bakar kendaraannya. Tapi tiba-tiba saja, mata kucingnya berbinar saat gerobak cilok melewatinya.

"Mang cilok! sini sini...bintang mau beli!" pekiknya, berhasil membuat tukang cilok itu berbalik dan memundurkan gerobaknya dan berhenti disamping motor langit.

"Mau beli berapa dek?" 

"Eum, lima ribu aja"

Tukang cilok itu mengangguk, lalu memasukan beberapa biji cilok pada plastik bening

"Bumbunya apa?"

"Kecap aja, kata abang...bintang gak boleh makan pedes nanti perutnya sakit"

Tukang cilok itu kembali mengangguk, lalu menuangkan kecap pada cilok pesanan si manis.

"Ini dek, 5 ribu ya.."

Bintang mengambil pesanan cilok nya, lalu merogok saku sergamnya untuk mengambil uang...tapi tidak ada disana. Mata nya membola saat baru menyadari jika uang jajan nya semua ada pada abangnya.

"Uh...bintang  gak punya uang, gimana dong mang? bintang lupa uangnya ada di abang gama semua" sedihnya

"Gimana sih dek, kalo mau beli itu periksa dulu uangnya" kesal si penjual cilok

"Maaf mang cilok, yaudah nih bintang kembaliin aja cilok nya"

"Gabisa gitu dong, itu udah dibumbuin mana bisa dijual lagi"

Bintang menunduk, takut pada si tukang cilok yang melotot garang padanya.

"Terus harus gimana?"

"Ya bayar lah!!"

"Berapa?"

Mereka berdua menoleh, dan mata bintang seketika membulat saat melihat langit sudah ada di sampingnya

"5 ribu"

Langit mengambil dompet, lalu mengeluarkan uang 10 ribu pada si tukang cilok "Kembalian nya ambil aja"

Setelah mengucapkan itu, langit menaiki motornya lalu menyalakan mesin motor dan melaju dari sana karena cuaca tiba-tiba mendung.

"Lain kali kalo gak punya uang, jangan berani beli apapun. Lo mau dihajar karena gak bisa bayar hah?" kesal langit sedikit berteriak agar si manis mendengar

"Hm, bintang minta maaf...nanti bintang ganti uang kakak" 

"Gausah!"

"Ih...tapi itukan hutang, harus dibayar bayar"

"Gue bilang gak usah ya gausah!"

Bintang diam, dengan bibir terpout lalu memakan cilok nya dengan kesal, ditambah takut keburu dingin nanti tidak enak.

Tepat saat langit menurunkan si manis, hujan dengan deras turun membasahi keduanya. Tubuh langit mulai gemetar dengan tangan beruratnya menutup kedua telinga erat saat suara melengking dari rem mobil terdengar begitu nyaringnya, teriakan orang-orang sekaligus teriakan dirinya dan orang tuanya terdengar begitu menggema di gendang  telinganya.

Ia terduduk degan nafas yang tak beraturan, teriakan itu terus menerus menghantam telinganya hingga  berdengung hebat.

Bintang yang melihat itu jelas saja kaget, si manis berjongkok lalu menepuk pundak langit tapi tak mendapat respon apapun

"Kak langit! kakak kenapa?"

Langit tak merespon, dan mencengkram kuat rambutnya saat ingatan demi ingatan kecelakaan beberapa tahun silam begitu jelas berputar dikepalanya.

Penglihatannya buram, berbayang dan berputar...rasa sesak sungguh membuatnya tersiksa, bahkan teriakan remaja manis disampingnya saja tidak terdengar sama sekali. Tidak...ia sudah tidak kuat menahannya lagi.

"Astaga kak langit!" kaget bintang saat tiba-tiba saja tubuh langit limbung padanya.

"Kak! kakak!" bintang menepuk pipi langit, tapi remaja dominan itu tak merespon apa-apa.

"Uh...gimana ini hiks..kakak! kak langit bangun!" bintang terus saja memanggil langit dengan menepuk pipi pucat itu sedikit keras tapi tak berhasil juga.

Dengan susah payah bintang bangun, lalu membopong langit untuk masuk kedalam mengabaikan keadaan mereka berdua yang basah kuyup.

"Uh...berat hiks.." gumamnya disela isak tangisnya.

Perlahan tapi pasti, akhirnya bintang sampai di kamar tamu. Ia membaringkan tubuh basah langit dikasur, lalu dengan perlahan membuka sepatu remaja dominan itu.

"Kakak tunggu disini sebentar ya, bintang mau ganti dulu baju"

Setelah mengatakan itu, si manis berjalan keluar kamar tamu dan bergegas menuju kamar miliknya untuk berganti baju karena takut demam. Setelah selesai, ia berbelok masuk ke kamar Gama...lalu membawa satu pasang baju untuk ia pakaian pada langit.

"Kak langit, maaf ya bintang harus gantiin baju kakak...takutnya nanti kak langit demam" bisik bintang berharap langit dapat mendengarnya.

Dengan telaten si manis membuka baju seragam langit, dan terpampanglah tubuh atletis yang sebelumnya pernah ia lihat di kamar mandi sekolah, seketika pipi nya memerah ketika mengingat kejadian itu.

"Fokus bintang...fokus"

Setelah selesai memasang baju kering pada tubuh langit, sekarang tangan bintang mengambang diatas...terlalu ragu untuk membuka celana langit. haruskah ia lakukan? pasti remaja tampan itu marah padanya nanti, tapi kalo demam bagaimana?

"Ah...bintang buka aja deh" 

Dengan berani, tangan putih itu melepaskan celana langit lalu menutup matanya saat melihat benda menggembung begitu besar di balik celana boxer langit. Bintang mengalihkan pandangannya saat ia mulai memasangkan celana gama pada kaki langit, dan setelah selesai dengan ketegangan itu...ia bernafas lega.

Bintang duduk di samping ranjang, memperhatikan langit yang terpejam dengan wajah sedikit pucat membuatnya khawatir, sebenarnya ada apa dengan kakak seniornya ini..

"Kak langit kenapa?" tanya bintang seraya mengusap rambut langit lembut

"Jangan sakit ya kak, bintang sedih liatnya...."

Chup

Setelah melayangkan kecupan sayang pada dahi langit, bintang menyelimuti tubuh tegap itu dengan selimut tebal agar hangat,  lalu setelahnya keluar dari kamar membiarkan langit istirahat dengan nyaman.










Haloha gengs
Gimana?
Voment ya
Next Chap?
TBC.

MY UNIVERSE ( KOOKGA )✔Where stories live. Discover now