Chapter 23 - Don't Care?

88.6K 4.2K 25
                                    

[As Aaron in media]

Author's POV
Kendra terbangun, mendapati dirinya tertidur dalam pelukan lelaki itu lagi dan ia baru teringat akan lima menit itu.

Kendra berusaha meraih jam tangan Aaron yang tergeletak di meja kecil di samping kasur itu tanpa melepaskan pelukan hangat ini.

Ia mengeluh dalam hati, bagaimana bisa lima menit itu sudah terlewat dua jam.

Kendra berusaha membangunkan Aaron dengan menepuk-nepuk dadanya dengan pelan, akhirnya mata Aaron mengerjap terbuka dan mata biru keabuan itu langsung bertemu dengannya, "Ups, bagaimana lima menitmu?" Tanya Kendra, ia tersenyum lebar seolah tidak ada hal yang salah soal lima menit itu.

"Tidak seperti lima menit biasanya," Ucapnya dengan suara yang masih serak khas orang bangun tidur sambil meregangkan tubuhnya.

Kendra terkekeh, "Sudah jam sebelas, Aar!" Ucapnya dengan wajah datar tidak berdosa.

"Apa?" Aaron tersentak lalu memastikan kembali perkataan Kendra.

Melihat hal itu, ia menghela napas panjang, "Astaga, Kendra. Sebentar lagi dad pasti akan mencariku!" Keluhnya.

"Aaron!" Ucapan Kendra membuat Aaron menatapnya, mereka berdua terkunci dalam tatapan itu beberapa detik lamanya.

Aaron mengerang dalam hati. Berusaha menyembunyikan fakta bahwa jiwa raganya telah berteriak kegirangan, suara khas yang sudah lama tidak ia dengar, pagi ini kembali memanggil namanya.

"Brenda, dia datang mencariku kemarin," Lanjut Kendra.

"Apa?! Apa dia berbuat sesuatu padamu?" Aaron sedikit terkejut mendengarnya, ia menatap Kendra dengan alis berkerut, menunggu jawaban darinya.

Kendra menceritakan semua apa yang terjadi hari itu padanya, hitung-hitung hal itu membuat Aaron terus berada di dekatnya dalam waktu yang cukup lama.

Wanita satu itu, ada saja cara di
akalnya itu untuk terus berada di dekat Aaron.

"Temuilah dia, Aar" Ucap Kendra lagi. Ia berbaring menelungkup menyentuh rambut gelap Aaron dengan ragu.

Aaron bergeming.

"Bagaimanapun, dia masih ibumu," Ucapan Kendra berhasil membuatnya berpikir untuk mempertimbangkan hal itu sekali lagi.

👑

"Tenang saja, dad. Tidak ada yang terjadi, maafkan aku, aku tidak menghadiri rapat penting denganmu tadi," Ucapnya sopan dengan ponsel menempel di telinganya, mondar mandir seperti orang kebinggungan.

"Apa dad memarahimu?" Tanya Kendra melirik Aaron yang baru saja menyelesaikan panggilan itu.

Aaron menggeleng dan duduk di samping Kendra yang sedang mengolesi toast dengan blueberry jam.

Selagi Aaron sibuk dengan ponsel dan laptopnya, Kendra menyuapinya Toast itu dan membiarkan Aaron menggigit roti yang masih berukuran utuh itu.

"Whoa, aku iri, kalian memang pasangan yang sangat romantis" Ucap Aurora yang baru saja bergabung bersama dengan mereka.

Mereka diam tak berkomentar, kemudian Kendra menyodorkan piring dengan toast yang sudah siap dimakan di hadapan Aurora.

"Kalian tetap melakukannya, meskipun aku masih disini, huh?" Sindir Aurora melihat Kiss mark yang terlihat jelas di leher kakaknya yang masih topless itu.

"Bukan aku yang melakukannya!" Kendra mengelak dengan cepat.

"Apa kau tidur dengan wanita lain selain istrimu?" Seru Aurora sembari mengusik kakaknya yang masih duduk di depan laptop itu.

"Aku tidak punya istri," Jawabnya singkat dengan wajah datarnya.

Aurora terkekeh, menganggap hal itu lelucon yang dibuat kakaknya saja untuk menggoda Kendra. Selama ini Aurora dan Olivia banyak bertukar cerita, ia jelas tahu Kendra adalah istri Aaron sekarang.

Kendra bertopang dagu memperhatikan wajah cantik Aurora, meskipun berantahkan karena baru bangun, ia masih saja terlihat menawan.

Sambil mencari kemiripan keduanya, ternyata wajah kakak beradik itu memang sangat mirip. Mata grayish blue dan wajah blasteran asia mereka sangat menonjol, Aurora tumbuh menjadi gadis yang cantik seperti ibunya, Brenda.

"Oh Astaga, aku lupa menelepon manager-ku" Kendra mendesah, kemudian berlari mencari ponselnya di dalam kamar.

"Kak, kau tahu? Dia artis yang sangat terkenal, sekuel Kendra sedang menjadi trending topic di kampus kami," desis Aurora.

Aaron tak berkomentar, ia masih mengetik di papan ketik laptopnya itu. Menganggap ucapan adiknya angin lalu.

"Dia sangat baik dan pintar, kau sungguh beruntung!" seru Aurora.

"Kemarin saat aku baru saja tiba di New York, aku diperas oleh beberapa preman jalanan. Lalu--" tambah Aurora, terpotong.

"Kau tidak apa-apa, apa ada yang terluka?" Tanya Aaron yang kemudian menghentikan pekerjaannya dan mendekati adiknya itu.

Aaron tidak pernah sepeduli ini kepada siapapun, selain kepada adik kecilnya, Aurora.

Aurora kemudian menceritakan hal itu di mulai dari apa saja yang terjadi hari itu, sampai bagaimana cara cerdik Kendra menyelamatkannya.

Selain Kendra, orang yang meramaikan rumah ini bertambah satu orang lagi.

👑

"Sebelum aku kembali ke Brooklyn, malam ini, Aunt Oliv mengajakku ke cinema. Kalian ikut?" Tanya Aurora.

Aaron menggeleng, "Aku banyak kerjaan, Rora. Gara-gara dia, aku terlambat bekerja pagi ini," Sindir Aaron.

Aaron yang selalu bersikap baik pada adik tersayangnya itu, membuat Kendra sedikit iri padanya.

"Aku ikut, Rora! Aku kangen berkencan dengan nyonya besar!" Gurau Kendra.

Aurora terkekeh, setelah Kendra mengganti pakaiannya, Mereka segera pergi dengan taxi.

"Rora, apa kakakmu punya mantan pacar?" Tanya Kendra setelah menyebutkan alamat mansion keluarga Damaris kepada sopir taxi.

Tiba-tiba saja, ingatan tentang foto itu terlintas lagi dipikirannya.

"Kenapa kau bertanya seperti itu?" Aurora bertanya balik dengan gugup.

Kendra menggeleng dan menyahut asal, "Tidak, aku hanya penasaran"

Ketika mereka tiba di mansion Olivia dan Abercio, semuanya saling berpelukan mengekspresikan kerinduan mereka masing-masing, dan kembali ke rencana awal mereka, yaitu menonton bioskop bersama dengan popcorn dan minuman soda.

TBC
👑

✅ A Missing PartNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ