62

269 36 3
                                    

Langit berlari tergesa, memasuki rumah sakit tempat adiguna membawa si manis. Perasaan cemas dan khawatir menggerogoti dirinya sekarang, ia takut terjadi apa-apa dengan kekasih mungil nya itu.

Langkah langit berhenti saat melihat adiguna sedang mondar-mandir di depan ruangan gawat darurat, sedangkan di kursi tunggu ada chaerin yang tengah menangis ditenangkan gama.

Puk

Langit menoleh, mengangkat alisnya seolah bertanya pada aksa yang menepuk bahunya

"Ayo kesana, ngapain lo diem disini lang?"

"K-kalian aja, gue tunggu di luar" jawab langit, yang membuat aksa dan lintang saling pandang

Mereka berdua sudah tau, dan mengerti perasaan langit sekarang ini. Lintang tersenyum kecil, lalu merangkul bahu sang sahabat erat

"Gakpapa, ayo kesana aja. apa lo gak kasian sama bintang lang?"

Langit terdiam, siapa bilang ia tidak kasian? justru sekarang ini, ia sedang cemas bukan main akan keadaan si manis di dalam sana.

"Gue takut lin, lo tau sendiri kan om adi ke gue kayak gimana" 

"Gak apa-apa lang, ada kita yang akan bantu lo" ucap aksa, dengan senyum kecilnya

Langit menggigit bibir bawahnya ragu, tapi akhirnya ia mengangguk dan melangkah mendekati keluarga adiguna.

"Om!"

Adiguna yang tengah mondar-mandir  menoleh, menatap ketiga remaja yang sudah membantunya.

"G-gimana keadaan bintang om?" tanya langit

"Belum ada kabar, cuma tadi sempet kejang"

Langit sedikitnya senang saat adiguna menjawab pertanyaan nya meski dengan nada datar, ia memejamkan matanya, lalu berjalan mendekati pintu ruangan si manis. Mengintip seorang dokter yang masih memeriksa tubuh mungil itu.

'Maafin aku karena gak jagain kamu, sayang..'

Sekitar 10 menit kemudian, dokter keluar dari ruangan si manis dengan kedua tangan di simpan di dalam saku.

"Bagaimana keadaan anak saya, dokter?" tanya adiguna cemas

"Jangan khawatir tuan, keadaan pasien sudah lebih baik sekarang"

"T-terus kenapa tadi anak sayang kejang dok?" tanya chaerin

"Tadi hanya reaksi tubuhnya sebab mengonsumi alkohol dengan kadar tinggi nyonya, dan mungkin saja saat pasien bangun...ia akan merasa mual dan mengeluh pusing. Maka dari itu, saya sudah resepkan obat untuk pasien. Mohon ditebus ya"

Adiguna menerima selembar kertas berisi resep obat itu dari tangan sang dokter lalu mengangguk.

"Baiklah, kalau begitu saya permisi dulu"

"Silakan dok, terima kasih telah menangani putra saya"

"Sudah tugas saya tuan, mari semuanya"

Mereka semua mengangguk, membiarkan sang dokter pergi dari sana.

"Sini biar abang aja yang tebus obat nya" ucap gama, mengulurkan tangan nya meminta resep obat itu dari sang ayah

"Yaudah, hati-hati"

Gama mengangguk, lalu berlari pergi menebus obat. Sedangkan mereka mulai memasuki ruangan si manis.

Chaerin segera mendekati ranjang si bungsu, memegangi tangan mungil itu erat dengan air mata yang sudah kembali keluar dari mata cantiknya.

"Kenapa bisa gini si dek?" lirihnya, mengelus surai bungsunya sayang.

Adiguna hanya bisa mengelus punggung sang istri pelan untuk menenangkan, sedangkan ketiga remaja itu hanya diam berdiri memandangi si manis.

MY UNIVERSE ( KOOKGA )✔Where stories live. Discover now