Chapter 56 - Reason

59.3K 3.1K 5
                                    

"Kau siapa?" Sergah Aaron galak. Ia lalu berdiri tepat dekat disebelah Kendra dan merangkulnya.

Melihat wajah pria berkacamata itu mendadak takut dan pucat, Kendra mulai menyela, "Aaron, dia manager-ku" Sahut Kendra.

"Maaf, Jeremy. Kakakku memang sedikit galak, sekali lagi terima kasih ya!" Lanjut Kendra, lalu cepat-cepat membawa barang bawaannya dan menarik lengan Aaron masuk kedalam, meninggalkan Jeremy disana.

"Kakak?" Aaron mengernyit. Alisnya saling bertaut dan bibirnya mengerucut.

Kendra meletakkan barang bawaannya asal lalu kembali mendekati pria yang daritadi sedang menagih penjelasan darinya.

Kendra menahan tawa, entah apa yang ingin ia sampaikan pada Aaron. Ia rasa dengan memberitahu bahwa Jeremy adalah manager-nya itu sudah cukup jelas untuk dimengerti.

Aaron tidak berkomentar, yang ia inginkan hanyalah penjelasan lebih.

Kendra berjinjit sedikit, kedua telapak tangannya lalu menyentuh pipi Aaron dan ia langsung mengecup bibir pria yang sedang merajuk itu.

Aaron masih terlihat kesal, tapi dalam hati Kendra malah merasa senang. Akhirnya pria itu kembali mempedulikan dirinya.

"Tidak mempan, jadi jangan menghindar, Kendra!" Ucap Aaron saat Kendra masih menatapnya menahan tawa. Mungkin karena Kendra belum pernah melihat Aaron mengamuk dan cemburu seperti ini.

"Tidak ada apa-apa diantara kami, Aaron!" Tegas Kendra sekali lagi sambil tertawa kecil, rasa lelahnya entah hilang kemana saat ia akhirnya bisa menghabiskan waktu berduaan bersama dengan Aaron.

"Tapi aku bukan kakakmu," Keluh Aaron lagi. Ia memalingkan wajahnya, malu atas ucapannya barusan yang terdengar sedikit kekanak-kanakan itu.

Kendra lalu mengecup bibirnya berkali-kali dalam beberapa kecupan kilat, berharap pria itu berhenti menghabiskan waktu untuk hal yang tidak berguna seperti ini disaat pekerjaan mereka saja sudah banyak menyita waktu mereka bersama.

Entah karena tatapan atau kecupan itu, Aaron akhirnya satu pemikiran dengannya, kecupan-kecupan kecil itu membangkitkan sisi agresif Aaron, ia langsung menangkap wajah kecil wanita itu dan mencium bibirnya dengan rakus. Membawanya ke sofa terdekat dan melanjutkan ciuman panas itu.

Ingat waktu pertama kali mereka bertemu? Lagi-lagi Aaron terbuai oleh rasa bibir wanita itu.

Entah kapan terakhir kalinya mereka menghabiskan waktu bersama seperti ini.

"Jadi, apa makan malamnya berjalan lancar?" Tanya Kendra ditengah-tengah Aaron masih ingin menciumnya, bibir manis wanita itu seolah membuatnya kecanduan.

"No, salah satu rekan kami harus pulang mendadak karena istrinya melahirkan," Jawab Aaron sambil tersenyum miring.

"Jadi aku juga ikutan, aku harus pulang karena merindukan istriku," Candanya lagi.

"So sweet, kak!" Ledek Kendra.

Aaron mengecup bibirnya singkat.

"Maaf Aaron, jika mereka tahu aku sudah menikah, ini akan mempengaruhi nasib karirku kedepannya," Sesal Kendra.

Aaron tak berkomentar, lalu meraih wanita itu dalam dekapannya.

"Kau tahu, bukan? Impian terbesarku? Kuharap aku mendapat Gold Award tahun ini," Lirih Kendra, berharap pria itu tidak marah karena ucapannya barusan.

Aaron mengangguk. Sekarang ia tahu alasan Kendra memanggilnya dengan sebutan 'kakak' didepan manager-nya setengah jam yang lalu.

Mereka saling memandang tersipu, lalu Aaron lanjut menikmati hal baru yang menjadi candunya belakangan ini. Tak lupa ia memberi waktu untuk Kendra mengambil napas, karena wanita itu tidak seperti dirinya yang bisa mengatur napas dengan baik saat berciuman.

Hal itu berlanjut, saat dimana Aaron sudah bertelanjang dada, perlahan ia mulai membuka kancing kemeja yang dikenakan Kendra, satu hal terlintas olehnya sebelum mereka melanjutkan hal yang lebih dalam lagi selain ciuman panas itu.

"Ada apa, Aaron?" Tanya Kendra heran saat mendapati Aaron memutuskan untuk berhenti tengah jalan seperti ini.

Ia bangkit dan duduk disamping Kendra, lalu mengaitkan kembali kancing-kancing kemeja Kendra yang tadinya terbuka, memperlihatkan belahan dadanya yang membuat Aaron setengah mati harus menahan diri.

"Dengar, aku tidak ingin membuatmu dikira single mom nanti" Ucap Aaron. Setelah selesai mengancing, ia bangkit dan memutuskan untuk lebih dulu masuk kedalam kamar meninggalkan Kendra disana.

Menyia-nyiakan kesempatan? Semoga saja Aaron tidak menyesal karena sudah menahan diri malam ini.

👑

Hari-hari berlalu dengan cepat, sejak malam itu, Aaron jadi pemurung dan mereka sudah sangat jarang melakukan kontak fisik seperti berpelukan ataupun berciuman.

Musim dingin akan bertambah dingin jika Aaron terus bersikap begitu cuek dengannya.

Tapi secuek-cueknya dia, Aaron masih bisa merasa cemburu jika Kendra pergi dengan rekan kerjanya.

Apa yang harus kulakukan?

Kendra termenung, daritadi ia hanya menatap putaran busa-busa didalam cangkir berisi kopi espresso buatannya.

"Kendra?" Suara berat ditambah ketukan pintu membuat Kendra tersadar kembali dari lamunannya.

TBC
👑

✅ A Missing PartWhere stories live. Discover now