Chapter 55 - Jeremy

62.2K 3.3K 22
                                    

"Akhirnya aku menemukan seorang manager yang tepat untukmu!" Seru Brenda kemudian menyesap minuman hangat yang baru diantar oleh asisten pribadinya.

Kendra tetap tidak berkomentar. Brenda benar-benar handal, ia memang wanita karir yang diidam-idamkan semua orang.

Hanya dalam hitungan jam, ia sudah menemukan seseorang yang pas dengan kriteria yang diinginkan oleh Kendra.

"Good-Looking, friendly, pandai, berbakat, uhm..apa lagi ya?" Ucap Brenda berusaha menyebutkan apa saja yang ia ingat.

Kendra terkekeh, "Ada orang se-sempurna itu?" Tanyanya penasaran.

Suara ketukan pintu otomatis membuat kedua orang itu tersentak dan memandang kearah pintu. "Masuklah" Ucap Brenda kemudian.

Seorang pria berkacamata dengan jaket bomber dan sneakers muncul dari balik pintu, "Morning, Madam!" Sapanya saat ia baru saja masuk ke ruangan itu.

"Nah, dia Jeremy, manager barumu." Brenda bangkit, menyambut kedatangan pria itu dan membawanya duduk bersama dengan mereka.

Kendra tidak berkomentar.

Nah, bukan hanya terlihat muda, bagaimana bisa ia lupa menambahkan hal terpenting didalam daftar kriteria itu? Seperti, jenis kelamin contohnya.

Semoga Aaron tidak masalah soal ini.

Jeremy bergabung dalam diskusi ringan mereka ditemani dengan secangkir teh hangat dan cemilan. Kendra terus memperhatikan berbagai hal kecil dari pria itu seperti cara berbicara dan lainnya agar lebih mengenal calon manager-nya itu.

Sesuai dengan salah satu kriterianya, Good-looking. Jeremy terlihat sangat menarik mengenakan kacamata half-frame ditambah lagi dengan rambut gelapnya yang sedikit berantahkan, sehingga membuatnya pantas disebut 'cute'.

"Jadi apa kau perlu semacam bodyguards?" Tanya Brenda tiba-tiba.

Keduanya hanya saling memandang, saling menunggu jawaban, tetapi Jeremy lebih dulu mempersilahkan Kendra untuk menyampaikan pendapatnya mengenai pengamanan.

Belakangan ini banyak sekali teror dan serangan berbahaya yang berhasil dihindari oleh Kendra. Ia tahu ia sudah dibenci oleh beberapa kelompok orang, tetapi hal itu tidak juga membuatnya berhenti dari karir tercintanya itu.

👑

"Kau tidak bisa menjemputku lagi?" Keluh Kendra dengan nada yang pelan dan rendah. Ia yang tadinya bersemangat, jadi loyo seketika.

Setelah mendatangi beberapa tempat bersama Jeremy, hal yang paling pertama terlintas dipikirannya adalah Aaron.

"Tidak apa-apa, nikmati waktu bersama rekan kerja barumu!" Jawab Kendra, senyumnya mengembang saat Aaron berniat akan membatalkan acara makan malam hanya untuk menjemputnya.

Setelah mengakhiri panggilan singkat itu, Jeremy yang ternyata daritadi memperhatikannya lalu mendekatinya, "Kau akan pulang, atau kembali ke agensi lagi, Ms. Damaris?" Tanya Jeremy santun.

Kendra terkekeh, sikap sopan Jeremy membuat pria itu tampak semakin menggemaskan saja, "Panggil saja Kendra," Jawab Kendra.

"Baiklah, Kendra. Kau akan kemana?" Ulang Jeremy sambil membetulkan letak kacamatanya.

Kendra bangkit dari tempat duduk itu dan menyambar tas yang tergantung di sandaran kursi, "Tentu saja pulang!" jawabnya semangat.

Kendra suka dengan sikap Jeremy yang perhatian, sopan, dan kalem. Sedangkan Jeremy suka dengan sikap Kendra yang ceria, bersemangat, dan talkative.

Keduanya hanya berharap mereka akan cocok dan menjadi tim yang solid, karena rasa cocok dan kompak memang hal penting yang diperlukan dalam hubungan artis-manager.

"Aku bisa mengantarmu," Ucap Jeremy yang kemudian memecahkan keheningan di dalam lift.

Suara dentingan halus membatalkan niat Kendra untuk menolak. Setelah melangkah keluar, akhirnya ia lalu menjawab, "Tidak perlu merepotkan! Lagian aku sudah biasa menggunakan taxi," Jawab Kendra.

Jeremy berdecak pelan, "Terlalu bahaya, Kendra. Kenapa kau menolak tawaran Brenda soal bodyguard?" Tanyanya penasaran.

"Masih musim dingin! Aku bisa menutup seluruh wajahku dengan apapun sekalian untuk merasakan kehangatan," Jelas Kendra kemudian ditanggapi oleh Jeremy sebagai candaan.

"Tunggu aku disini, ya! Mobilku dekat disana!" Serunya lalu berlari menuju ke seberang, tempat lapangan parkir.

Baru saja akan membuka mulut, Jeremy sudah jauh disana, tak lama kemudian masuk ke salah satu mobil berwarna gelap dan membawanya tepat didepan tempat Kendra berdiri.

Kendra hanya memandangnya heran dan menggaruk kepalanya, binggung. Ia memutuskan untuk masuk kedalam dan menyetujui ajakan Jeremy.

"Kau bukan pengawal-ku atau semacamnya, Jeremy!" Ucap Kendra tertawa kecil sambil mengencangkan sabuk pengaman.

Jeremy terkekeh, masih fokus dengan setir mobilnya.

Ia sudah tahu sebagian data diri umum mengenai Kendra, termasuk alamat rumah tempat Kendra tinggal sekarang. Tidak jauh dari rumahnya, namun sangat jauh dari agensi.

Intinya agensi Brenda memang sangat jauh dari perkotaan.

"Terima kasih sekali lagi atas tumpangannya," Ucap Kendra sebelum keluar dari mobil itu.

Setelah Jeremy mengiyakan seraya mengangguk, Kendra lalu membuka pintu dan melangkah keluar.

Jeremy sangat pandai mencari alamat, hanya bertanya sekali pada Kendra, ia langsung dapat mengantar Kendra ke rumah yang tepat.

Tidak seperti dugaan Kendra, Jeremy ternyata membantunya mengambil barang bawaannya sampai ke depan teras rumah.

Suasana mendadak berubah canggung ketika Jeremy memperlakukan Kendra dengan sangat baik bak tuan putri.

"Ini terlalu banyak, Jeremy! Terima kasih!" Ucap Kendra seraya melambai.

Suara dehaman menyentakkan kedua orang itu. Kendra berbalik, dan mendapati Aaron berdiri di ambang pintu dan menatap Jeremy sinis.

"Kau siapa?" Sergah Aaron galak. Ia lalu berdiri tepat dekat disebelah Kendra dan merangkulnya.

TBC
❣️Thanks for Read and Vomment❣️

✅ A Missing PartWhere stories live. Discover now