60

9.9K 1K 70
                                    


ᴅᴏᴋᴛᴇʀ ʜᴡᴀɴɢ

"AERI!"

Aeri tersentak dan menoleh pada Hyunjin yang menjerit menyebut namanya. Aeri juga melihat napas pria itu tidak beraturan.

"Kak, are you okay?" tanya Aeri khawatir. Wajah Hyunjin sangat pucat dan banyak keringat yang keluar di pelipisnya.

Hyunjin menatap Aeri dan langsung memeluk tubuh gadis itu.

Aeri mengerjap heran, berbeda dengan Hyunjin yang memeluk Aeri erat.

"Kakak, kamu kenapa?" tanya Aeri bingung.

Hyunjin tidak menjawab, pria itu malah semakin mengeratkan pelukannya, bahkan wajahnya di sembunyikan di ceruk leher Aeri.

"Kak?" tanya Aeri lagi. Ia bisa merasakan tubuh Hyunjin yang bergetar hebat.

"Kak, kamu sakit?" tanya Aeri cemas.

"Sebentar aja kaya gini," ucap Hyunjin lirih.

Aeri mengangguk pelan, dan membiarkan Hyunjin memeluknya. Sesekali Aeri juga mengelus punggung belakang Hyunjin untuk memberikan ketenangan.

Lima menit berlalu, Hyunjin melepaskan pelukannya dan menatap manik mata Aeri begitu lekat.

"Kenapa kak?" tanya Aeri lagi dengan mengusap keringat di pelipis pria itu. Aeri sungguh khawatir dengan kekasihnya ini.

Hyunjin menggenggam tangan Aeri, kemudian menciumnya begitu lembut. Aeri mengerjapkan mata. Ada apa dengan Hyunjin.

"Jangan pernah tinggalkan aku," ucap Hyunjin menatap Aeri sendu.

Aeri mengangguk pelan. "Jangan pernah, Aeri," lanjut Hyunjin.

"Iya, aku nggak akan tinggalkan kamu," balas Aeri agak heran.

Hyunjin tersenyum, begitupun dengan Aeri yang sebenarnya penasaran. Apa yang terjadi pada kekasihnya ini.

"Ada apa? Kamu bisa cerita sama aku," tanya Aeri lagi.

Hyunjin terdiam sejenak. Apakah ia harus menceritakan pada Aeri tentang mimpinya yang terjadi tadi.

"Kak?"

Hyunjin menghela napas dan menggenggam kedua tangan Aeri. "Aku bermimpi buruk," jawabnya membuat Aeri menaikan alisnya. "Aku mimpi kamu kecelakaan dan..." jedanya menatap lekat Aeri. "Aku kehilangan kamu," lanjutnya lirih.

Aeri tersenyum, dan kembali memeluk Hyunjin. "Mimpi itu hanya bunga tidur, jadi jangan di anggap serius," balas Aeri menenangkan Hyunjin dengan mengelus punggung Hyunjin.

Hyunjin mengangguk. Keadaan menjadi hening beberapa saat namun, setelahnya terdengar tawa kecil dari Hyunjin.

Aeri cengengesan. "Lapar, hm?" tanya Hyunjin melepaskan pelukannya dan mengelus pipi Aeri saat mendengar suara perut gadisnya yang berbunyi.

Aeri meringis malu. "Iya, kak."

"Ya sudah kita makan," ucap Hyunjin.

Mata Aeri berbinar. "Tapi, aku mau makan di luar," ucap Aeri semangat.

"Nggak!" spontan Hyunjin membuat Aeri terkejut. "Nggak ada makan di luar. Bibi aku sudah masak makanan banyak dan enak, makan di rumah aja," lanjut Hyunjin tegas.

ᴅᴏᴋᴛᴇʀ ʜᴡᴀɴɢ [End]✔Where stories live. Discover now