Chapter 28 - Australia

79.1K 3.8K 7
                                    

[As Tasya in media]

[Part ini menjelaskan kejadian di Nz, sebelum kejadian pesawat terjatuh]

Author's POV
Wanita tinggi, berambut merah dikuncir satu, dan bermata hijau itu tampak sedang panik, "Uhm, Captain. Dia, Co-Pilot punya sedikit masalah, kau harus segera kesana" Ucapnya terengah-engah.

"Co-Pilot? Masalah apa?" Tanyanya lagi lalu berlari bersama dengan Tasya.

"Mr.Colins? Kau baik-baik saja?" Tanya Aaron saat tiba disana. Ia mendekati pria paruh baya itu dan mengecek kondisinya.

"Waktu Take off kurang dari lima menit, Captain," Bisik Tasya panik.

Pria paruh baya itu tampak kurang sehat, dengan kondisinya saat ini tidak memungkinkan bagi co-pilot untuk melanjutkan perjalanan.

Karena seorang captain dan co-pilot adalah satu. Terpaksa semua tim pilot dari penerbangan 234 harus mencari pengganti. Belum lagi karena mereka menolak untuk meninggalkan Mr.Colins yang sedang sakit sendirian di negara asing pula.

"Sampaikan penggantian tim, aku akan membawa Mr.Colins bersama dengan yang lain" Perintah Aaron.

Tasya segera pergi sesuai dengan perintah Aaron. Beberapa pramugara dan satu orang yang tersisa dari tim-nya membantu Aaron membawa Mr.Colins kembali ke dalam Sydney Airport.

Penerbangan oleh Captain Aaron Torres dengan tujuan New Zealand-New York dibatalkan hari itu juga.

👑

"Captain" Tasya menyodorkan sebotol air minuman kepadanya.

Aaron menerimanya, ia terlihat cukup lelah akan masalah tadi, "Kita sedang tidak bertugas," Ucapnya.

"Baiklah," Jawab Tasya yang langsung bisa menebak maksud ucapan Aaron.

Mereka duduk dalam keheningan, dalam ruangan yang diselimuti bau khas rumah sakit, beserta Mr.Colins yang sedang terbaring diatas kasur.

Tidak lama, Aaron kemudian memecahkan keheningan itu, "Tanda pengenalku." Aaron mengulurkan tangannya lurus-lurus kehadapan wanita yang berdiri disampingnya.

"Apa kau akan pulang duluan?" Tanya Tasya, jika tidak ingin membayar biaya yang mahal untuk perjalanan pulang ke New York, ia sangat membutuhkan tanda pengenal itu.

Aaron mengangguk.

"Tidak, bagaimana jika kita menghabiskan waktu disini? Kita masih punya waktu!" Serunya.

Tasya kemudian memelankan suaranya, saking senangnya, ia melupakan ada orang yang sedang sakit di ruangan ini.

"Tidak, Tasya. Aku harus--" Ucapan Aaron disela olehnya, "Bagaimana jika aku tidak ingin memberikannya padamu?" Godanya.

Aaron memejamkan matanya, wajahnya menyiratkan kekesalannya kepada wanita keras kepala itu. Tapi bagaimanapun juga, ia tidak berhak marah, kehilangan tanda pengenal itu termasuk kesalahannya sendiri.

✅ A Missing PartWhere stories live. Discover now