Chapter 44 - New Jersey

72.6K 3.8K 13
                                    

"Ms.Boone, sepertinya aku tidak akan bisa lagi melakukan semua ini," Keluh Kendra.

"Tapi kontrak pemotretan musim dingin adalah kesempatan emas, Kendra!" Bujuk wanita itu lagi. Suara berat dan khas itu terdengar sedikit memaksa.

Kendra masih tidak berkomentar. Ruangan itu hening seketika sampai Ms.Boone kembali berkata,

"Pikirkan baik-baik, Kendra. Bukankah kerja sama dengan merek terdunia itu adalah salah satu impianmu?"

"Setelah sekuel double A sepertinya aku akan berhenti, ma'am." Kendra tersenyum kecil. Hanya berharap wanita itu tidak marah padanya.

Aku sudah didepan

Notifikasi pesan singkat itu terbaca dari layar utama ponsel Kendra. Ia segera pergi tanpa berkata sepatah katapun kepada Ms.Boone yang masih berdiri mematung disana.

"Apa yang terjadi, Aaron?" Tanya Kendra setelah memasuki mobil itu. Mengernyit, tangan kirinya sambil mencari-cari kaitan sabuk pengaman.

Aaron berdecak, meraih kaitan itu dan memasangkannya untuk Kendra, "Hari ini, temani aku saja, ya?" Ucapnya pelan.

Sebenarnya Aaron sendiri juga tidak tahu kenapa secara mendadak ia ingin Kendra juga ikut bersamanya. Apa ia terlalu takut menghadapi semua ini sendirian?

Kendra mengangguk saja,

Siapapun akan luluh mendengar permintaan Aaron yang sebenarnya tidak mungkin ditolak oleh siapapun, dirinya jarang meminta, apalagi dengan nada yang begitu melas.

Kendra tidak berkomentar. Memutuskan untuk ikut dengan Aaron ke New Jersey dalam perjalanan yang akan memakan waktu tiga jam atau bahkan lebih, untuk sampai disana.

Bangun, tidur, bangun, tidur.
Itu yang dilakukan Kendra sepanjang perjalanan yang baru dilewati satu jam itu.

Aaron mengerti, dirinya pasti sudah lelah karena habis pemotretan dan shooting seharian dan kini Kendra harus langsung duduk di dalam SUV ini selama beberapa jam kedepan.

Sedangkan Aaron, ia hanya tetap memfokuskan diri, menyetir.

Langit cerah mulai terganti dengan langit senja, Aaron membawa mobil itu hingga melewati jalanan yang sepi yang di tepinya dipenuhi oleh pepohonan-pepohonan yang sudah kehilangan daunnya.

Sambil melirik wanita disampingnya yang sedang tertidur pulas, sudah cukup memberinya ketenangan sementara akan berita duka yang belum dapat ia pastikan sendiri.

Bagaimana bisa pria paruh baya pemilik Marco's beer yang sering ia amati secara diam-diam itu kini sudah tiada?

"Kendra, kita sudah sampai!" Ucap Aaron sambil mengguncang tubuh Kendra dengan pelan.

Kendra mengerjap, menggosok-gosok matanya lalu menguap, "Rumah siapa ini?" Tanya Kendra setelah melihat pemandangan di depannya, yang sedikit seperti perumahan di desa New Jersey. 

Pohon-pohon yang sudah merontokkan daunnya berkumpul disekitar rumah kayu dengan cat putih yang kelihatannya sangat nyaman.

"Rumah keluargaku," Ucap Aaron santai. Meskipun ia sudah tidak sabar ingin masuk, menunggu wanita satu ini sudah menjadi salah satu kewajibannya.

Kendra mendongak, "Apa!?" Ia merapikan posisi duduk dan menyisir rambutnya yang kusut itu dengan jemarinya, berusaha meluruskan pakaiannya yang tak kalah kusut dengan rambutnya itu akibat tertidur selama perjalanan.

Aaron membuka pintu mobil dan melangkah keluar. Ia memutari mobilnya dan membukakan pintu satunya untuk Kendra, "Kau tetap terlihat cantik," Sahutnya.

Kendra tersenyum tersipu dan melangkah keluar dari pintu mobil yang sudah dibukakan oleh Aaron. Masih melayang-layang karena ucapan Aaron barusan, mengatakan dirinya cantik.

Mereka berjalan berdampingan, Aaron terlihat gugup. Kendra hanya memandangnya heran rumah dengan halaman yang dipenuhi dengan mobil-mobil lainnya.

Kendra menepuk punggung Aaron pelan, ingin bertanya kenapa tangan pria itu gemetar, ragu membuka pintu. Namun, Aaron ternyata sudah lebih dulu membuka pintu itu sebelum ia sempat bertanya.

Beberapa pasang mata langsung tertuju pada mereka berdua saat itu juga.

Paruh baya, pemuda, wanita, balita, anak kecil, rambut hitam, rambut pirang, freckles, wajah asia, blasteran, amerika. Semuanya berkumpul didalam satu ruangan yang sama.

"Aaron?!" Teriak salah satu suara yang serak. Pria yang tampak seumuran dengan Aaron dengan mata sembap, wajahnya menyiratkan penuh amarah langkah terhentak-hentak menghampiri keduanya.

"Paman meninggal karenamu! Kenapa kau tidak pernah muncul disaat ia benar-benar membutuhkanmu?!" Bentak pria berambut pirang itu, ia mendorong dan juga memukul Aaron terus menerus.

Sedangkan, sisanya hanya tertegun melihat Kendra. Bintang terkenal yang datang bersama dengan Aaron.

Pria berambut pirang, bertubuh montok itu menyalahkan kehadiran Aaron. Lalu ketika Kendra berhasil membaca gelagat pria berambut pirang itu, Kendra menahan lengan besar pria yang baru saja akan mendaratkan sebuah tamparan keras di wajah tampan Aaron.

Matanya membulat sempurna, tangan besar itu sudah hampir mengenai dirinya. Kendra tidak menghiraukan hal itu, hanya saja ia terlalu terkejut.

Tidak ada yang boleh melukai Aaron, tidak ada yang boleh menyentuh wajah tampan Aaron, selain dirinya.

TBC
👑

✅ A Missing PartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang