Chapter 62 - Spring

64.9K 3.4K 10
                                    

Musim dingin perlahan-lahan pergi, digantikan oleh musim semi. Musim yang paling disukai Kendra. Bunga-bunga mulai bermekaran, tapi udara pagi ini masi saja terasa dingin.

Setelah Brenda turun tangan melontarkan kata-kata sindirannya yang terkenal sangat pedas itu, skandal ringannya mengencani Jeremy hilang, lenyap dari media sosial atau dimanapun itu.

Berkat kecemburuan Aaron juga, Brenda berusaha menarik semua unggahan foto yang tersebar luas, bahkan menuntut berdasarkan beberapa foto yang telah dimanipulasi.

Dan jika ada pepatah mengatakan, setiap perselisihan selalu meninggalkan bekas luka dalam hati. Kendra yakin hal itu yang terjadi pada pria yang berjalan lebih dulu di depannya.

Taman itu tampak sedikit padat, mungkin karena banyak orang berpergian merindukan pemandangan taman setelah lama diterpa musim dingin.

Dan termasuk juga mereka, Abercio dan Olivia, mereka terlihat sangat bahagia walau hanya berjalan bersama ditengah taman di musim semi.

Kendra selalu bertanya-tanya kenapa hubungannya dengan Aaron tidak pernah semulus hubungan kedua orangtuanya.

Ia tersentak kaget, lalu mengubah pandangannya saat punggung pria yang ia pandang sedari tadi tiba-tiba berbalik.

Aaron berjalan berdampingan dengan Abercio, sedangkan Kendra berjalan di belakang keduanya bersama dengan Olivia.

Banyak sekali hal yang dapat dibincangkan oleh mereka, mungkin karena sudah lama tidak bertemu. Sehingga, menghabiskan dua jam ditempat ini-pun rasanya tidak akan cukup.

"Sehabis ini, ayo kita akan makan di restoran milik salah satu temanku," Ajak Olivia semangat.

Semuanya setuju saja mendengar ajakan Olivia, tapi hanya suaminya, Abercio yang menanggapi.

"Dimana itu? Apa makanannya enak?" Sahutnya lalu berjalan menggandeng lengan kecil Olive, meninggalkan keduanya disana.

Kendra dan Aaron berjalan di belakang kedua orang tua itu, suasana terasa canggung karena tidak ada seorangpun dari mereka yang memulai pembicaraan.

Aaron melirik jam tangan, juga curi pandang ke arah Kendra. Hari ini ia rela meninggalkan pekerjaannya hanya untuk menemani mereka berjalan-jalan.

Ingin sekali ia meraih tangan ramping Kendra yang sedang terayun-ayun serta menggenggamnya erat. Tapi sayangnya, Aaron masih terlalu gengsi untuk memulai semua hal-hal manis itu lagi.

Sesuai perkataan Olivia, mereka menyelesaikan putaran terakhir dan duduk di salah satu bangku taman sambil menunggu Aaron mengambil mobil di tempat pemarkiran.

Suasana dalam mobil terbilang cukup hangat, keduanya sempat terlibat dalam diskusi keluarga kecil itu saat perjalanan.

Setibanya disuatu restoran yang terletak tidak jauh dari taman, mereka segera mencari tempat duduk khusus yang sudah disiapkan, yaitu di tempat yang sedikit terbuka dengan lapangan kecil permainan golf disana.

Setelah selesai memesan, Abercio berdeham, ekspresi wajahnya sedikit membuat mereka bertanya-tanya apa yang sedang dipikirkan oleh pria paruh baya itu.

Siapa yang tidak kenal Abercio? Ayah yang penuh kejutan.

"So...Ini tempat salah satu rekanku, istrinya ternyata teman baik Olive," Ujar Abercio.

Kendra mengangguk-angguk.

"Dia sudah punya dua! Dua cucu kembar!" Abercio tersenyum lebar seraya mengacungkan kedua jarinya bersamaan.

"Cucunya sangat lucu, kami ingin melihatnya tadi, tapi mereka sedang tidur," Sambung Olivia kecewa.

"Kurasa ada baiknya jika kita punya satu atau lebih bagusnya dua yang kembar seperti cucu Freddy, benar begitu, hun?" Sindir Abercio sambil melirik keduanya.

Mendengar hal itu, Aaron lalu mengeluarkan ponsel pintarnya lalu mengetik sembarangan. Sedangkan Kendra memilih untuk pura-pura tidak mendengar.

"Jadi, Aaron, bagaimana jika kau membawa Kendra jalan-jalan ke Eropa? Bukannya bulan ini kau juga harus menghadiri acara disana?" Sindir Abercio.

Olivia terkekeh, "Kuharap kalian mengerti maksud permintaan kami yang satu ini," Bisiknya.

👑

"Roma?"

Aaron mengangguk,

"Jadi jikalau dad tidak menyinggungnya tadi, kau berencana akan pergi tanpa memberitahuku?" Tanya Kendra lagi.

Aaron melirik wanita yang duduk dibangku penumpang disampingnya, "Tidak juga," Jawabnya ketus.

Kendra membuang napas, "Terserah kau saja, Aar." Sahutnya asal.

Melewati perjalanan dalam keheningan, sampai Aaron akhirnya memecahkan keheningan itu, "Kau mau kesana?" Tanyanya.

Setelah berpikir singkat, Aaron memberanikan diri bertanya kepada Kendra. Entahlah, Ia selalu mendapat keberanian jika memang harus mengatakan hal-hal semacam itu di mobil. Mungkin karena jika ia sedang menyetir ia tidak harus menatap mata Kendra secara langsung.

"Buat apa? Lagian itu juga perjalanan bisnis-mu," Jawab Kendra yang masih memandang ke luar jendela.

Aaron berdeham, lalu tersenyum sendiri. Mungkin karena ia teringat akan ucapan kedua orangtua yang telah barusan mereka antar ke rumah dengan selamat.

"Apa yang kau pikirkan, dasar mesum!" Kendra menyelanya ketika Aaron akhirnya kepergok senyum-senyum sendiri.

"Memangnya apa lagi?"

"Hentikan, Aaron! Itu memalukan."

Keduanya tertawa, melupakan sikap dingin mereka begitu saja.

Tidak lama kemudian, Aaron tiba-tiba banting setir, menepikan mobil mereka dan hendak memberhentikannya sejenak.

"Ada apa, Aaron?" Tanyanya heran karena Aaron tiba-tiba memberhentikan mobilnya.

Ia menarik rem tangan, tidak lama setelah mobil itu benar-benar terparkir. Aaron kemudian menarik Kendra, mencium bibirnya dengan cepat.

Mata Kendra membulat, sedikit terkejut akan serangan tiba-tiba seperti ini karena jantungnya mungkin saja tidak akan mampu menahannya lagi.

Kendra mengumpat dalam hati, ia benar-benar merindukan semua ini.

"Roma? Kedengarannya menakjubkan," Bisik Kendra setelah Aaron melepaskan ciuman itu.

"Maafkan aku, Kendra. Aku berlebihan, aku terlalu cemburu. Aku hanya tidak ingin kehilangan dirimu lagi."

TBC
❣️Terima Kasih sudah membaca❣️

✅ A Missing PartWhere stories live. Discover now