Chapter 12 - By your side

95K 5K 2
                                    

Author's POV
Pancaran sinar matahari yang menembus dari jendela kaca kamar itu membuatnya terbangun dan perlahan Kendra mengerjap membuka kedua kelopak matanya dengan sangat pelan.

Baru teringat bahwa ia sempat pingsan saat mendapati kepalanya dikompres dengan kain yang tebal.

Saat Kendra akan bangkit dari tempat tidurnya, ia baru melihat Aaron tertidur lelap sambil duduk di kursi yang terletak tepat di samping tempat tidur.

Kendra langsung membatalkan niatnya untuk bangun, lalu kembali baring terlungkup dan bertopang dagu diatas tempat tidurnya sambil menatap pria yang tertidur pulas meskipun dengan posisinya yang tidak nyaman.

Dalam hatinya bertanya-tanya kenapa pria satu ini ada disini sepagi ini, mungkinkah Aaron menjaganya semalaman?

"Aku benar-benar tersihir dengan wajah ini" Desis Kendra, ia menggerak-gerakkan jarinya seolah menyentuh wajah pria itu dari jauh.

Seorang pelayan mengetuk dengan pelan dan masuk membawakan makanan yang banyak diatas penampan.

Kendra dengan cepat menyuruhnya agar diam dengan mendekatkan salah satu jari telunjuknya di bibirnya.

Kendra benar-benar menikmati pemandangan yang langka ini. Hanya dengan lama menatapnya, rasa sakitnya hilang entah kemana.

Aaron terbangun mendapati gadis itu sedang bertopang dagu dan menatapnya dengan senyuman aneh.

Ia berdeham sembari merapikan posisi duduknya, "Kau merasa lebih baik?" Tanyanya dengan suara yang serak.

Matanya masih terlihat lelah, jas hitam beserta dasi kupu-kupu itu terlipat rapi di lengan bangku yang sedang diduduki Aaron, hal itu membuat Kendra menjadi sangat yakin pria satu ini pasti menjaganya semalaman.

Kendra mengangguk dan menyahut asal, "Kau terlihat lelah" Ucapnya.

Melihat kondisi Kendra yang sepertinya mulai membaik, Pria itu seperti biasanya tidak akan menanggapi dan hendak meninggalkan ruangan.

"Argh! Tidak! Aku pingsan, aku pusing lagi" Kendra bersandiwara ia tidak ingin Aaron pergi begitu saja apalagi mengingat bagaimana terakhir kalinya Aaron terlihat mulai peduli dengannya.

Tidak sesuai dugaan, Aaron bahkan tidak menoleh, apalagi berbalik dan kembali kedalam kamar itu.

Kendra segera bangkit dari kasurnya dan menyusul Aaron yang sudah keluar dari kamar tidurnya.

Kendra segera menghadangnya dengan berdiri tepat di depan Aaron seperti orang yang sudah kehilangan akal dan harga diri, "Berhenti!" pintanya.

Pria itu hanya menatapnya heran tanpa berkata apa-apa.

"Aaron, aku ingin kau menganggap kehadiranku, jangan abaikan aku seperti ini." Kendra menatapnya dengan raut wajah memelas.

Kendra tidak tahu harus berbuat apa lagi, tidak dianggap itu rasanya sangat tidak nyaman. Kendra hanya berharap Aaron bisa merasakan apa yang ia rasakan jika ia diperlakukan begitu.

Pria itu hanya terdiam saja, ia tidak mengatakan 'ya' ataupun 'tidak' ia hanya berdiri menatap Kendra lurus-lurus, tanpa melakukan apapun. Lalu kembali melanjutkan langkahnya.

"Aaron! Dasar jahat, aku tahu kau sudah bekerja begitu keras hanya ingin memiliki perusahaan itu! Tapi..." Kendra menghentikan ucapannya saat ia menyadari ucapannya itu sudah sedikit melewati batas.

Lagi-lagi Aaron tidak menjawab. Ia dengan ragu menyentuh kedua bahu Kendra, melemparkan senyuman kecil dan memutar tubuh Kendra menghadap ke tempat tidurnya "Kau perlu istirahat" Ucapnya.

Ia mendorong Kendra dengan pelan, kemudian melangkah keluar dari ruangan itu.

Kendra terdiam, bukannya berterima kasih, ia malah sudah hilang akal berkata begitu kepada orang yang sudah menjaganya semalaman.

Kenapa Aaron tidak marah saja? Senyuman kecil dan kelakuan Aaron barusan membuat Kendra merasa sangat amat bersalah.

Seharusnya kalimat itu sudah cukup aku katakan dalam hati.

👑

Seminggu yang lalu. Sehabis Kendra melontarkan ucapan tajamnya itu, Aaron pergi begitu saja. Kendra rasa, permintaannya itu sedikit keterlaluan belum lagi ia secara tidak langsung sudah memaksanya dengan menuduh Aaron tanpa bukti apapun.

Bagaimanapun ia pasti binggung bagaimana caranya lagi ia harus memandang baik buruknya orang asing yang tiba-tiba hadir dan mengacaukan hidupnya seperti ini.

Kendra kemudian meraih ponsel yang tergeletak diatas meja di dekatnya.

Maafkan aku Aaron! Ayo bertemu! Aku ingin bertanya sesuatu padamu. Kau boleh terus menganggapku tidak ada sampai kapanpun. Kumohon maafkan aku :(

Setelah mengirim pesan, Kendra meletakkan ponselnya itu dan memohon agar pria itu mau menemuinya.

Maaf, aku sedang sibuk. Sepertinya kau penasaran soal orangtuamu, mereka ke Hawaii sampai bulan depan. Aku akan menemuimu saat itu dan kita akan menjemput mereka bersama.

Ia menarik napas panjang, patah semangat. Apa ini artinya Aaron tidak akan memaafkannya?

Apa ini artinya pria itu tidak akan mau bertemu dengannya lagi?

"Kendra! Giliranmu!" Teriak seorang wanita yang kemudian membuatnya tersentak kaget.

Sudah beberapa hari sejak itu, Aaron tidak pernah muncul lagi dihadapannya.

Belakangan ini aktingnya dibilang bagus karena ia bisa menangis dengan mudah dan bersikap lebih emosional.

Jadi, sutradara terus saja mendesaknya untuk menyelesaikan beberapa scene dalam satu hari.

Hitung-hitung, kesibukan itu berhasil membuatnya lupa akan rasa bersalah dan juga pria itu, walaupun hanya sebentar.

Kendra bahkan pernah nekat mencoba melewatkan waktu makannya, agar ia sakit lagi, dan berharap Aaron akan mucul secara ajaib saat ia tersadar. Sayangnya, hal itu tidak pernah terjadi. Alma, salah satu pelayannya yang terus berada di dekatnya saat ia sakit.

TBC
👑

✅ A Missing PartWhere stories live. Discover now