14

11.6K 1.1K 32
                                    




ᴅᴏᴋᴛᴇʀ ʜᴡᴀɴɢ




"Aku tahu Hana. Tetapi semua ini bukan salah Jeno," ucap Aeri lirih. "Aku yang salah karena sudah menaruh perasaan sama dia."

Hana berhenti melangkah menatap Aeri sendu. Ia merasa bersalah karena sudah membuat Aeri bersedih.

"Maaf, aku cuma nggak mau lihat kamu sedih," ucap Hana.

Aeri tersenyum tipis. "Ayoo ke kelas," ajaknya. Berusaha untuk tidak terlihat sedih.

Tiba di kelas, Hana langsung membantu Aeri untuk duduk. Keadaan menjadi hening beberapa detik.

"Aeri," panggil Hana.

Aeri yang sedang membaca buku menoleh dan menatap sahabatnya itu. "Hm?"

"Kamu harus bisa move on dari Jeno."

Aeri tersenyum. "Lagi berusaha."

"Apa aku carikan cowok aja buat kamu? Teman-teman cowok aku banyak, siapa tahu ada yang bisa menggantikan posisi Jeno?" celetuk Hana polos.

Aeri tertawa kecil. "Kamu mau comblangin aku sama teman-teman kamu?"

Hana menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "I-iya."

Aeri menggeleng. "Nggak usah, terima kasih. Kamu tenang aja, aku akan bisa move on dengan sendirinya," balasnya ragu. Mengingat perasaannya pada cowok itu yang sudah 10 tahun berjalan.

"Tapi kalau kamu mau kenalan sama teman-teman aku, bilang, ya. Mereka baik kok, terus tampan-tampan. Nggak kalah jauh sama Jeno."

Aeri mengangguk saja.

"Aeri ada yang cariin tuh!" seru seorang siswa teman kelas.

Aeri dan Hana menoleh. Seorang Mark sudah berdiri di depan pintu kelas dan masuk setelah Aeri melihatnya.

"Hai, Aeri," sapa Mark dan duduk di kursi depan Aeri.

Aeri mengangguk. "Ada apa?" tanyanya datar.

"Apa kabar? Sudah dua minggu lebih lo nggak ada kabar?" tanya Mark.

Aeri diam sejenak. "Sibuk," balasnya asal.

Hana menatap Aeri. Ia tahu sahabatnya itu sudah berbohong pada Mark.

"Hmm gitu, oiya minggu depan ada turnament basket," ucap Mark.

"Kak jangan bahas itu sekarang," ucap Hana. Ia tidak ingin Aeri bersedih.

"Kenapa? Aeri kapten basketnya?" tanya Mark yang belum tau jika kaki Aeri mengalami cidera.

"Gue nggak bisa kak," ucap Aeri menutup bukunya dan menatap Mark. "Kaki gue cidera. Kemungkinan besok dan seterusnya gue nggak akan main basket lagi dan bakal keluar dari club basket," lanjut Aeri berubah sendu.

Ucapan Aeri membuat Mark dan Hana terkejut bukan main. "A-aeri, kamu serius?" ucap Hana tidak percaya.

"Cidera gue parah dan kata dokter nggak akan bisa main basket lagi," lanjut Aeri, padahal dalam hatinya ia sesak. Aeri berusaha terlihat kuat di depan orang lain.

Mark melihat ke bawah dimana kaki Aeri di gips dan ia baru sadar tangan kiri Aeri juga di gips.

"Serius keluar dari club?" tanya Mark yang masih tidak percaya.

"Hmm, pulang sekolah bakal gue urus pengunduran diri dari club basket," jawab Aeri.

Mark dan Hana saling diam. Mereka masih tidak percaya Aeri akan keluar dari club basket.

ᴅᴏᴋᴛᴇʀ ʜᴡᴀɴɢ [End]✔Där berättelser lever. Upptäck nu