Envious

1.5K 195 54
                                    

Bambam memandang buku-buku latihan soalnya dengan wajah yang mendung sejak satu jam yang lalu. Tumpukan kertas berserakan di karpet kamarnya dengan berbagai coretan angka yang memiliki variasi ukuran dan bentuk. Rambut cokelatnya sudah kusut masai seiring dengan wajahnya yang terlihat frustasi.

Menghela nafas, ia kembali mengambil lembar kertas baru dan menuliskan sederet rumus disana. Bibirnya sesekali mengerucut tanpa sadar lantaran terlalu serius. Nyaris menghabiskan satu halaman kertas, Bambam tidak menemukan titik terang dari soal yang sedang ia kerjakan.

"Argh!"

Bambam melempar pensilnya dengan frustasi dan berbaring di lantai. Ia tidak bisa menemukan jawaban soal-soal latihan yang sedang ia kerjakan. Padahal besok ada ujian harian tentang soal-soal tersebut.

Cklek!

"Bambam, aku masuk ya."

Suara Yugyeom dari depan pintu membuat Bambam menoleh, namun ia tidak beranjak dari posisinya. Bocah itu masih asyik telentang sambil memejamkan matanya untuk mengurangi rasa berdenyut di pelipisnya.

"Astaga, kamarmu berantakan sekali sih." Komentar Yugyeom ketika sudah ada di dalam kamar Bambam.

"Kamarmu sendiri juga berantakan. Jangan berkata seolah hanya kamarku saja yang berantakan." Dengus Bambam. Yugyeom mengambil selembar kertas yang ada didekat kakinya dan membacanya.

"Kau sedang belajar?" tanya Yugyeom.

"Menurutmu? Coretan-coretan itu terlihat seperti hand-lettering, begitu?" Bambam berdecak sinis pada kembarannya. Yugyeom duduk di sebelah Bambam, mengambil pensil kakak kembarnya dan mencoretkan sebuah rumus disana.

"Pakai rumus ini. Lebih efektif dari rumus yang ada di buku paket.." kata Yugyeom. Bambam melirik adik kembarnya sebentar kemudian kembali fokus menatap langit-langit.

"Belajar, Bambam. Besok kita ada ujian harian." Kata Yugyeom.

"Aku istirahat sebentar. Kepalaku pusing lihat rumus-rumus sialan itu." sela Bambam kesal.

Plak!

Bambam meringis kecil ketika Yugyeom memukul lengannya dengan keras. Ia mendelik sebal kearah adik kembarnya.

"Mulutmu itu! Kalau sampai Mark hyung dengar, kau bisa dimarahi." kata Yugyeom. Bambam hanya menggerutu dalam hati.

"Kau sendiri tidak belajar?" tanya Bambam.

"Kau tahu sendiri aku biasanya baru belajar di menit-menit terakhir sebelum ujian. Kalau belajar dari sekarang, aku bisa lupa dengan apa yang aku pelajari." Kata Yugyeom. Bambam hanya berdecih kecil.

Bambam sangat tahu, Yugyeom tidak pernah belajar. Adik kembarnya itu justru asyik membaca komik atau membongkar-pasang action figure koleksinya. Jika ia mati-matian belajar sampai matanya perih dan kepalanya pusing menjelang ujian, tapi tidak halnya demikian dengan Yugyeom. Yugyeom bahkan masih sempat bermain PS dikamar Mark atau Jackson.

Meski kembar, nyatanya mereka itu berbeda. Tidak hanya secara fisik, namun dalam hal kecerdasan keduanya juga jauh berbeda. Bambam tidak seperti Yugyeom yang hanya membaca materi sekilas bisa langsung paham. Bambam perlu berkali-kali membacanya, bahkan sampai harus membuat ringkasan atau catatan-catatan kecil. Meja belajarnya pernuh dengan sticky note warna-warni untuk mengingat materi yang ia pelajar. Yugyeom tidak perlu melakukan semua itu. Ia bahkan bisa membuat rumus matematika sendiri menurut versinya yang lebih mudah. Yugyeom bisa memahami materi bahkan ketika ia sedang tidur sekalipun. Sungguh berbanding terbalik dengan Bambam.

My Little Family SeriesOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz