Bab 54 - Kesedihan Mai

16.2K 928 30
                                    

Setiap pernikahan ada saat naik, ada saat turun. Sama dengan kehidupan. Pernikahan itu adalah ibadah terus menerus. Tidak pernah berhenti.

Selama 7 tahun pernikahannya , Bella bersyukur Allah telah memberinya kehidupan yang baik. Suami yang baik. Anak yang baik, dan sekarang, dia sedang hamil anak yang kedua. Aisyah, anak pertamanya sudah cukup besar dan mandiri. Anak sulungnya itu sangat senang saat diberi tahu bahwa dia akan mempunyai adik.

Bella melihat jam dinding, sudah pukul tiga pagi. Dia kembali memeriksa bawaan suaminya. Andy akan pergi ke Jepang selama satu minggu, bersama Angga, suami Mai.

"Angga ke sini?" tanya Bella. Suamiya baru keluar dari kamar mandi dan hendak memakai baju.

"Iya, dari sini bareng ke bandara," jawab Andy memakai kemejanya.

"Subuh di bandara?"

"Iya."

Bella masih duduk di tepi tempat tidur, memperhatikan suaminya.

"Kenapa, Liebe?" Andy menghampiri Bella dan duduk di sampingnya.

"Kangen," ucap Bella manja.

Andy tertawa pelan, dia turun dan bertumpu pada lututnya kemudian mencium perut istrinya. "Dedek baik-baik sama Ummi ya, Abi pergi sebentar kok. Nanti abi beliin olhe-oleh ya."

Bella membelai pelan rambut suaminya. Hamil kedua ini rasanya beda. Dia tidak mau jauh-jauh dari Andy.

Andy menatap wajah istrinya yang terlihat sedih. Masih dirasakan belaian tangan Bella di kepalanya. Andy mengusap punggung tangan ke pipi istrinya. "Seminggu nggak lama kok, Liebe."

Bella berusaha tersenyum. Iya, seminggu tidak lama.

Andy melihat jam tangannya. "Sebentar lagi Angga datang. Aku keluarin koper dulu ya." Andy berdiri mengambil koper.

Bella mengikuti Andy keluar kamar.

"Sarapan dulu, Sayang." Bella menuju dapur, hendak menyiapkan roti isi.

"Boleh," sahut Andy dari ruang depan, "sekalian buat Angga."

Bella menyiapkan dua roti isi, untuk suaminya dan Angga. Setelah selesai, Bella membawa dua buah kotak ke depan. Dilihatnya Andy sedang di teras, menelepon seseorang di ponselnya.

Andy mendesah pelan. "Angga ke mana ya? Harusnya sudah sampai."

Bella meletakkan kotak di meja dan menghampiri suaminya di teras. "Telepon Mai aja."

Andy menekan layar ponselnya.

"Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam, Mai, Angga sudah berangkat?" tanya Andy langsung,

"Sudah, empat puluh menit yang lalu," jawab Mai.

"Dia belum sampai. Aku telepon ke ponselnya nggak nyambung." Andy mulai khawatir, kalau sudah selama itu, harusnya Angga sudah sampai dari tadi. Jalanan jam segini sedang lengang.

"Apa ban bocor?" tanya Mai.

"Aku tunggu 20 menit lagi." ucap Andy kemudian memutuskan pembicaraan.

Kemana Angga? tanya Andy dalam hati. Mudah-mudahan tidak terjadi sesuatu di jalan.

"Gimana?" tanya Bella.

"Sudah berangkat dari tadi. Harusnya sudah sampe," jawab Andy sedikit khawatir.

Andy kembali menelepon ponsel Angga. Tidak aktif.

"Aku berangkat sekarang saja," putus Andy, "sambil mencari Angga."

Bella mengangguk khawatir, mudah-mudahan Angga baik-baik saja.

Meine Belleحيث تعيش القصص. اكتشف الآن