Bab 22 - Bukan Bella

16.4K 1.1K 16
                                    

Maaf banyak typo
Belum sempat edit

Maaf sedikit
Ini lagi liburan ke bandung
Ha ha

Ngetik di sela2 macet

Mudah2an dapet feel-ya

Enjoy

-viveramia-

***

Sandy berdiri di hadapan sebuah rumah. Dilihatnya nomor rumah pada dinding dekat pagar, A1/5.

Benar ini rumahnya.

Alamat inilah yang tertera di KTP Bella. Mudah-mudahan benar. Dilla tidak mau memberi informasi apapun padanya. Untung saja data Bella lengkap di dalam kontrak.

Besar juga rumah orangtua Bella, pikir Sandy, memandang rumah 2 tingkat di hadapannya.

Besi hitam setinggi 3 meter memagari rumah berdisain moderen klasik ini. Taman depan tertata rapi dengan banyak pohon palem kecil.

Sandy menekan bel pada dinding luar, seorang satpam keluar dari posnya.

Wah, ada pos satpam, ketat juga penjagaannya, pikirnya lagi.

"Assalamu'alaikum." Sandy memberi salam dari balik pagar.

"Wa'alaikumussalam. Selamat pagi Pak." Ucap pak satpam, "ada yang bisa saya bantu?"

"Pagi. Bisa bertemu dengan Bella, saya Andy rekana kerjanya." Mereka masih berbincang dengan pagar sebagai penghalang.

"Maaf, bu Bella sedang tidak ditempat Pak."

"Tidak di rumah?" Tanya Sandy kecewa.

"Sekeluarga sudah pergi sejak pagi tadi."

"Oo.., kemana ya Pak?"

"Maaf saya tidak tahu Pak." Jawabnya sopan.

Sandy mengangguk kecewa.

Bagaimana lagi sekarang?

"Di rumah ada siapa Pak? Adiknya atau keluarga Bella yang lain?"

"Tidak ada Pak, pergi semua."

Sandy kembali menelan kekecewaan.

"Apa Bella baik-baik saja?" Sandy mencoba mengorek informasi.

"Maksudnya Pak?"

"Apa dia sakit? Karena beberapa kali membatalkan janji dengan saya. Dia ada kontrak kerja dengan perusahaan kami."

"Oo.., maaf saya tidak tahu Pak. Tapi kelihatannya bu Bella baik-baik saja. Tadi pagi saya bertemu dengannya."

Mau tidak mau Sandy lega mendengarnya. Bella baik-baik saja. Lantas kenapa dia memutuskan komunikasi dengannya?

"Boleh saya minta tolong Pak." Pinta Sandy.

"Iya Pak."

"Ini nomor saya." Sandy mengeluarkan kartu namanya, "kalau Bella pulang tolong hubungi saya."

Pak satpam ragu menerima kartu nama Sandy. Dia takut melakukan kesalahan.

"Bapak cukup SMS saya saja." Bujuk Sandy lagi.

Walau ragu, pak satpam menerima kartu nama Sandy.

"Terima kasih Pak." Sandy menyelipkan 2 lembar seratus ribuan, "untuk makan siang."

"Wah, tidak usah Pak." Ucapnya sungkan.

"Tidak apa-apa. Rezeki Bapak hari ini."

"Baik, terima kasih Pak."

Meine BelleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang