58

256 34 4
                                    

BUGH!

Leo tersungkur setelah mendapat bogem mentah di perut, meringis dengan mata terpejam yang membuat langit melepaskan ciumannya. Serta bintang yang semakin bergetar menatap takut pada sang ayah.

"Akh perut sixpack gue...aww..ssshh..anjing sakit tau" ringis leo, tapi adiguna tak peduli dan dengan langkah cepat mendekati langit.

Sret!

Nafas adiguna memburu, matanya menghunus tajam dengan wajah merah padam serta tangannya mencengkram erat kerah piyama langit. Sedangkan remaja itu  tidak ada takut-takutnya, malah menatap balik mata tajam sang calon ayah mertua tak kalah tajam.

"Kenapa om? om gasuka ya aku kayak gitu sama bintang?" tanya nya, yang membuat adiguna semakin naik pitam dengan tingkah anak badung didepannya ini. 

"Om udah ingetin kamu buat berhenti, terus kenapa malah di lanjut langit?!!"

"Sayang om, bibir anak om enak ada manis-manisnya" 

"Anjing!"

BUGH!

"Kak langit!!" bintang dengan cepat mendekati langit yang tersungkur karena di pukul sang ayah begitu kencang, bahkan sudut bibir remaja tampan itu sobek dan mengeluarkan darah

"Ayah apa-apaan sih! kenapa mukul kak langit!"

Adiguna tak menjawab, pandangannya  masih menghunus tajam pada langit yang sekarang dipeluk sang anak, tangan beruratnya masih gatal ingin memukuli remaja itu sampai babak belur.

Namun ia urungkan sebab masih ada sang anak yang akan melihatnya, ia tidak ingin bintang membencinya karena ia berbuat kasar pada orang lain, apalagi remaja itu berstatus pacar si anak.

"Pulang!"

"G-gak, bintang masi_

"AYAH BILANG PULANG BINTANG!"

Bintang terlonjak, jantungnya berdetak kencang karena ini pertama kalinya sang ayah berteriak padanya, apalagi mendengar adiguna menyebut namanya yang selama ini tak pernah pria paruh baya itu sebutkan, sungguh membuatnya takut dan juga sakit. Apakah sang ayah semarah itu hanya karena ia di cium langit?

Tak kalah beda dengan bintang, pria paruh baya itu bahkan memejamkan matanya sebab tak percaya pada dirinya sendiri, hatinya sakit saat ia melihat wajah takut  anak bungsunya itu, ia benar-benar mengutuk dirinya sendiri karena sudah berani membentak bahkan berteriak.

Ia hanya tak ingin bungsunya diperlakukan seperti itu, apa pantas anak seumur jagung melakukan hal tak senonoh? tidak bukan...
Ia takut sesuatu yang buruk terjadi pada si manis, ia takut anak polosnya itu di lecehkan lebih dari ini, ia takut...

"Ayah tunggu di mobil, dek.." lirih adiguna, berbalik lalu berjalan keluar kamar langit...namun, sebelum ia benar-benar keluar ia berhenti dan melirik langit.

"Dan untuk kau!, jangan pernah temuin bintang lagi"

Deg.

Langit terdiam, mematung. Kenapa malah jadi seperti ini? niat hatinya hanya ingin menjahili adiguna tadi...tapi kenapa malah seperti ini, pria paruh baya itu memang benar-benar tak bisa diajak bercanda.

Bintang menghela nafas panjang, menyeka darah di sudut bibir sang kekasih pelan yang membuat langit menoleh dengan pandangan bersalahnya.

"Maafin aku bin"

"Hm, gakpapa. Bintang pulang dulu ya, takut ayah makin marah" lirihnya, yang semakin membuat langit semakin dilanda rasa bersalah

"Sekali lagi maafin aku, a-aku janji akan berusaha buat pertahanin hubungan kita dan yakinin ayah kamu, hm?"

Bintang hanya mengangguk, memeluk langit sebentar dan pergi dari sana untuk menyusul sang ayah.

"Dasar bodoh! udah gue bilang buat lepasin bintang...malah di terusin, dasar keponakan tolol!" kesal leo, berusaha bangkit dan duduk di ranjang

"Tadi cuma bercanda om"

"Candaan kamu gak lucu lang! seharusnya kamu bersikap baik ke bintang biar adiguna luluh dan restuin hubungan kalian. Ck! kamu malah makan bibir dia, ya pantes lah adiguna murka" kesal leo, ingin sekali ia menenggelamkan langit ke samudra

"Terus gimana om?"

"Gimana apanya hah?"

"Hubungan langit sama bintang" jawab langit, bersandar di kepala ranjang karena kepalanya kembali pusing

"Kamu gak denger tadi adiguna bilang apa? kamu itu udah gak dibolehin nemuin bintang lagi lang, itu berarti udah gaada sinyal lagi, udah ilang udah buntu! kamu udah gabisa dapetin bintang"

Langit menggelengkan kepalanya, ia dengan terburu bangun dan berlari menyusul adiguna yang sudah keluar dari kamarnya.

"Mau kemana kamu?"

"Mau nyusul om adi sama bintanglah om"

"Gak usah, biarin adiguna tenang dulu, kasian juga ke bintangnya nanti" larang leo, dan dengan terpaksa langit mengangguk lalu kembali berbaring di tempat tidur

"Ah...kenapa jadi gini sih" lirihnya memejamkan mata.

Sedangkan disisi lain, didalam mobil mewah...adiguna hanya diam menyetir fokus ke depan dengan bintang yang resah di sampingnya. Tak ada yang mengeluarkan sepatah katapun, hanya hening yang menyelimuti mereka...

Saat telah sampai, adiguna turun lebih dulu dan langsung masuk tanpa berkata pada anak manisnya, ataupun membuka kan pintu mobilnya yang membuat bintang semakin sedih.

Ia turun dengan perlahan, lalu masuk ke dalam rumah yang ternyata ada sang bunda dan abang yang sudah pulang.

"Mas, kamu udah pulang. Gimana keaada__

Ucapannya terpotong kala sang suami melengang pergi begitu saja memasuki kamar tanpa meliriknya sama sekali, bahkan adiguna membanting pintunya begitu kencang yang membuat keduanya kaget.

Pandangan mereka teralih pada bintang yang diam mematung di depan pintu. Chaerin segera mendekat dan menangkup wajah bungsunya lembut

"Ada apa hm?"

"A-adek ke kamar dulu ya bund, capek.." ucap bintang, melepaskan tangan lembut sang ibu di pipinya dengan perlahan.

Chaerin hanya menghela nafas, lalu menganguk mengizinkan bungsunya untuk istirahat.

Setelah melihat bintang pergi menaiki tangga, chaerin kembali duduk dengan si sulung yang juga sedang bingung dengan situasi ini.

"Ayah kenapa bund?"

"Mana bunda tau bang, nanti deh bunda coba ngomong sama ayah. Kayaknya ada yang nggak beres" 

"Hm, nanti abang juga akan coba bujuk adek buat cerita" balas gama, diangguki chaerin

"Pelan-pelan aja tanya nya, bang"

"Iya bunda" angguk gama, lalu kembali fokus menonton film.










Halloww manteman
Voment ya 
Next Chap?
TBC.

MY UNIVERSE ( KOOKGA )✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang