Chapter 2 - Damar Airlines

183K 6.7K 21
                                    

[As Kendra & Poppy in media]

Kendra's POV
Daritadi pria itu hanya diam tidak melakukan apapun selain membetulkan letak kacamata yang bertengger di hidungnya.

"Oh benar! Kenalkan, George. Pengacaraku, cukup muda, huh?"

Mendengar hal itu, bibirku otomatis membulat sempurna membentuk huruf 'O'

Sungguh, aku lega mendengarnya.
This nerdy guy, adalah pengacara ayahku.

Tunggu-tunggu? Pengacara? Mereka sekarang juga sudah mau mengurus pemindahan warisannya?!

"Kita persingkat saja, waktuku sedikit, dad, mom. Lagian masalah ini bisa kita bicarakan di rumah," Tukasku.

Aku juga tidak tahu kenapa, Tapi yang jelas aku benci mendengar suara pesawat saat lepas landas, aku benci dengan suasana sibuk dan suara ribut di bandara, bandara itu bagaikan tempat perpisahan terburuk dengan segala kemungkinan yang mungkin terjadi.

Intinya aku benci bandara.

"Ken? Bagaimana?" Aku mengerjap dan tersadar kembali dari lamunanku.

Aku berpikir sejenak, Dad pasti tidak akan menyerah begitu saja. Aku juga tidak tega jika harus membohongi mereka hanya karena keserakahanku.

Bagaimana perasaan mereka saat melihat anak satu-satunya mereka telah menipu mereka dari atas sana? Crap! Apa yang kupikirkan? Dari atas mana?!

Aku memutar bola mataku, "Jadi, jawabanku adalah, No. Always No, dad. Lagian kau bisa memanggil yang lebih ahli di bidang ini dan menguruskannya untukku," Jelasku.

Aku tahu mereka pasti akan kecewa. But, Life is the matter of choice, right? Dan aku memilih untuk terus menjadi diriku yang sekarang ini. I'm happy with what I have now.

"Kami kecewa, sweetheart."

Oh no, reaksi mereka jauh berbeda dari sebelumnya, aku berharap mereka marah saja padaku daripada harus menunjukkan secara langsung kekecewaan mereka seperti ini.

Aku mendongak, "I'm so sorry, dad. Aku tidak tahu apa alasan kalian mempercepat memberiku warisan ini, sampai-sampai kalian sudah membawa pengacara," Jawabku.

Jika mereka menjawab soal umur lagi, itu jelas hanya alasan dad saja.

"Kendra..." Keluh dad.

Sungguh, aku tak ingin melihat mereka kecewa. Tapi, mau memikirkannya ratusan atau ribuan kalipun aku tidak akan pernah mau turun tangan dalam suatu perusahaan.

Perusahaan itu, aku mengerti mereka bangun dengan susah payah dari awal dengan hasil jerih payah dan kerja keras mereka sendiri.

Aku sangat mengerti karena sewaktu aku kecil, waktu bersama kami harus tersita karena kesibukan membangun Damar Airlines. Dan sekarang, aku tidak akan pernah mau mengorbankan waktuku lagi untuk hal semacam itu.

Meskipun aku hidup dan tumbuh bersama Damar Airlines, Ia sudah seperti saudaraku, dad dan mom sangat pilih kasih karena terus mengurusnya waktu itu. Untungnya, kami sama-sama tumbuh menjadi suatu hal yang hebat hari ini.

Sehebat-hebatnya dia, aku tetap 'tidak' mau turun tangan didalamnya, titik.

👑

"Kenken, kau sibuk?" Tanya seorang wanita berkulit coklat dengan rambut ikal panjang yang diurai.

Aku mendongak lalu memandangnya, "Berhenti memanggilku Begitu! Pop-pop!" Pekikku.

Poppy Bjergsen, sahabatku, si bintang masak di acara TV 'Pop-the-kitch!' Ia orang yang sangat menyebalkan yang selalu memamerkan rambut keriting panjang alaminya terutama kepadaku, si rambut sebahu yang selalu saja tampak kusut.

"It's Friday, mereka akan pergi ke club sebentar lagi, kau ikut?" Tanya Poppy yang masih melongokkan sedikit kepalanya ke dalam ruanganku.

"Okay, I catch up to you." Tentu saja nightclub selalu saja menarik bagiku, Tapi setelah aku menyelesaikan semua pekerjaan ini.

Poppy mengangguk seraya tersenyum kecil sebelum pergi menghilang dari pandanganku.

Akhirnya setelah menyelesaikan beberapa kontrak yang harus kubaca, aku segera menyusul mereka. Minuman dingin dan dentuman musik yang keras sedang menantiku!

Luxury Nightclub yang sering kami kunjungi, letaknya sangat dekat dengan agensi, tempat itu selalu menjadi tempat pekerja dan artis di agensi berkumpul.

Karena club itu terbilang cukup mewah dan diperkhususkan untuk kalangan menengah keatas, orang-orang yang masuk ke dalamnya wajib memakai semacam topeng, topeng yang menutup setengah atau seberapapun bagian dari wajah mereka.

Alasan topeng itu pastinya untuk menjaga identitas pengunjungnya. Tidak diragukan lagi jika seseorang dari kalangan atas atau selebriti selalu menjaga image dan harga diri mereka.

Aku belum berhasil menemukan hal apa yang membuat mereka harus merasa malu ketika mengunjungi nightclub ini.

Tapi karena yang terjadi malam ini, kupikir aku sudah mengerti kenapa.

👑
TBC

✅ A Missing PartDove le storie prendono vita. Scoprilo ora