Bab 21 - Rindu

16.2K 1.1K 27
                                    

Sandy terpaksa menunda kepulangannya ke Jakarta. Masalah proyek Kalimantan ternyata lebih berat dari dugaannya semula.

Dia terpaksa harus mengganti salah satu staf di sana yang diduga melakukan penggelapan dana operasional.

Sudahlah, yang penting sekarang masalahnya sudah selesai, dan dia bisa segera pulang, menemui Bella.

Sandy lupa, kapan terakhir kalinya dia merasakan hal seperti ini.

Rindu..

Ingin segera melihat wajahnya. Walau belum bisa menyentuhnya, itu sudah cukup untuk saat ini.

Dibukanya lagi percakapan terakhir mereka, 2 hari yang lalu.

My Bella : hari ini aku mendapat ilmu baru. Sebenarnya bukan sesuatu yang baru, hanya saja aku baru menyadarinya.

My Bella : kamu tahu, jodoh, rezeki dan maut adalah rahasia Allah?

My Bella : kita selalu mencari yang terbaik untuk jodoh kita. Kita juga melakukan perencanaan yang matang untuk rezeki kita. Tapi kita sering lupa, untuk menpersiapkan kematian yang bisa datang setiap saat

My Bella : setiap orang dilihat saat akhirnya. Seorang yang baik belum tentu mendapatkan akhir yang baik. Seorang yang buruk, belum tentu mendapatkam akhir yang buruk

My Bella : aku berdoa, semoga aku dan kamu, mendapatkan akhir yang baik

Sandy tersenyum membaca pesan dari Bella, sepertinya dia mulai berubah, dalam arti yang baik.

Kemarin dia mencoba menelepon Bella, tapi tidak aktif, begitu juga whatsapp-nya. Kemana dia? Apa begitu sibuk dengan jadwalnya?

Sandy sudah mengirim pesan memberitahu kepulangannya diundur, mudah-mudahan Bella tidak merajuk dengan perubahan jadwal ini.

Sandy mendengar pengumuman dari pengeras suara. Waktunya boarding. Dia mencoba menghubungi Bella sekali lagi lewat ponselnya. Masih tidak aktif.

Sandy berdecak kesal. Dia tidak suka situasi seperti ini, berada dalam ketidakpastian. Dia ingin memastikan kalau Bella baik-baik saja

Akhirnya Sandy menuju pemeriksaan tiket untuk masuk ke pesawat. Dia akan ke tempat Bella begitu sampai di Jakarta. Dia perlu melihat Bella, agar hatinya tenang.

***

Sudah 30 menit dia berdiri di depan apartemen Bella, tidak ada jawaban. Sandy kembali mencoba peruntungan, diteleponnya Bella.

Tidak aktif.

Kemana Bella?

Apa dia ke rumahnya saja? Tapi di mana rumahnya? Sial, dia bahkan tidak tahu di mana rumah perempuan yang sudah memenuhi hatinya itu.

Apa tanya Dilla saja? Dia pasti tahu. Huh, kenapa tidak terpikirkan olehnya sebelum ini.

Akhirnya dengan berat hati Sandy melangkahkan kakinya menjauh dari pintu apartemen Bella.

Setelah masuk lift, dicarinya nama Dilla dalam daftar kontaknya. Sial! Tidak ada.

Tim manajemen yang mengurus BA resort pasti punya, pikir Sandy.

Sandy langsung menghubungi stafnya di kantor pusat.

"Halo, aku perlu nomor telepon Dilla. Manajernya Bella. Sekarang. Aku tunggu. Kalau sudah dapat segera kirim nomornya."

Sandy mematikan ponselnya resah.

Kamu di mana Belle?

***

Meine BelleWhere stories live. Discover now