Bab 26 - I Like Her, I Like Her Not

16.9K 1.1K 27
                                    

"Insya Allah halaqohnya setiap jumat malam, jadi pak Sandy bisa langsung dari kantor. Lokasinya di daerah selatan, tidak jauh dari Sudirman." Jelas pak Fikri setelah mereka selesai kajian di Masjid Al-Azhar.

"Pak Sandy bisa langsung mulai Jumat ini. Alamatnya akan saya WA nanti."

"Jazakallah khair Ustadz." Ucap Sandy sambil sedikit mengangguk sopan.

"Waiyyaka. Afwan, saya permisi dulu. Insya Allah, Allah mudahkan semua urusan kita. Sampai bertemu nanti Pak." Pamit Pak Fikri sambil menepuk bahu Sandy hangat.

"Silahkan Ustadz." Mereka berjabat tangan dan berpelukan singkat.

Pak Fikri berjalan menuju pintu keluar, Sandy menatapnya sampai hilang.

Allah..

Mudahkanlah, semoga niatnya untuk memperbaiki diri dan mendalami ilmu agama dimudahkan jalannya oleh Allah.

Kali ini Sandy benar-benar berniat istiqomah. Bukan karena perempuan, tapi semata mengharap ridho Allah subhanahu wata'ala.

Insya Allah.

Sandy melangkahkan kaki keluar dari masjid, ketika berada depan pintu tiba-tiba ia melihat sesosok perempuan berhijab melewatinya.

Bella..?

Benarkah? Apa dia tidak salah lihat?

Sandy terlihat ragu, tapi dia ingin memastikannya. Perlahan diikuti perempuan itu.

Dia sudah berada cukup dekat dengan perempuan itu, panggil tidak ya? Ucapnya dalam hati.

"Bella.." Panggilnya pelan.

Perempuan itu masih berjalan, seolah tidak peduli.

"Bella.." Dicoba sekali lagi dengan suara cukup keras.

Perempuan itu berhenti dan menoleh.

Degg.

Dia menatap Sandy, ragu dan heran.

"Eh, maaf. Saya pikir Mbak teman saya. Maaf sekali lagi." Sandy merasa malu karena sudah salah orang.

Tapi dia lebih kepada kecewa, karena ternyata bukan Bella.

"Tidak apa-apa." Perempuan itu tersenyum kemudian berlalu.

Sandy menghela napas pelan.

Bella..

Bagaimana kabarnya sekarang?

Sandy sama sekali tidak berusaha untuk mencari tahu tentang Bella. Kesibukan pekerjaan dan menghadiri kajian membuat perhatiannya teralihkan.

Apa sudah waktunya dia menemui Bella kembali?

***

Sandy mengedarkan pandangan ke sekitarnya, dia melihat Papa sedang mengobrol bersama seseorang yang tidak dikenalnya.

Gathering Andalusia kali ini cukup ramai. Papanya rutin setahun sekali berkumpul dengan rekanan bisnisnya. Menjamu mereka sekaligus menyambung silaturahim.

Seperti biasa, kegiatan dilakukan di Gedung Andalusia.

Menurut Reza, silaturahim itu membuka pintu rezeki. Benar saja, setiap selesai gathering, mereka selalu mendapat proyek baru. Menurut Sandy itu hanya kebetulan belaka.

Tapi sekarang Sandy paham, tidak ada sesuatupun yang terjadi karena kebetulan. Sudah Allah tetapkan jalannya dan caranya.

"Selamat malam." Sandy menghampiri papanya.

"Malam. Nah, ini dia yang ditunggu sudah datang." Seru Reza lega sambil menepuk bahu anaknya, "kenalkan, teman bisnis Papa, pak Sofyan."

Sandy mengulurkan tangan untuk menjabat tangan pak Sofyan.

Meine BelleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang