Chapter 7 - A Question

114K 5.5K 7
                                    

[As Kendra in media]

Kendra's POV
Matanya, caranya menatap, senyumannya, kurasa ada sesuatu di balik semua itu. Pria bernama Aaron ini benar-benar menjadi orang yang berbeda ketika dad tidak bersamanya.

Seratus persen, ayahku pasti sudah tertipu olehnya. Tenang saja, aku akan segera membongkar niat busuknya itu.

Bagaimana nasibku jika menikah dengan orang sepertinya? Aku percaya kalian bisa membayangkannya.

Aku ditipu oleh orangtuaku sendiri. Rasanya seperti terbang ke atas langit yang mendung, lalu jatuh lagi bersama dengan hujan. Aku baru saja menyicip kebahagiaan itu sebentar.

Bodohnya diriku, tidak memandang langit sebelum terbang.

Seharusnya aku sudah tahu otak seorang Abercio Damaris yang licik dan genius. Kenapa otak genius itu tidak menurun kepada anaknya yang malang ini?

Tunggu, tunggu, jika dad punya otak yang genius, apa Aaron juga punya otak yang jauh lebih genius dibandingkan dad?

Jika begitu, bagaimana aku bisa membuktikan niat jahatnya, jika aku sendiri saja sudah tertipu oleh dad?

Yang jelas, mereka sangat tega, tega meninggalkanku berdua dengan pria asing yang aneh di villa yang jauh dari rumah. Apa mereka tidak takut jika putri kesayangan mereka ini diperkosa oleh si pria mesum yang tak jelas asalnya darimana?

Jika ada taxi yang menjangkau kawasan ini, aku bersumpah tidak akan pernah duduk di dalam mobil yang sama dengannya saat ini, di detik ini juga.

"Apa lihat-lihat?" Suara berat dan serak itu membuyarkan lamunanku kemudian dengan cepat aku memalingkan wajahku.

Benar, buat apa juga aku memandangnya? Dia punya mata jeli yang bisa melihat depan dan samping secara bersamaan. Kurasa, dia bukan manusia biasa.

Kenapa juga perjalanan kami begitu lama? Aku sangat mengantuk, tapi jika aku tidur, bagaimana jika dia...

Tidak, Kendra, dia terlalu bahaya, kau harus tetap terjaga.

👑

Author's POV
Dingin, satu kata yang bisa mendeskripsikan apa yang sedang Kendra rasakan saat ini hingga membuatnya terbangun dari tidurnya.

Kendra membuka matanya dengan pelan, satu kalimat yang terlintas di benaknya membuatnya tersenyum lega.

Ia mendapati dirinya tidur di kamar tidurnya sendiri dan kalimat itu adalah "Syukurlah, semua itu hanya mimpi," desisnya.

Ia bangkit dari tempat tidurnya dan melangkah keluar dari kamarnya, langkah ringannya itu menunjukkan betapa ceria dan bahagianya ia saat ini.

Semuanya terasa seperti mimpi, tapi senyuman di wajahnya itu tidak bertahan lama. Kendra kemudian gelisah tidak berhasil menemukan ayah dan ibunya di mansion yang luas itu.

Kendra memutuskan untuk mencari ayahnya di salah satu ruangan yang disebut ayahnya sebagai 'perpustakaan'.

Ayahnya selalu menghabiskan waktu disana. Tetapi berbeda dengan Kendra, selama ini ia bahkan belum pernah memasuki ruangan itu karena ayahnya sendiri yang melarangnya.

✅ A Missing PartWhere stories live. Discover now