Bab 59 - Retak

15.6K 939 43
                                    

Tok tok tok.

"Masuk."

Rahma masuk dan menutup pintu.

"Ya, Ma?" tanya Andy saat sekretarisnya masuk.

Rahma tidak menjawab, dia hanya berdiri di depan meja bosnya, wajahnya menunduk.

"Ada apa, Ma?"

Rahma selalu suka bila Pak Andy memanggilnya dengan singkatan seperti itu. Seolah memanggilnya dengan sebutan Mama. "Hiks. Maaf. Hiks. Saya. Hiks." Suara Rahma terpotong oleh tangisannya.

"Hei, kenapa?" Andy beranjak mendekati Rahma. Tidak pernah sekalipun Rahma menangis selama bekerja di sini. Tentu saja Andy jadi cemas. Apa yang terjadi?

Rahma masih berdiri dan menutup mukanya dengan tangan. Isaknya makin terdengar keras.

"Ma?" Andy sudah berada di hadapan Rahma. "What's wrong?"

Rahma tidak tahan lagi, suara Pak Andy begitu lembut dan perhatian. Rahma mendekat dan menyurukkan wajah ke bahu bosnya.

Andy terkejut dengan gerakan tiba-tiba dari Rahma, dia tidak bisa mengelak.

"Hiks. Ibu saya. Hiks. Meninggal. Hiks. Saya. Hiks. Mau izin." Ucapan Rahma tidak terlalu jelas karena diucapkan sambil menangis. Tapi Andy bisa mendengarnya. Ibunya meninggal.

"Innalillahi wa innailaihi raji'un," ucap Andy pelan, "Saya turut berduka cita."

Rahma hanya mengangguk pelan dan masih terisak. Andy meletakkan tangan di bahu Rahma, mencoba menenangkan. Merasa mendapat respon, Rahma melingkarkan tangan di pinggang bosnya, memeluknya pelan.

"Sudah, jangan menangis lagi, saya antar kamu pulang ya," ucap Andy prihatin.

Rahma mengangguk. Tapi dia belum ingin lepas dari Andy. Dia ingin lebih lama lagi seperti ini. Berada di pelukan bosnya.

***

"Maafkan reaksi saya tadi, Pak," ucap Rahma malu saat mereka sudah berada di mobil menuju rumahnya, berdua saja.

"Tidak apa-apa, saya tahu kamu sedang sedih." Andy tersenyum maklum. "Ibu kamu sakit?"

Rahma mengangguk. "Sudah seminggu ini di rumah sakit."

"Rumah sakit? Kenapa tidak kasih tahu saya? Kamu bisa ambil cuti untuk merawat ibu kamu."

"Tidak apa-apa, Pak. Ada adik saya yang menjaga. Lagi pula kantor sedang sibuk, saya tidak tega membiarkan Pak Andy bekerja sendiri."

Andy jadi merasa bersalah pada Rahma, dedikasi dan loyalitasnya pada perusahaan tidak diragukan lagi.

"Lain kali beritahu saya ya, saya tidak mau kehidupan pribadi kamu terganggu karena kerjaan."

"Baik, Pak." Rahma mengangguk.

"Langsung di kubur?" tanya Andy.

"Insya Allah, Pak. Tidak lama-lama menunggu."

Andy menganggguk, iya seharusnya seperti itu.

Rahma sebenarnya tidak akan mengeluh walau kehidupan pribadinya terganggu, karena bosnya sangat perhatian, sampai dia sendiri yang mengantar Rahma pulang.

***

Bella terisak dalam sujudnya. Dia takut sekali. Takut kehilangan suaminnya. Tapi Bella sadar, bukan dia yang memiliki suaminya, baik fisik dan hatinya. 

Allah.

Hanya Dia Pemilik hati manusia.

Bella berdoa agar Allah melindungi Andy dan menjaga hatinya hanya untuk dirinya. Bella berdoa agar Allah menunjukkan mana yang hak dan batil. Menunjukkan kebenaran.

Meine BelleWo Geschichten leben. Entdecke jetzt