Bab 15 - Sakit Hati

18.8K 1.3K 41
                                    

"Kamu udah nggak apa-apa?" Tanya Sandy. Bella terlihat pucat, tadi saat pengajian pernikahan Mai di Senopati, Bella sempat istirahat sejenak karena merasakan sakit di perutnya.

"Udah minum obatnya?" Tanya Sandy kembali.

"Suka deh kamu perhatian." Canda Bella dengan wajah lelah.

Sandy mendengus, "masih aja becanda Belle. Muka kamu udah pucat tuh."

"Udah minum obat tadi." Akhir-akhir ini sakitnya sudah tidak mempan dengan obat pereda nyeri yang biasa di minumnya. Mungkin dia harus periksa ke dokter.

"Langsung pulang ya?"

Bella mengangguk lemah.

Mereka baru pulang dari rumah orangtua Sandy. Mai mengadakan pengajiannya di sana, sebelum melangsungkan walimah 1 minggu lagi.

Bella senang, sepertinya Andy sudah bersikap biasa saja saat bertemu Mai. Artinya dia sudah bisa berdamai dengan semua ini.

Mudah-mudahan setelah ini Andy akan membuka hati untuk menerimanya.

Sandy mengantar Bella sampai ke depan pintu apartemennya.

"Masuk dulu Ndy?" Tawar Bella.

"No thanks, aku langsung aja. Kamu nggak apa-apa sendirian?"

"Nggak apa-apa, palingan habis ini tiduran."

"Oke, take care, assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam."

Bella menutup pintu. Kalau mereka seperti ini terus, Bella yakin, Andy akan jatuh hati padanya.

***

Sandy tidak tahu harus senang atau kesal. Sepertinya Bella tidak menyia-nyiakan kesempatan sedikitpun untuk berdekatan dengannya.

Saat hari kerja, Sandy bisa melewati harinya dengan bekerja. Tapi saat hari libur, waktu seolah berjalan lambat.

Bella selalu membantunya melewati waktu dengan bepergian. Harus Sandy akui, itu membuatnya hampir tidak pernah memikirkan Mai lagi.

Sepertinya Bella dan Mai juga terlihat mulai akrab. Semenjak Sandri ke Inggris, Mai terlihat mulai berteman dengan Bella.

Bella juga sudah mulai ikut Mai menghadiri pengajian. Mudah-mudahan itu semua membawa dampak positif bagi Bella.

"Ndy, wiken main ke apartemen ya." Tawar Bella saat meneleponnya.

"Ada acara apa?" Sandy malas kalau harus berkumpul dengan teman-teman Bella.

"Aku lagi belajar masak." Ucap Bella senang.

"Seriusan?" Sandy seperti tidak percaya. Seorang Bella memasak?

"Ha ha, beneran. Kenapa? Nggak percaya?"

"Nanti aku sakit perut."

"Ishh, enak aja. Aku belajar masak dari celebrity chef tauu." Protes Bella.

"Beneran?" Sandy masih ragu.

"Ih, kalo nggak percaya buktiin sendiri."

"Ha ha, ya udah. Jam berapa?"

"Sore aja. Aku masak buat makan malem kok. Paginya mau belanja dulu."

"Oke, see you."

Sandy menatap nanar pada ponselnya. Bella perempuan baik, cantik dan berhijab pula.

Apa sudah waktunya dia mencoba membuka hati dan melihat kemana semua ini akan bermuara?

Sandy teringat segala kegigihan Bella dalam mendekatinya. Mungkin akan lebih mudah baginya memiliki perempuan yang mencintainya.

Meine BelleWhere stories live. Discover now