60

255 33 6
                                    

Sudah tiga hari kelas 10 dan 11 melaksanakan ujian kenaikan kelas, dan selama tiga hari itu pula langit hanya bisa berdiri di koridor memandangi sang kekasih dari jauh, ia tak berani mendekat atau bahkan melempar senyum. Ia hanya takut jika ia melakukan itu, hubungannya dengan si manis akan semakin renggang.

Meskipun ini bisa disebut sebuah kesempatan karena tidak ada adiguna, tapi ia merasa ada banyak mata tajam yang mengawasi setiap gerak-geriknya.

"Aku kangen bin..." lirihnya, setelah itu berbalik kembali ke kelasnya.

Tak jauh berbeda dengan langit, si manis juga merasakan hal yang sama. Ia merindu pada sosok langit yang selalu menjaganya, tapi ia tidak bisa apa-apa, ia hanya bisa tersenyum sendu melihat punggung kokoh itu menjauh.

'Maafin bintang kak...'

Saat jam istirahat pun, bintang tidak pergi ke kantin. Si manis membawa bekal yang dibuat oleh sang bunda atas suruhan ayahnya.

"Wah, udah tiga hari kamu bawa makan dari rumah bin"

"Iya, ayah bilang biar sehat" ucap si manis, lalu mulai memakan nasinya. tak lupa juga ia tawari teman-temannya.

"Hari ini kan hari terakhir ujian, kamu mau gak ikut kita main"

"Eum...kayaknya enggak, bintang mau langsung pulang aja. Takut ayah marah soalnya"

"Yah, kamu mah gak asik. Ini terakhir kita ujian lho, masa cuma langsung pulang sih. Harusnya kamu seneng-seneng dulu, apa ya istilahnya....ah! self reward"

"Self reward?" bingung si manis dengan pipi menggembung sebab makanan yang sedang ia kunyah

"Iya, kayak...hadiah buat diri kita sendiri"

"Haruskah?" tanya bintang, dan pria dengan nametag jay itu mengangguk

"Kamu mau kan? soalnya anak kelas disini mau berangkat semua. Kamu gak usah khawatir, kita gak akan pulang malem kok"

Si manis diam sebentar, fikirannya berkecamuk. Haruskah ia ikut? apa sang ayah tidak akan marah? lagipula ia sangat penasaran akan main yang disebut jay.

"Eum...oke deh, bintang ikut"

"Beneran?" tanya jay sedikit tak percaya, dan tersenyum kala si manis mengangguk.

"Yaudah, nanti kamu naik motor bareng aku aja"

"Eum!"

"Yaudah lanjutin lagi makan nya, aku mau pergi ke kantin. Bye.."

Si manis mengangguk dengan senyum manisnya, lalu kembali fokus memakan makan siang nya agar habis.






Sesuai rencana, bintang akan ikut teman-temannya pergi main yang ia sendiri tidak tau kemana. Ia duduk dengan anteng di motor beat kepunyaan jay, menunggu yang lain nya siap.

"Janji ya gak akan lama-lama"

"Iya bin, tenang aja hm" ucap jay, mulai menyalakan mesin dan melaju dari sana dengan beberapa motor mengikutinya.

"Jay, pelan-pelan aja jalanin nya. Bintang takut" ucap si manis memeluk tubuh jay erat dengan mata terpejam

"Maaf bin, kita harus buru-buru"

Si mungil semakin mengeratkan pelukannya, dengan mata terpejam semakin dalam untuk mengurangi ketakutannya.

Sekitar 30 menit, mereka akhirnya sampai di tempat tujuan. Bintang membuka matanya perlahan, lalu turun dari motor jay. Matanya melirik sekitar, dengan raut bingung yang sangat kentara sekali terlihat.

"Ayo masuk"

"Kok gini sih tempatnya?"

"Emang menurut kamu gimana bin?" tanya jay, seraya menggiring si manis untuk masuk

"Kan kita mau main, kok kesini sih!"

"Iya emang disini tempat main nya, bintang" santai jay, lalu ikut duduk bersama teman-temannya di salah satu sofa yang sudah mereka sewa.

Si manis berjalan mendekat, dengan kedua telinga ia tutupi karena merasa berisik dengan musik yang begitu keras menggema. Ia sungguh tidak nyaman, apalagi mencium aroma tidak sedap menusuk indra penciumannya.

"Bintang mau pulang, disini gak suka" pinta si manis sedikit berteriak karena suara musik yang begitu keras

Mereka tersenyum, lalu jay mendekat dengan segelas kecil minuman berwarna ungu

"Seenggaknya rasain ini dulu bin, rasanya enak lho"

"Gak mau, bintang mau pulang. Disini berisik" tolak si manis dengan menggeleng brutal.

"Iya nanti aku anterin pulang, tapi minum ini dulu okey. Hargailah kita bin"

Bola mata bintang bergetar gugup, dengan perlahan mengambil gelas itu dan langsung ia tegak sekaligus karena ia ingin buru-buru pulang. Tapi ia menyesalinya, saat rasa panas membakar menjalar di tenggorokannya. Matanya berair, menatap jay yang tersenyum senang

"I-itu apa?"

"Ini wine, gimana enak kan?"

"Enggak! panas...pahit..gak enak" bintang terus memegangi lehernya, mencari air putih tapi tidak ada.

"Itu karena kamu gak biasa, manis"

"Minum, ugh...bintang mau minum air putih"

"Mau minum, nih minum ini. Aku yakin panas nya akan ilang" salah satu teman sekelasnya memberikan satu gelas air putih dan langsung diterima bintang tanpa basa-basi meminumnya.

"Argggghhh, s-sakit ...hiks...panas..jay..."

Jay tersenyum, begitupun yang lainnya melihat si manis yang mengerang setelah meminum vodka. Mereka hanya tertawa memperhatikan si manis yang bersandar di sofa dengan mata tertutup.

"Bin...kamu gak apa-apa?" tanya jay mendayu, di telinga si manis.

Bintang tak menjawab, ia pusing. penglihatannya pun sangatlah buram dan membayang.

"Bintang?"

Jay tersenyum penuh arti, lalu menoleh kearah teman-temannya dan mengangguk.

Dengan perlahan, ia menggendong si manis lalu membawanya kesebuah kamar yang terletak tak jauh dari mereka duduk.

"Nghh...kalian mau apa hic..." racau si manis, sedikit menyingkirkan tangan-tangan nakal itu dari tubuhnya.

"Syut! lebih baik kamu nikmatin aja oke. Ini kan self reward kita bin. Dan kita semua udah nunggu momen ini dari lama"

Bintang bergerak gelisah dengan racauan-racauan layaknya orang mabuk, tangan mungilnnya terus berusaha menyingkirakan tangan nakal teman-teman.

Karena merasa geram dengan si manis yang bergerak-gerak, mereka semua mengikat tangan bahkan kaki putih itu ke antara ujung-ujung ranjang menggunakan dasi mereka.

"L-lepas...hic...sakit..."

"Kita belum apa-apa loh bin, masa udah bilang sakit sih" ucap salah satu pria disana, mark.

"Iya nih, kamu lucu banget sih manis. Kita jadi gak sabar buat kamu ngedesahin nama kita"

"Langsung aja lah bro, takut kemaleman" ucap jay

Mereka menganguk, mulai menggerayangi tubuh si manis yang masih terbalut baju seragam, mereka menggigit dan menghisap yang membuat si manis mengerang dengan tubuh meliuk gelisah, serta tangan meremat dasi yang melilit tangannya, untuk menyalurkan rasa aneh dalam tubuhnya.

"Sialan, gue udah tegang bangsat! awas biar gue dulu yang jebol lobang nih bocah" ucap mark, berdiri di antara kaki si manis yang sudah dibuat ngangkang oleh zayn dan brian.

Mark membuka gesper bintang, dan...

"ANJING!"







Haloha
Voment ya
Next Chap?
TBC.

MY UNIVERSE ( KOOKGA )✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang