Chapter 52 - Shooting star

67.9K 3.5K 16
                                    

Author's POV
Hari sudah menjelang sore ketika Aaron terjaga. Kepalanya terasa berat, tapi untungnya tidak berputar-putar lagi. Ia turun dari tempat tidur dan meraba keningnya. Tidak menduga kakinya terasa lebih mampu menopang tubuhnya, baguslah ia sudah pulih secepat ini.

Semua pasti karena cuaca dan kondisi tubuhnya yang sedang tidak baik. Aaron benar-benar benci harus merasa tidak berdaya seperti ini.

Seulas senyum tipis muncul di wajah tampan Aaron ketika ia berbalik, melihat wanita itu terlelap di dekatnya.

Aaron memilih untuk tetap sakit saja, jika memang bisa menghabiskan lebih banyak waktu bersama Kendra.

Ponselnya berdering ketika ia baru saja melangkah meninggalkan ruangan. Terpaksa Aaron menghentikan langkahnya lalu meraih ponsel dekat meja lampu tidur.

"Hm, Ada apa, Luke?" Gumamnya begitu ponselnya ditempelkan ke telinga.

"Buka pintu! Aku didepan!" Jawab Luke tanpa basa-basi. Tanpa berpikir, Aaron pun langsung mengambil mantel tebal, melangkah keluar dan membukakan pintu untuknya.

"Aaron! Apa kau baik-baik saja?!" Sahut Luke ketika Aaron baru saja membuka pintu itu sedikit.

Berpikir, teman satunya ini pasti sedang kedinginan dan ingin cepat-cepat masuk kedalam, bukannya karena ia sedang mengkhawatirkan kondisi temannya itu sendiri.

"Kau seharusnya memasang bel, sobat!" Keluh Luke yang kelihatannya masih kedinginan.

"Kenapa kau kesini? Kau tidak bekerja?" Tanya Aaron datar.

"Ternyata kau baik-baik saja, Kendra meneleponku tadi pagi, suaranya terdengar sangat panik jadi kukira kau sakit parah," Sindir Luke yang dengan santainya, ia selalu menganggap rumah Aaron seperti rumahnya sendiri.

"Biasa, langganan sakit di musim dingin" Sahut Aaron asal dengan suaranya yang serak.

"Hai, Luke!" Sapa Kendra yang baru saja bergabung bersama mereka. Rambut dan wajah kusutnya itu secara tidak langsung mengindikasikan bahwa ia baru bangun tidur.

"Selamat sore, Kendra. Baru bangun?" Ledek Luke sambil bergeleng-geleng.

Kendra mengacak rambutnya, menyambar botol air yang sedang dipegang Aaron lalu meneguknya dengan cepat.

"Whoa, kali ini kau lebih tampak seperti Kendra si bintang jatuh!" Ledek Luke yang sedari tadi tak berhenti memandangi Kendra.

Ia jadi teringat dengan topik terhangat salah satu acara talk show di-TV yang berhasil membuat Kendra berhenti mencari hiburan lewat televisi,

ia lebih memilih untuk jalan-jalan di sepanjang jalan rockaway boulevard atau times square setiap hari, hanya berharap siapa tahu ia akan menjadi orang pertama yang menangkap butiran salju pertama yang turun di kota New York.

"Wah, Terima kasih banyak Luke! Bagaimana jika aku mentraktir makan malam untuk kalimat pujianmu itu?" Sindir Kendra, ia terkekeh, matanya menyipit menatap Luke sinis.

Aaron hanya memandang keduanya bergantian. Satu sisi ia ingin menertawai Kendra, di sisi lainnya ia ingin memberi Luke tanda bahaya. Dilihat dari raut wajah Kendra, sepertinya tatapan dari wanita itu cukup tajam untuk menikam habis nyawa seorang pria jail seperti Luke, salah satu contohnya.

Luke menerima tawaran Kendra.

Makan malam sepertinya bukan ide yang buruk, ditambah lagi dengan kondisi perut kosong mereka yang sudah berteriak meminta untuk diisi sesegera mungkin.

👑

Terakhir kali Luke dan Poppy berselisih karena skandal Poppy mengencani Ed. Luke berpikir Poppy tidak serius tentang lamaran pernikahannya.

"Kalian masih belum berbaikan?" Tanya Kendra penasaran. Ia bertopang dagu, bergantian menatap keduanya yang duduk berjauhan diantara kedua sudut meja panjang.

Ruang VIP disalah satu restoran terdekat itu sudah biasa menjadi tempat langganan Aaron dan Luke. Mereka menyediakan berbagai macam masakan oriental yang dimasak oleh para koki professional. Untuk mendapatkan ruangan itu saja mereka harus melakukan reservasi dari satu jam yang lalu.

"Cepat luruskan kesalahpahaman kalian," Ucap Aaron.

Poppy dari tadi hanya memandang Luke lurus-lurus tanpa berkata sepatah katapun. Ia tidak sempat menyiapkan kata-kata untuk menjelaskan semuanya kepada Luke ketika tiba-tiba saja Kendra meneleponnya dan merencanakan semua ini.

Sedangkan Luke, jelas ia marah sekaligus kecewa. Luke tahu benar ia tidak terlalu layak bersama dengan bintang terkenal seperti Poppy. Ia memilih untuk tidak mendengar penjelasan wanita di depannya itu sedikitpun daripada harus mendengar kalimat-kalimat menyakitkan yang akan keluar dari mulut wanita yang sangat ia cintai itu nanti.

Kedua orang yang daritadi mentonton pertikaian diantara Luke dan Poppy itu tahu bahwa keduanya masih saling mencintai.

Mereka sengaja membuat drama, seperti melakukan hal manis, saling suap menyuapi, bahkan menambahkan sebutan 'honey' atau 'sayang' untuk menggoda kedua orang itu.

Setelah makan malam selesai, banyak pasang mata yang memperhatikan mereka yang sedang melangkah keluar dari bangunan bertingkat dua itu.

Langit sudah gelap, lampu jalan menerangi setiap badan jalan yang dilapisi dengan aspal itu.

Di seberang jalan yang hanya dilalui beberapa kendaraan sedari tadi, terdapat deretan pohon tanpa daun yang sudah dirangkai dengan lampu kelap kelip yang indah.

Jika Aaron sedang sehat-sehat saja malam ini, Kendra bersumpah akan memaksanya jalan-jalan bersama.

"Oops! Kami datang dengan mobil dua pintu dan cuma punya dua kursi!" Ledek Kendra saat seseorang dari layanan valet membawa mobil mereka tepat didepan pintu masuk.

Poppy mendesah, di jalanan sepi itu tidak ada lagi taxi berlalu-lalang seperti halnya satu jam yang lalu.

TBC
Thanks for read and vote

✅ A Missing PartWhere stories live. Discover now