66

234 32 2
                                    

Sudah 1 minggu libur sekolah, tapi selama itu...si manis hanya berdiam diri di rumah. Tidak liburan ke manapun, atau pun hanya sekedar main ke luar. Perkataan langit tempo lalu benar adanya, pria itu tak menemuinya atau bahkan menghubunginya untuk sekedar bertegur sapa.

"Kangen..." lirihnya, menatap foto kecil mereka berdua saat di taman, kebetulan langit sempat mengambil foto

"kakak sibuk ya?"

Bibirnya tipisnya maju, lalu membaringkan dirinya di ranjang. Fikirannya berkecamuk, apakah langit benar-benar mengurus perusahaannya? atau sedang bersenang-senang liburan bersama keluarganya? atau bahkan kembali pada pelukan mantannya?

"Awas aja kalo berani!" desis bintang mengepalkan tangannya, lalu memukul boneka hitam miliknya sebagai tanda kekesalan nya pada langit.

Sedangkan disisi lain, langit tengah di godok habis-habisan oleh adiguna. Remaja tampan itu tak dibiarkan beranjak dari kursi dan harus menyelesaikan berkas-berkas perusahaannya.

Ya,  yang dimaksud mengurus masalah perusahaan adalah perusahaan adiguna. Pria paruh baya itu sengaja menyuruh langit melakukannya untuk melihat kemampuan langit dalam mengurus perusahaan.

"Mau kemana kamu?" tanya adiguna saat melihat langit bangkit dari kursinya.

"G-gak mau kemana-mana kok Om, aku cuma mau regangin badan sebentar. Pegel daritadi duduk mulu"

Langit tersenyum kaku, meregangkan tangan dan badannya agar otot-otot nya  tidak tegang. Sebenarnya, ia kaget saat  adiguna menyuruhnya mengurus perusahaan, ingin menolak tapi tidak enak. Dan pada akhirnya ia menyanggupi permintaan calon mertuanya itu karena berfikir jika inilah cara agar mereka berdua dekat dan berakhir hubungannya direstui.

Adiguna yang melihat itu hanya memutar bola matanya, lalu fokus pada pekerjaannya yang belum selesai.

"O-om mau kopi?" tanya langit, segan sebenarnya. Tapi ia harus melakukannya agar hubungannya dengan bintang lancar tak ada hambatan terhalang restu orang tua.

"Hm, buatin yang enak. Gula nya jangan banyak-banyak nanti saya diabetes"

Langit mengangguk cepat, lalu beranjak dari sana untuk ke pantry untuk membuat kopi calon mertuanya.

Saat sudah sampai, ia segera mengambil gelas lalu dengan perlahan dan penuh insting ia menaburkan dua sendok bubuk kopi dan dua sendok gula pada gelas bening itu lalu menuangkan air panas dan mengaduknya agar menjadi satu.

"Anjing rasanya gak enak banget" umpatnya saat merasakan satu tetes kopi yang ia buat.

"Ini gimana dong, masa gue harus buang sih? tapi kalo di kasih ke om adiguna, pasti dia gak akan suka dan marah sama gue. Ish bisa bahaya"

Dan akhirnya, ia memutuskan untuk membuat kopi baru. Tapi sayang, rasanya masih sama tidak enak. Ia bahkan sudah lelah dan banyak menghabiskan waktu untuk membuat kopi, keringatnya bahkan mengucur karena rasa gugup.

"Ini 3 sendok terakhir, kalo ini sampe gagal lagi...habislah gue" gumamnya, lalu dengan perlahan menuangkan 3 sendok bubuk kopi itu pada gelas baru tak lupa juga memasukan 2 sendok gula pasir dan melarutkannya dengan air panas.

Ia mengambil satu sendok, lalu memasukannya ke dalam mulut untuk merasakan. Ia mengangguk pelan saat rasa kopi hitam itu lebih baik dari yang sebelumnya.

"Not bad" gumamnya, lalu segera membawa kopi itu ke ruangan sang calon mertua.

Ceklek

Adiguna menoleh, memincing tajam pada langit yang melangkah gugup mendekatinya.

"Kenapa lama?"

"M-maaf om, tadi aku harus didihin air nya dulu. Soalnya gak ada air panas di pantry" jawabnya, dan tentu saja berbohong.

Mata adiguna semakin memincing, perasaan air panas selalu ada setiap saat di pantry perusahaanya. Tapi kenapa remaja ini berkata seperti itu? apa dia berbohong? ia tersenyum miring saat melihat langit yang semakin gugup.

"Belom berumah tangga aja kamu suka bohong, apalagi nanti kalo udah berumah tangga" sindirnya

"H-huh?"

Adiguna mengangkat bahunya acuh, lalu menyeruput kopi yang dibuat langit dengan perlahan.

"Gak buruk" ucapnya, yang membuat remaja dominan itu bernafas lega.

"Sana balik kerja lagi"

"I-iya om" angguk langit, lalu kembali ke mejanya untuk menyelesaikan berkas-berkas memusingkan kepala.







Jam 5 sore, bubarnya semua pekerja kantor. Begitupun langit yang sudah berdiri di samping motor kesayangannya, ia sedang menggunakan jaket ngomong-ngomong.

"Langsung pulang?"

Langit menoleh, dan segera menunduk saat melihat adiguna berdiri di depannya.

"Iya om, aku langsung pulang"

"Gak mau mampir dulu?" tanya adiguna tanpa menoleh pada langit, ia hanya ingin menjaga sikap cool nya.

"Gak usah om, aku mau langsung pulang aja"

"Apa gak kasian sama bintang? dia pasti rindu kamu, kamu juga sama kan?" ujarnya, mengalihkan pandangannya kesana kemari asalkan tidak menatap langit. Ia kan gengsi!

"I-iya sih om, aku juga kangen sama anak om yang manis itu. Tapi...emangnya boleh kalo aku mampir kesana?"

"Mampir ya tinggal mampir, kok repot banget sih" ujarnya sedikit gemas dan juga kesal

"I-iya deh, aku mau mampir dulu kalo om izinin"

Adiguna mengangguk lalu tanpa kata pergi dari sana untuk menuju mobilnya, sedangkan langit sudah jingkrak-jingkrak kesenangan karena akhirnya bisa bertemu dengan sang kekasih setelah 1 minggu ini di godok habis-habisan di perusahaan oleh adiguna.

"Aku datang sayang..."  gumamnya, dengan kikikan geli lalu segera menaiki motornya dan pergi dari sana.










Hallo guys
Voment ya
Next Chapter
TBC.

MY UNIVERSE ( KOOKGA )✔Where stories live. Discover now