Chapter 22 - Perfect Breakfast

89.3K 4.5K 50
                                    

[As Kendra in media]

Author's POV
"Kak, aku tidak apa-apa. Dia kakakku, Aaron." Ucapan gadis itu berhasil membuatnya melongo.

"Kami memang membuat janji untuk bertemu disini," tambahnya.

"Kakak? Kenapa tidak bilang kalau kau punya Adik?" Tanya Kendra penasaran, bergantian memandang keduanya.

"Kenapa kau bicara padaku? Bukannya tadi kau tidak menganggapku disini?" Sindir Aaron, menyeringai.

"Maaf, aku tidak tahu kalau ia kakakmu," Ucap Kendra yang sama sekali tidak menghiraukan ucapan pria itu barusan.

Ia memberi senyuman manis pada Aurora dan membuang muka saat memandang Aaron, kemudian melangkah pergi meninggalkan keduanya.

"Tunggu aku disana, Rora!" Desis Aaron menunjuk bangku taman yang tidak jauh dari sana dan segera menyusul Kendra yang sudah pergi menjauh darinya.

"Kendra!"

Kendra menghentikan langkahnya saat pria itu tiba-tiba meraih pergelangan tangannya.

Kendra berbalik dan melirik tangan besar pria itu sedang menggenggam pergelangan tangannya.

Sebelum Kendra sempat membuka mulut, Aaron cepat-cepat menyelanya, "Maafkan aku," Ucapnya terengah-engah.

"Untuk apa?" Tanya Kendra sembari melepaskan genggaman tangan Aaron.

Sejujurnya, Kendra ingin tertawa melihat kelakuan Aaron. Dilihat dari caranya yang kaku, ia sepertinya mungkin belum pernah mengatakan kata 'maaf' seumur hidupnya kepada siapapun.

"Semuanya, Aku tidak membencimu, hanya saja kedatangan wanita itu membuatku emosi," Jelasnya singkat.

"Aku juga tidak masalah jika kau membenciku," Tukas Kendra.

Aaron lalu menggigit bibir bagian bawahnya dan terdiam sejenak, berpikir apa yang harus ia katakan lagi pada wanita itu.

Kendra berusaha terlihat tak peduli, tapi ia takkan bisa menahan dirinya untuk menggoda dan membalas pria yang biasanya selalu bersikap dingin padanya.

"Kalau begitu, apa kau keberatan menceritakan padaku soal Brenda?" Tanya Kendra dengan maksud bergurau, ia hanya ingin mendengarnya langsung dari mulut Aaron.

Aaron mendongak menatap Kendra ragu.

"Lupakan, aku tidak memaksamu," Lanjut Kendra, menebak raut wajah Aaron yang serba salah itu.

"Ayo pulang! Untung saja ada kau disini, malam begini tidak akan ada taxi!" Ajak Kendra sembari menarik lengan jaketnya itu memaksa Aaron mengikuti langkahnya.

Aaron tetap diam dan menurut padanya.

Wanita itu, satu-satunya yang bisa membuatnya tunduk dan bertingkah sejauh ini.

👑

Hampir tengah malam, tapi keduanya tak kunjung tidur. Sejam yang lalu mereka kewalahan mencarikan tempat tidur untuk adik tersayang Aaron.

✅ A Missing PartWhere stories live. Discover now