Chapter 1 - It's Me

260K 8.8K 26
                                    

[As Kendra in Media]

Kendra's POV
They say, this or that person has not yet found himself. But the self isn't something that one finds. It's something one creates. Jati diri, bukan sesuatu yang dapat ditemukan, melainkan sesuatu yang harus diciptakan.

Aku menyukai pekerjaanku, I always be proud with myself, when I can be someone that everyone loves, that everyone likes.

Ada yang sepertiku? I admire people who already have their own style, seperti penyanyi rock, dengan style mereka sendiri. Kim Kardhasian yang terkenal dengan pinggul besarnya. Julia roberts with her big, bright smile. Aku ingin seperti mereka, mereka punya sesuatu yang bisa dibanggakan. Mungkin, Itulah prinsipku berkarir.

​Aku didepan kamera, dengan bekal kepribadian dan peran yang sudah ditentukan. Aku sangat ingin mencari jati diriku, diriku yang sebenarnya. Karena jujur saja, I have no idea what kind of person am I.

Jadi dengan pekerjaanku ini, aku dapat mencoba menjadi berbagai karakter dan berbagai kepribadian yang berbeda-beda. Tentunya kadang aku juga berpose dan memakai pakaian dengan berbagai style yang berbeda-berbeda pula.

Karena jika aku sudah menemukan apa yang kusukai, apa yang benar-benar cocok dengan diriku, I swear, I am just being myself.

​"Kendra, Are you ready?" Suara itu kini membuyarkan lamunanku.

Aku mengerjap, "Oh, sudah? Maafkan aku." Setelah melihat cermin yang tepat berada didepanku, kurasa aku memang sudah siap.

​Jaket denim, tas clutch, dan ankle boots hitam mengkilat. Beberapa langkah sebelum memasuki area pemotretan, ponselku bergetar. Dan kulihat itu panggilan dari mom.

Aku menyentuh layar ponsel dengan maksud mengangkat panggilan tersebut sembari memberi isyarat kepada salah satu pemuda dari tim fotografer untuk menunda pemotretannya sebentar, karena jika aku tidak mengangkatnya, mungkin saja mom akan datang hanya untuk memastikan keadaanku.

​"Ada apa, mom? Aku kan sedang bekerja."

Di waktu-waktu begini, mom masih sempatnya berbasa-basi. Well, dia belum pernah merasakan dan tidak tahu betapa sibuknya pekerjaanku hari ini.

​"Please just get to the point, mom." Jika tidak disela, aku tidak tahu kapan akan selesai percakapan kami.

Setelah mendengarkan ucapannya, aku menjawab, "Okay, aku akan kesana nanti."

​Aku meletakkan asal ponselku dan segera berlari menuju area pemotretan setelah melihat manager-ku sudah akan datang menghampiriku.

Well, my manager, she's kind of...
Sudahlah! Aku saja ngeri membicarakan dirinya.

👑

"Okay, sepertinya disini alamatnya." Aku masuk ke bangunan dengan dekorasi khas Jepang itu setelah memastikannya sekali lagi dengan membaca pesan singkat yang dikirim mom beberapa saat yang lalu.

​Aroma berbagai macam makanan menyelimuti ruangan itu, suasananya begitu ramai, mungkin karena memang sudah waktunya untuk makan siang.

"Itu Alice! Ah Kendra!" Teriak seorang pelayan berseragam cokat itu saat aku baru saja akan bertanya dimana letak ruangan VIP.

Teriakan itu berhasil membuat seluruh pasang mata kini tertuju padaku yang hanya mengenakan kacamata hitam.

Kenapa juga mom memintaku ke tempat yang ramai seperti ini?

Aku tersenyum canggung sambil mendesah dalam hati, lagi-lagi Alice.

Ya, benar sekali. Aku sempat berperan di-film drama romance yang berjudul Double A. Itu film pertamaku, dengan aktor super tampan.

"Disini" pelayan restoran itu mengantarku ke sebuah ruangan
kecil dengan interior tradisional bernuansa Jepang yang sudah ada dad, mom, dan seorang pria berkacamata dengan setelan jas hitam di dalamnya.

"Surprise!!" Teriak dad saat melihatku tiba di sana.

Baiklah, dad memang pria yang sangat bersemangat dan ceria. Tapi, Surprise? Kejutan apa yang akan diberikan dad?

Tidak ada apa-apa di sana, selain seorang pria yang sedang duduk dan meminum teh ocha yang dituangkan oleh Mom.

"Ada apa ini? Tumben sekali kita makan siang bersama di luar," Ucapku sambil melepaskan kacamata hitam, lalu duduk tepat di sebelah pria berkacamata itu.

Jangan bilang mereka mau mengenalkanku dengan pria itu? Apa mereka mau putri satu- satu kesayangan mereka berkencan dengan si culun ini?

He smells like a genius bookish guy. Tidak, tidak mungkin. Bahkan wajah asli Greece milik dad dengan rambutnya yang sedikit abu-abu terlihat lebih tampan.

​Aku hanya memberikan senyuman canggung. Kami benar-benar jarang makan siang bersama karena terlalu sibuk dengan pekerjaan kami masing-masing, "Aku dan mom sudah cukup tua, Kendra." Dad memulai ucapannya.

​Aku meneguk ludahku, "Apa ini tentang warisan lagi?" Tanyaku ragu.

By the way, Aku hanya menebak, karena entah sudah keberapa kalinya mereka bermaksud untuk memindahkan warisan secepat itu.

"Benar, kami ingin kau menerima warisan kami," Lanjut dad.

​Seharusnya aku senang, semua harta warisan akan menjadi milikku karena aku anak tunggal.

Tapi nyatanya, aku sedih mendapatkan kenyataan tentang kedua orangtuaku, usia mereka tidak lagi muda.

​Aku mengangguk, "Well, jika hanya menerima saja" karena tidak susah kan? Siapa yang tak ingin menerima perusahaan penerbangan sebesar Damar Airlines?

"Tentu saja kami juga ingin kau turun tangan didalamnya," Tukas mom.

​Aku menghela napas panjang, bertanya-tanya kapan mereka akan muak akan penolakan dariku.

"Aku sudah cukup sibuk dengan pekerjaanku sendiri dan kenapa juga harus ada dia disini?" Tanyaku sembari melirik pria berkacamata itu.

​Daritadi pria itu hanya diam saja tidak melakukan apapun selain membetulkan letak kacamata yang bertengger di hidungnya.

👑
TBC

✅ A Missing PartWhere stories live. Discover now