51

303 45 6
                                    

Langit sedari tadi hanya diam, dan itu jelas saja membuat si manis bingung akan sikapnya. Ia sudah bertanya tapi tak juga di jawab, kan menyebalkan!

Ini semua bermula saat mereka berdua keluar dari toko cilok, sikap pria dominan itu menjadi dingin dan datar padanya. Padahal ia tidak membuat kesalahan, iyakan?

"Bintang mau beli dulu es krim disana, kakak mau enggak?"

Langit diam, dan itu membuat bintang menghela nafas panjang. Dengan perlahan ia bangkit, lalu berjalan meninggalkan langit untuk pergi ke minimart.

"Kak langit kenapa sih? jadi sebel deh!" gerutunya kesal, kakinya terhentak yang membuat orang-orang disana menahan pekikan gemasnya.

Saat ia ingin menyebrang, tiba-tiba saja ada yang menarik tangannya sampai  berbalik. Mata kucingnya membulat saat melihat bulan yang menatap tajam padanya.

"Gue liat-liat lo seneng banget ya jalan sama langit, dan kayaknya lo udah lupa dengan apa yang gue bilang!"

Bintang melepaskan cekalan tangan bulan dengan kasar, lalu menatap berani pada wanita cantik itu.

"Bintang gak lupa kok kak, tapi kali ini...bintang gak akan nyerah, dan akan terus berusaha untuk pertahanin kak langit" ucap si manis dengan senyum kecilnya, lalu pergi dari sana untuk kembali pada tujuan awalnya, pergi ke minimart.

Sedangkan bulan menjambak surai nya kasar, matanya semakin menajam memperhatikan punggung sempit si manis yang perlahan hilang ditelan pintu minimart.

"Lo udah berani lawan gue bintang, dan liat aja...sebentar lagi lo bakalan nyesel karena berani berkata kayak gitu" desisnya, lalu melenggang pergi dari sana.

Di dalam minimart, si manis hanya melamun di depan kulkas es krim...pikirannya masih terjebak pada kejadian beberapa menit lalu.

"Aduh bintang, kenapa kamu harus ngomong gitu sih tadi! ah pasti kak bulan makin marah, ish dasar bodoh!" gumamnya, lalu menjambak surainya prustasi dan itu tak luput dari pandangan pria dewasa yang tengah memilih minuman kaleng.

"Apa kamu baik-baik saja?"

Bintang menoleh, sontak saja matanya membulat saat melihat siapa gerangan yang bertanya, begitupun pria dewasa itu.

"Om leo!/ bintang!"

"Ih kok kamu ada disini sih?" tanya leo riang, ah ia tidak percaya bisa bertemu dengan si manis di minimart.

"Bintang mau beli es krim, hehe"

"Kok jauh-jauh kesini? kamu gak sama langit?"

"Sama kak langit kok, tapi kak langitnya lagi di nunggu di taman" jelas si manis, dan leo hanya mengangguk pelan menanggapinya.

"Om sendiri lagi ngapain?"

"Ya cuma mau mampir beli kopi" jawabnya, sambil menujukan kopi kaleng nya.

Bintang mengangguk, lalu membuka kulkas untuk memilih es krim untuknya dan langit.

"Sini biar sekalian om yang bayarin" 

"Gausah om, biar bintang aja"

"Udah gausah nolak" ucap leo dengan senyum tampannya, dan di balas senyum manis oleh si manis

"Yaudah kalo om maksa, hehe..."

Leo tertawa kecil, lalu pergi menuju kasir untuk membayar diikuti si manis yang mengekorinya dibelakang

Setelah membayar, mereka berdua keluar dengan si manis yang menenteng kantong kresek.

"Eum...makasih traktirannya om, kalo gitu bintang pergi dulu ya" pamit si mungil

"Oke! hati-hati dijalan bin"

"Eum!" angguk si manis, melambai pada leo.

Kakinya ia bawa melangkah, dan berhenti di trotoar menunggu jalanan sepi untuk menyebrang. Kepala kecilnya menengok kanan kiri untuk memastikan tak ada  kendaraan yang melintas.

Ia tersenyum, lalu dengan perlahan melangkah. Namun sayang, sebuah mobil sedan melaju kencang dari arah kirinya dan ia tidak sempat mengindar hingga...

BRAK!

Tubuhnya menggelinding dengan rengkuhan erat, matanya terpejam erat dengan suara teriakan menggema dari warga sekitar yang melihat kejadian yang terjadi begitu cepat itu.

"Kamu gak apa-apa kan bin?"

Bintang membuka matanya saat pertanyaan bernada cemas itu menghantam kesadarannya.

"Om leo..." lirihnya

Ya, yang menyelamatkan si manis adalah leo. Tadi sebelum ia pergi...pria dewasa itu melihat sebuah mobil yang melaju kencang, dan itu mengarah pada si manis. Tanpa menunggu lama lagi, ia berlari lalu manarik bintang dan memeluk tubuh mungil bintang sampai akhirnya bisa terhindar dari mobil itu, meskipun harus merelakan tubuh nya yang menghantam kerasnya aspal.

"Apa ada yang sakit hm?"

"Hiks...om"

Leo segera duduk, lalu memeluk tubuh bergetar bintang. pasti remaja manis itu tengah syok sekarang.

"Tenanglah, kau baik-baik saja sekarang" ucap leo, mengelusi punggung si manis.

Sedangkan disisi lain, langit tengah berdecak karena menunggu sang kekasih yang belum juga kembali dari minimart.

"Bintang kemana? kok lama banget sih?" ucapnya, dan karena bosan menunggu...ia memutuskan untuk menyusul pergi ke minimart.

Alisnya berkerut, saat mendapati banyaknya orang yang berkumpul di depan minimart. Perasaannya tidak enak apalagi samar-samar ia mendengar orang-orang berbicara soal kecelakaan.

Kaki panjangnya ia bawa melangkah dengan cepat, lalu menerobos kerumunan itu hingga matanya membulat saat melihat si manis yang sekarang sedang berada dipelukan pamannya.

"Bintang..."

Bintang menoleh, dan saat itu lah tangisnya semakin pecah dengan kedua tangan terulur pada langit.

"Kak langit hiks...kakak..."

Grep!

"Kenapa bisa gini sayang?" tanya langit, ia cemas sekarang...apalagi melihat luka lecet di lengan si manis dan juga kakinya.

"Hiks...hiks.."

Bintang tak menjawab, ia hanya terus menangis karena terkejut. Langit mengalihkan pandangannya pada sang paman, dan seolah tahu apa arti tatapan langit...leo pun menghela nafas panjang. 

"Sepertinya ada yang berniat mencelakai bintang, lang"

"A-apa?"

"Sebaiknya kau antar bintang pulang, kasian dia. Biar om yang cari pelakunya"

Langit menunduk untuk melihat si manis yang masih terisak hebat, lalu kembali menatap leo.

"Hm yaudah, langit anterin bintang pulang dulu. Dan makasih udah nyelametin bintang om, kalo udah nemu siapa pelakunya cepet kabarin langit"

Leo mengangguk, tersenyum kecil saat melihat keponakan nya itu memangku si manis ala bridal pergi melewati kerumunan warga.

"Aduh, pinggang ku aww...sshh" ringis leo saat berusaha bangun, lalu berjalan perlahan memasuki minimart untuk mengecek cctv.

Langit menjalankan mobilnya kencang, ia terlampau khawatir dengan keadaan kekasih mungilnya. Niatnya ingin membawa kerumah sakit, tapi si manis menolak dan meminta untuk diantar pulang.

Tak butuh waktu lama, mobil langit kini sudah terparkir di halaman rumah adiguna. Pria dominan itu dengan tergesa berjalan bersama sang kekasih di gendongan bridalnya, dengan susah payah menekan bel sampai akhirnya pintu terbuka dan menampilkan wajah terkejut adiguna.

"APA YANG KAU LAKUKAN PADA ANAK MANISKU, LANGIT!!"

Glup!











Mampus!
Voment ya
Next Chap?
TBC.

MY UNIVERSE ( KOOKGA )✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang