52

300 39 3
                                    

Menunduk, itulah yang bisa langit lakukan sekarang disudut sofa. Tangannya memegangi pipi karena tadi sempat kena bogem mentah lumayan keras. Sedangkan didepannya ada adiguna yang memarahi dirinya dengan berkacak pinggang, ini sudah hampir 30 menit, tapi pria paruh baya itu terus saja mengomelinya tiada henti.

Telinganya sudah panas, aish...jika saja pria itu bukan calon mertuanya, sudah ia hajar habis-habisan sampai tepar!

Si manis juga tak bisa apa-apa, ia hanya bisa duduk disamping sang bunda dengan lengan serta lutut dibalut perban karena lukanya telah diobati.

Begitupun gama yang sedari tadi menahan tawanya, ia duduk anteng di tangga dengan ponsel menyala merekam langit, kan lumayan untuk bahan bullyan.

"Ayah, udah jangan marahin kak langit terus. Ini salahnya adek karena gak hati-hati" ucap bintang mencoba membujuk ayahnya itu, namun tetap tak berhasil

"Kamu diem aja dek, ini urusan ayah sama anak badung ini"

Bintang mengerucutkan bibirnya kesal, lalu menoleh pada sang bunda.

"Bunda~"

Chaerin menghela nafas pelan, saat si bungsu merengek dan sudah jelas anaknya  itu meminta bantuannya. sejujurnya ia juga sudah jengah mendengar sang suami mengomel tiada hentinya sedari tadi, dengan perlahan ia bangkit lalu mendekati sang suami

"Mas, udah ah. Kasian langitnya, lagian dia  udah minta maaf tadi"

"Kamu jangan belain dia ya! dia ini udah bikin anak kita luka chaerin"

Chaerin terdiam saat suaminya itu memanggil namanya, sudah dipastikan pria tampan itu sedang marah besar.

"Aku gak belain langit mas, aku cuma gak mau kamu di jauhin adek" ucap chaerin, menatap serius pada adiguna yang sekarang terdiam

Adiguna menarik nafas dalam, lalu menatap bungsunya kemudian kembali menatap langit.

"Untuk seminggu ini, jangan berani temuin bintang"

"A-apa?" kaget langit, begitupun si manis yang membulatkan matanya tak percaya

"Ayah..."

"Enggak! ini udah keputusan ayah, seminggu ini kamu jangan ketemu pria ini. Kalo sampe ayah liat kamu sama si badung ini, kamu ayah hukum dek"

Bintang hanya bisa menurut, benar-benar tak bisa melakukan apa-apa...bahkan untuk berjalan mendekati langit saja terasa begitu sulit.

Adiguna menyuruh langit pergi, pria itu tak bergerak dengan mata tertuju pada si manis, bagaimana bisa ia tidak bertemu si manis selama seminggu? terus kalau dia rindu bagaimana? kalau ingin peluk bagaimana? masa harus peluk guling...tidak enak sekali.

"Pulang langit!"

Langit tersentak, ia bangkit lalu pergi dari sana setelah pamit pada calon mertuanya.

"Kamu juga masuk kamar, istirahat"  titahnya pada si bungsu, lalu melenggang pergi entah kemana.

Bintang mengeluarkan nafas panjang, ia bangkit dengan kesal lalu berjalan menaiki tangga untuk menuju kamarnya.

Di sisi lain, leo sedang duduk di kursi kayu di sebuah gedung tua di pinggiran kota. Memperhatikan seorang wanita muda di hadapannya yang duduk terikat, meronta-ronta minta dilepaskan.

"Lepasin gue anjing! lo siapa hah?!" 

Leo tak menjawab, ia membawa ponselnya lalu merekam dan memotret wanita itu untuk ia kirim pada seseorang.

"Saya dengar kau sedang hamil ya?"

Terkejut, mata nya membulat tak percaya. Bagaimana bisa pria di depannya ini tahu soal kehamilannya? siapa sebenarnya pria ini?

"S-siapa kau?!" tanya nya lagi, kali ini nada bicaranya gugup dengan sorot mata takut.

"Saya? saya hanya manusia biasa"

"Jangan main-main! jawab saja pertanyaanku sialan!"

"Sebelum saya menjawab pertanyaanmu, bisakah kau jawab pertanyaanku terlebih dahulu?" tanya leo

"Cepat katakan!"

"Kenapa kau melakukannya?" tanya leo yang membuat wanita cantik itu menaikan satu alisnya bingung

"Melakukan apa?"

Leo memutar bola matanya malas, ia mengutak-atik ponselnya lalu menunjukan sebuah vidio yang menayangkan tayangan cctv tentang kecelakaan tadi di minimart.

"Jelas bukan? dan saya perlu alasanmu sekarang juga"

"Alasan apa yang kau maksud! aku tak mengerti"

"Cih jangan berpura-pura tak mengerti di depan saya, nona bulan. Saya sudah mencari tahu tentang mobil ini, dan ini adalah milikmu" ujar leo dengan nada seriusnya yang membuat bulan terdiam.

"Jadi, apa alasanmu melakukan itu pada bintang?"

Sebelum bulan membuka suaranya, langkah kaki terdengar menggema mendekat dengan seorang pria tampan beraut datar.

"Langit! lang tolongin aku! aku di sekap om-om ini, tolongin aku lang!" pinta bulan dengan wajah memelasnya, sedangkan langit hanya menatap tanpa minat lalu menoleh pada sang paman

"Jadi, beneran dia orangnya?"

Leo mengangguk, bangkit dari tempat duduknya untuk berdiri di samping langit.

"Kamu mau apain dia?"

Langit mengangkat bahunya, berjalan mendekati mantan kekasihnya. Ia membelai pipi putih itu dengan pelan yang membuat bulan tersenyum cantik.

"Kamu mau nolongin aku kan lang?"

"Hm" jawab langit tersenyum, yang membuat senyum wanita cantik itu semakin lebar.

"Aku tau hiks...kamu masih sayang sama aku lang, aku tau itu hiks.."

Bulan terisak sambil tersenyum, menikmati setiap sentuhan langit di wajahnya. Langit hanya diam dan...

"Akh!"

Raut wajahnya berubah dingin, mata yang tadinya biasa saja kini menajam menghunus menatap padanya. Langit mencengkram pipi bulan kencang...

"Kenapa lo ngelakuin itu hah? kenapa lo coba celakain bintang?!"

"Aku lakuin itu semua demi kamu langit! demi kamu!!" balas bulan

Langit berdecak kesal, ia kencangkan cengkramannya yang membuat bulan meringis sakit.

"Gue bener-bener pengen bunuh lo bulan! tapi lo beruntung karena gue gak akan ngelakuin hal itu" ucap langit, inginnya ia bunuh bulan detik itu juga, tapi ia ingat jika mantan kekasihnya itu tengah mengandung sekarang.

Langit mengehempaskan wajah bulan, lalu menatapnya dingin.

"Tapi kalo lo berani ganggu pacar gue lagi, gue akan bener-bener bunuh lo!" desisnya, lalu pergi dari sana dan membiarkan sang paman yang mengurus jalang itu.









Haloooowww
Voment ya
Next Chap?
TBC.

MY UNIVERSE ( KOOKGA )✔Where stories live. Discover now