Bab 25 - Hidayah

16.4K 1.1K 27
                                    

Maap kalo ada typo
Lom sempet edit

Enjoy
-viveramia-

***

"Biar aku aja Pap." Putus Sandy pada ayahnya.

Reza menatap anaknya heran, "kamu yakin?"

"Iya. Biasanya kan juga aku. Deket ini Singapore."

"Oke." Jawab Reza, "berangkat besok ya, meeting-ya lusa."

"Oke." Jawab Sandy.

Dia tengah berdiri di dekat jendela ruangan papanya, menatap kota Jakarta yang mulai beranjak malam dari lantai 20 gedung Andalusia. Lampu-lampu nampak berkelap-kelip.

Seharusnya pemandangan ini bisa membuat decak kagum bagi yang melihatnya, tapi tidak dengan Sandy.

Dia memainkan ponsel di tangan, pandangannya tidak fokus. Pikirannya entah kemana.

"Gimana kabar Bella?" Tanya Reza.

"Hmm..?"

"Bella, bagaimana kabarnya?" Ulang Reza.

"Bella? Baik." Jawab Sandy singkat.

"Kamu jadi bertemu dengannya?"

"Jadi." Wajah Sandy masih datar menatap gedung-gedung di hadapannya.

"Lalu, kalian sudah bicara?" Reza masih penasaran.

"Ya. Kami bicara."

"Dia masih tetap mengundurkan diri dari Andalusia?"

Sandy menghela napas pelan, wajahnya terlihat sedih menatap pemandangan di hadapannya, "ya, sepertinya begitu. Oke Pap." Sandy menghampiri papanya, "aku pulang dulu, siap-siap untuk besok."

Sandy menjabat tangan papanya dan memeluk singkat.

"Assalaamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam."

Reza menatap kepergian anaknya dengan wajah khawatir.

Apa Sandy dan Bella sudah berbaikan?

Apa dia perlu membantu menyatukam keduanya kembali?

Reza berpikir sebaiknya dia mulai menyusun rencana baru.

***

Sandy berdiri menghadap Merlion sambil memakan eskrimnya. Sudah seminggu dia di kota singa ini. Urusan kantor sudah selesai, sekali lagi dia berhasil mendapatkan proyek besar untuk Andalusia.

Tidak tanggung-tanggung, proyek senilai 1 Trilyun rupiah.

Sandy sanggup menghadapi saingan berat dalam mendapatkan proyek, tapi dia kalah saat berhadapan dengan Bella.

Bella..

Karena disibukkan dengan pekerjaan, Sandy tidak lagi mengikuti perkembangan berita tentang Bella. Sedang apa dia sekarang?

Helaan napas keluar pelan dari mulutnya.

Apa dia harus mulai belajar melepaskan Bella?

Atau berusaha menjadi seperti yang Bella inginkan?

"Pak Sandy?" Sapa seseorang.

Sandy menoleh, seraut wajah yang tidak dia kenal berdiri di sampingnya. Siapa ya?

"Lupa ya? Saya pak Fikri, suaminya ummi Arum, guru ngajinya Mai." Ucap pak Fikri seraya tersenyum.

"Masya Allah. Maaf Ustadz, saya benar-benar lupa. Maaf." Sandy segera menjabat tangan laki-laki di hadapannya dengan hangat.

Meine BelleWhere stories live. Discover now