Chapter 10 - Bad intention

102K 5.3K 39
                                    

[As Aaron in media]

Kendra's POV
Sudah seminggu dimana Aaron mengantarku pulang, saat itulah terakhir kali aku bertemu dengannya.

Hari ini aku memutuskan untuk melakukan hal yang luar biasa.

Hari pertama pemantauan niat buruk Aaron Torres.

Setelah memarkirkan mobilku, Aku berjalan masuk ke bandar udara John F. Kennedy dengan percaya diri.

Dengan hot pants dan oversized hoodie, rambut dikuncir satu tinggi, masker dan kaca mata hitam. Di bandara, turis-turis sudah biasa berpakaian seperti ini sehingga tidak akan ada lagi yang curiga denganku.

Bandar udara JFK selalu saja ramai, setiap hari selalu ada orang yang berbeda-beda keluar masuk negara.

Aku pernah membaca sebuah kutipan lewat internet, yang isinya "The truth is that airports have seen more sincere kisses than the wedding halls." Baru saja beberapa menit tiba, aku sudah banyak menyaksikan banyak pelukan rindu, mendengar kata selamat tinggal dan sampai jumpa.

Aku heran, kenapa mereka bisa begitu gampangnya mengucapkan hal semacam itu kepada seseorang yang akan mempercayakan hidup mereka seutuhnya hanya kepada seorang pilot? Kenapa mereka tidak bilang hal semacam, "Jangan pergi" atau misalnya, "Kau sangat bodoh mengambil resiko sebesar itu"

Well, jangan dianggap serius, anggap saja aku sendiri yang punya kelainan.

Sebelum kembali ke tujuan awal, mari kita membeli segelas gelato agar hari ini terasa lebih manis dari hari sebelumnya.

Karena sebentar lagi, Kendra yang super genius ini akan membongkar rencana busuk Aaron Torres.

Maaf soal kepercayaan diriku, aku tadi hanya teringat dengan kata-kata seseorang. Katanya, jika kita terus berkata 'bisa', maka sebenarnya kita sudah memenangkan hal itu lima puluh persen.

Aku percaya dengan perkataanya. Setelah ini, aku berjanji akan menertawakan dad sekeras-kerasnya.

👑

"Excuse me" aku menghadang seorang pemuda dengan seragam merah maroon yang kukenal.

Ia langsung berhenti dan memberiku senyuman ramah. Menungguku mengucapkan sesuatu padanya.

"Apa kau kenal dengan pria bernama Aaron Torres?" Ucapku.

"Kau mau bertemu dengannya? Dia ada di..." Pemuda itu tampak sedang berpikir.

"Tidak, tidak, bisa kau memberitahuku bagaimana menurutmu pria itu?" Aku bertanya dengan mengenakan kacamata hitamku, akan bahaya jika Aaron menangkapku nanti.

"Oh, kau pasti salah satu penggemarnya, dia memang tampan dan populer!" Seru pemuda itu sambil terkekeh.

Aku menyentuh dahiku dan memejamkan mataku, karena bukan itu yang kumaksudkan,

"Secara pribadi, mungkin?" tanyaku lagi, berusaha sesabar mungkin menghadapinya. Namun pemuda itu pada akhirnya bergeleng sambil terkekeh pelan.

Aku membiarkan pemuda itu pergi dan melanjutkan pekerjaannya. Setelah itu, aku harus mencari target interogasi selanjutnya.

Kurasa wanita yang sedang berjalan kearahku itu akan menjadi targetku selanjutnya.

"Halo" Sapaku sambil melepaskan kacamata hitam supaya terkesan lebih sopan.

✅ A Missing PartWhere stories live. Discover now