Bab 61 - Memaafkan

18.1K 1K 23
                                    

Belum di edit

Fresh from the oven

ENjoy

-viveramia-

***

"Abi, aku dapat seratus ulangan kemarin." Aisyah memperlhatkan kertas ulangan matematikanya.

"Masya Allah. Keren anak abi." Andy memuji Aisyah yang duduk dalam pangkuannya. "Sekarang habiskan dulu sarapannya ya. Ummi bikin nasi goreng, enak deh." Aisyah turun dari pangkuan Andy dan duduk di samping Andy. Dengan lahap dia memakan sarapannya.

Seperti biasa, jam segini Fatimah masih tidur. Hanya mereka bertiga di meja makan.

"Ummi nggak makan?" tanya Aisyah melihat Bella tidak menyentuh nasi gorengnya.

"Mungkin Ummi mau di suapin sama abi?" Andy mengambil sendok dan mengarahkan sendok ke mulut Bella.

Bella jengah di perlakukan seperti itu. "Eh, nggak usah, sini biar aku sendiri aja." Bella mengambil sendok dari tangan Andy.

Andy ingin bersikeras, tapi dia mengalah. Bella menyuap sendiri sarapannya.

"Aku pergi dulu." ucap Andy saat Bella mengantarnya ke depan. Aisyah sudah pergi lebih dulu dengan jemputan sekolahnya.

"Hati-hati di jalan." Bella mengambil tangan Andy dan menciumnya.

Andy membawa Bella dalam pelukannya. Dikecup kening istrinya. "I love you." bisik Andy di telinga Bella. Tapi tidak ada jawaban. Andy melepas pelukannya dan berusaha tersenyum.

"Hari ini liqo?" tanya Andy. 

Bella mengangguk.

"Okay, take care, Liebe."

Bella kembali mengangguk. Andy kembali menatap istrinya sebelum masuk ke mobil. Setelah suaminya hilang dari penglihatan, Bella masuk.

Hatinya terasa kosong. Hampa. Rumah ini tidak akan pernah terasa sama lagi. Keceriaan yang ada terasa palsu. Kata-kata cinta terasa palsu. Semua palsu. Termasuk sikapnya terhadap suaminya. 

Palsu.

Hatinya masih sakit. Masih belum bisa menerima semua ini. Entah sampai kapan rumah tangga mereka akan seperti ini.

***

"Sudah sejauh apa?" tanya Ummi Pipik.

Bella menggeleng lemah. Dia tidak tahu. Tidak berniat mencari tahu. Tidak mau tahu. Bella takut menghadapi kenyataan pahit.

"Kamu harus tanya, Belle," nasihat Umm Pipik. Bella menceritakan semua isi hatinya kepada Ummi Pipik. Guru yang dianggapnya bisa menjaga rahasia. Ummi Pipik juga sudah berumah tangga cukup lama, tentu banyak pengalaman beliau menghadapi masalah seperti ini.

"Aku takut, Mi."

Ummi Pipik menghela napas pelan. "Tujuan awal kita menikah untuk apa?"

Bella menatap Ummi Pipik. Selesai liqo tadi, Bella sengaja menghampiri Ummi Pipik untuk curhat. Sekarang hanya mereka berdua di sini. Yang lain sudah pulang. Hari ini mereka mengaji di rumah Ummi Pipik.

"Untuk memenuhi separuh dien. Mendapatkan sakinah. Untuk ibadah. Untuk akhirat," jawab Bella.

"Apa kamu mendapatkannya sekarang?"

Bella tercenung. Apa dia mendapatkannya sekarang? Sebagin sudah tidak dia rasakan lagi. Tidak ada sakinah dalam rumah tangga mereka.

"Menikah itu adalah ibadah seumur hidup Bella. Seumur hidup. Kadang ada saat naik, ada saat turun," ucap Ummi Pipik, "Suami kita, bukan malaikat. Dia adalah manusia biasa, sama seperti kita yang bisa khilaf."

Meine BelleWhere stories live. Discover now