Epilog

166K 4.8K 79
                                    

Author's POV
"Archerrie...Sudahku bilang jangan lari kemana-mana, kan?" Pria itu tampak marah dan juga lega, napasnya terengah-engah sehabis berlarian.

Ia meraih tangan kecil itu kemudian menuntunnya kembali ke tempat keramaian.

"Sudahku bilang jangan panggil aku Archerrie!" Teriaknya sambil memukul lengan ayahnya dengan sekuat tenaga.

Anak laki-laki berusia baru genap tiga tahun itu terpaksa berjalan mengikuti langkah besar Ayahnya.

"Hey! Archerrie...Ada apa berteriak, nak?" Tanya Abercio memandang keduanya yang berjalan menuju kearahnya.

"Jangan tambahkan kata 'cherry' di namaku, popa!" Cibirnya kesal.

Walaupun masih terlihat kesal, nadanya berbicara kepada kakeknya terdengar lebih sopan dibandingkan ketika dia berbicara dengan ayahnya sendiri.

"Sudahku bilang berulang kali, tapi kalian tidak pernah mengingatnya," tambahnya lagi.

"Lihatlah dia! Bukannya persis seperti jiplakan ayahnya?" Sahut Kendra dari kejauhan.

"Mommy!" Seru laki-laki kecil itu lalu berlari memeluk ibunya yang datang membawakan piring berisi makanan.

"Hati-hati, Arcell!" Omel Aaron.

Kendra melirik Aaron, tatapannya mengatakan bahwa ia baik-baik saja, tetapi Aaron masih saja bersikap berlebihan, "Here, makanan kesukaanmu, sosis bakar."

Tidak memerlukan waktu yang lama, anak itu langsung duduk manis, melahap makanan yang diberikan oleh Kendra,

"So, what's wrong with 'Cherry', sweetheart?" Tanya Kendra sembari duduk didepan Arcell.

"Namaku Arcell Torres, sama sekali tidak ada kata 'Cherry', mom! Kalian telah membuat namaku terdengar seperti nama perempuan!"

"Okay, okay, aku akan beritahu semua orang bahwa kau tidak menyukai panggilan 'Cherry'"

"Berjanjilah, mom! Oh iya...Kata dad kita akan ke air mancur habis ini."

"Tapi sehabis kita mengantar mereka berbelanja," Sahut Aaron yang baru saja kembali dan bergabung bersama mereka.

Seperti katanya, sehabis mereka mengantar Abercio dan Olivia bersama dengan beberapa asistennya berbelanja di shopping mall terdekat, mereka langsung lurus ke Trevi Fountain.

"Tidak menduga kita benar-benar kembali kesini setelah empat tahun," Ucap Aaron kepada Kendra, sembari menggendong buah hatinya, Arcell.

Mereka berjalan berdampingan, menikmati pemandangan klasik kota Roma.

"Arcell, mau tahu sesuatu?"

Kendra menoleh, ikut penasaran karena ucapan Aaron barusan.

"Kami membuatmu disana," Ucap Aaron sambil menunjuk gedung tinggi yang terlihat dari kawasan distrik Trevi yang tak lain adalah sebuah hotel.

Mata Kendra melebar, lalu memukul lengan Aaron sekuat-kuatnya, "Aaron! Sudah kubilang jangan bilang aneh-aneh pada Arcell!"

Aaron tergelak, "Aku bercanda!"

Kendra manyun, Aaron masih tertawa keras, sedangkan Arcell tidak peduli dan juga tidak mengerti apa yang sedang dibahas kedua dewasa itu.

"Jangan marah, I love you," Goda Aaron sambil meliriknya sebentar.

Kendra tidak berkomentar,

"Ayolah balas! Setelah apa yang terjadi digedung itu, aku tidak pernah mendengarnya lagi," goda Aaron kembali tertawa.

Alis Kendra tampak semakin mengerut, jika begini terus, ia yakin lama-lama wajah Aaron akan terlihat jauh lebih awet muda daripada wajahnya.

"Termasuk munculnya bocah satu ini, aku iri!" Lanjut Aaron.

Karena Kendra tidak juga menjawab, Aaron melanjutkan, "Kuharap yang satu ini perempuan, lihatlah bagaimana nanti aku membuatmu cemburu, sayang." Bisiknya ditelinga Kendra.

"Aaron!" Panggil Kendra tiba-tiba.

"Ada gelato! Belikan aku gelato!" Seru Kendra sambil menunjuk ke arah gerobak gelato disudut taman itu.

"Aku juga, dad!" Arcell mengacungkan satu jari telunjuknya yang mungil didepan wajah Aaron.

"Tidak! Jangan jajan semb—"

"I love you," Sela Kendra, memandang Aaron memohon.

Jika saja wanita itu bawa dompet atau uang tunai, ia tidak akan peduli lagi akan omelan Aaron yang adalah suaminya sekalipun.

"So much," Tambah Kendra lalu mengecup pipi Aaron kilat.

Aaron mendengus, "Satu bagi tiga, okay?"

"Okay."

THE END

✅ A Missing PartWhere stories live. Discover now