Chapter 42 - Next to you

77.9K 3.8K 31
                                    

Author's POV
"Kendra?"

Kendra mendongak, memandang wajah pria yang sedang berdiri di depannya membuatnya sedikit kecewa.

"Hi, Ed!" Sapa Kendra, ia duduk bergeser agar pria jangkung yang sedang merapikan rambut panjangnya yang tersangkut topi cap bisa duduk di sampingnya.

"Kau sendiri saja?" Tanya Ed heran.

Kendra tidak menjawab. Untuk memikirkan kembali sosok pria itu saja sudah membuatnya bertambah kesal sekaligus sedih.

"Tumben saja kau datang kesini," Ujar Kendra.

"Tebakanku benar, kau absen hari ini, jadi kukira aku bisa bertemu denganmu disini," Jawab Edward sambil tersenyum kecil.

"Kau tidak kedinginan?" Tambah Edward. Ia meraih tangan Kendra yang lebih kecil dibandingkan telapak tangannya yang besar, dan memasukkannya kedalam saku mantel tebalnya.

Kendra tersentak, ia melirik Edward yang hanya melihat lurus kedepan dan masih menggenggam tangannya dengan erat di dalam saku mantelnya.

Hangat. Kata yang sedang mendeskripsikan semua yang dirasakannya saat ini. Entah kapan terakhir kalinya Kendra merasakan kehangatan ini.

Kendra tertegun, bukan karena siapa orangnya, melainkan apa hal manis yang sering menjadi angan-angannya bersama seseorang yang tepat suatu hari nanti.

Apa Ed orangnya?

Kendra menggeleng, seolah baru tersadar dari semua pikiran-pikiran yang sedang melayang diotaknya dan berusaha melepaskan genggaman tangan Ed yang erat tanpa ingin melukai hati teman satunya ini.

"Lepaskan." Suara berat dan maskulin itu membuat keduanya sama-sama menoleh mencari asal suara itu.

"Aaron!" Seru Kendra. Ia bangkit dan menatap Aaron dengan matanya membulat sempurna.

Ed ikut bangkit dari bangku itu dan menatap Aaron menyelidik. Nama itu sudah cukup sering ia dengar dari mulut Kendra dan membuatnya penasaran bagaimana sosok pria bernama 'Aaron' itu.

Melihat keduanya saling menatap tajam, Kendra terkekeh, "Dia Edward, Aar. Pasti kau sudah tidak asing lagi jika melihat wajahnya," Ucap Kendra sambil menaikkan sedikit topi yang dikenakan Edward.

"Dia Aaron, dan dia...Keluarga...Tidak, dia rekan kerja...Ayahku" Tambah Kendra sambil menunjuk kearah dimana Aaron berdiri, menyengir.

"Ayo!" Aaron hanya menatap Ed datar. Langsung menarik tangan Kendra saat Kendra baru saja menyelesaikan ucapannya beberapa detik yang lalu.

"Aaron! Tapi--" Kendra berusaha melepaskan tangannya dari Aaron dan kedua kakinya itu terseret, terpaksa mengikuti langkah pria itu.

Edward hanya berdiri mematung disana, terus memandang kedua orang yang semakin lama semakin menjauh darinya.

👑

"Aaron! Aku belum sempat bilang pada Ed tadi!" Omel Kendra yang hendak membuka sabuk pengaman yang barusan dipasangkan oleh Aaron.

Aaron segera menghentikan kedua tangan wanita yang hendak menekan tombol pelepas sabuk pengaman otomatis. Ia mengunci pintu dan menghadap kearahnya.

"Pakailah mantel tebal! Kenapa kau harus sampai memasukkan tanganmu ke saku mantel jerapah pirang itu?" Sergah Aaron.

Ia mengatakan kata-kata yang banyak itu dengan cepat sehingga perlu waktu untuk Kendra mencerna semburan kata-kata itu.

"Apa?! Jerapah pirang?" Kendra berdecak sebal. Alis tebalnya kini berkerut sempurna.

"Setidaknya dia tidak pernah meninggalkanku sendirian begitu saja! Ed juga pria baik yang pernah membelikanku boneka kelinci sebesar ini," Lanjut Kendra. Ia membuka kedua lengannya dengan lebar sehingga hampir mengenai wajah Aaron.

Aaron mendorong lengannya itu dan menatapnya kesal. Masih cemburu melihat kejadian barusan.

"Kau cemburu?" Goda Kendra sambil meliriknya.

Aaron tidak berkata apapun dan juga tidak menjalankan mobilnya.

"Kenapa diam saja?" Tambah Kendra setelah itu.

Aaron berdeham untuk menutup kecanggungan yang mungkin akan terjadi, "Jika memang cuaca semakin dingin, kau boleh tidur sambil memelukku," Ucapnya sembari menekan tombol start pada mobil itu agar mesinnya menyala dan siap untuk jalan.

Kendra tersipu malu, Aaron pasti sedang merasa bersalah karena telah meninggalkannya sendiri tadi.

👑

Kendra's POV
Aku berdecak kagum. Baru hitungan detik aku membuka pintu kamar karena seseorang mengetuk pintu. Pria bernama Aaron itu langsung menerobos masuk dan menghempaskan dirinya ke kasur yang sudah kutata rapi.

Bukan hanya itu yang membuatku berdecak kagum. Pria itu tadinya terlihat seperti pria baik, berhati hangat saat mengatakan,

"Jika memang cuaca semakin dingin, kau boleh tidur sambil memelukku"

Aku masih ingat benar, persis seperti itu yang ia katakan dengan gagahnya tadi di perjalanan pulang.

Ternyata, Aaron sudah tahu penghangat ruangan di kamarnya telah rusak dan sampai saat ini belum ia perbaiki karena alasan sibuk.

Dengan santai, Aaron bilang, "Toh ini kamarku setiap musim dingin datang" Ucapnya begitu.

Saat aku menyuruhnya tidur di lantai, ia mulai menyahut, "Jangan berlebihan, kita sudah pernah tidur seranjang"

Apa Aaron sedang mencari-cari alasan saat ini? Oh, jangan berpikiran aneh, Kendra. Nyatanya, kau sendiri juga diam-diam menyukai hal itu, kan?

Baiklah, karena jujur saja aku menikmatinya. Menikmati menyentuh setiap bagian wajahnya. Terutama hidung mancungnya.

"Aku bisa merasakannya," Ucapan Aaron membuatku tersentak kaget. Kukira ia tertidur karena matanya sudah terpejam cukup lama.

Aku berhenti menyentuhnya, tapi aku menyentuhnya lewat tatapanku. Aku tidak ingin sedikitpun melewatkan pemandangan indah ini.

Tolonglah, Jantungku ini tidak berhenti berteriak. jika begini terus, aku pasti akan kelelahan besok.

TBC
👑

✅ A Missing PartWo Geschichten leben. Entdecke jetzt