64

8K 850 41
                                    

Minggu pagi, Suara kicauan burung terdengar sebagai alarm Aeri untuk saatnya bangun pagi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Minggu pagi, Suara kicauan burung terdengar sebagai alarm Aeri untuk saatnya bangun pagi.

Aeri membuka matanya dan merenggangkan tubuhnya, mengubah posisinya menjadi terduduk.

"Pegal banget badan aku," gumam Aeri, sambil menggerakkan tubuhnya ke kanan dan kiri.

Aeri turun dari kasur king size nya dan melangkah ke balkon kamarnya.

"Selamat pagi dunia," gumamnya dengan senyum yang merekah. Ia tidak sabar untuk mengisi hari minggu ini bersama dengan Hyunjin.

"Kak Hyunjins sudah bangun belum ya?" gumam Aeri menebak-nebak apa yang dilakukan kekasihnya pagi ini. "Mandi dulu ah! Nanti ke rumah sakit, aku mau buat surprise kak Hyunjin," lanjut Aeri dan langsung melangkah menuju kamar mandi.

Setengah jam berlalu, Aeri telah keluar kamar mandi dengan pakaian santainya.

Aeri duduk di depan cermin dengan mengeringkan rambutnya. Selama kegiatannya mengeringkan rambut, ia bersenandung. Aeri tidak sabar ingin bertemu Hyunjin. Ia begitu kangen dengan pria itu.

Drtt...drttt....

Ponsel Aeri tiba-tiba berdering, menandakan telpon masuk. Segera Aeri melihat layar ponselnya dan seketika senyuman merekah. Aeri langsung mengangkat telpon.

"Halo, kak!" Semangat Aeri.

"Halo," balas Hyunjin. "Kamu lagi apa?" lanjutnya bertanya.

"Aku lagi keringin rambut."

"Eum, Ae. Bisa bertemu."

Mata Aeri berbinar. "Bisa! Dimana?"

"Di restoran. Tempat yang pernah kita makan pertama kali."

"Ohh, boleh! Kakak jemput aku, kan?" tanya Aeri lagi.

Helaan napas terdengar. "Maaf, Ae. Aku nggak bisa. Kerjaan kali ini sibuk dan mungkin kita bertemu di jam makan siang," jawab Hyunjin yang seketika membuat senyum Aeri luntur, bahkan raut wajahnya langsung berubah.

"Ohh, ya sudah. Nanti aku ke sana diantar pak Kim aja."

"Maaf, ya. Kamu hati-hati. Nanti kita bertemu."

"Iya, kak."

"Aku tutup, ya. Bye, Aeri." Pamit Hyunjin dan sambungan telpon terputus.

Aeri menghela napas dan cemberut, menatap layar ponselnya yang sudah keluar dari panggilan Hyunjin.

"Ish! Kak Hyunjin nggak mau jemput aku. Padahal dia yang ngajak aku ketemuan," kesal Aeri. "Dasar cowok nggak peka."

ᴅᴏᴋᴛᴇʀ ʜᴡᴀɴɢ


Hyunjin duduk di kursi kebesaran, ia sangat sakit, sedih, hancur dan tak rela secara bersamaan, aat kalimat yang akan keluar dari mulutnya nanti untuk Aeri di pertemuan nanti.

Hyunjin menarik napas dan menghembuskan perlahan. Ia baru saja menelpon Aeri dan meminta gadis itu untuk bertemu di tempat restoran pertama kali mereka datangi.

Clek!

Hyunjin menatap ke arah pintu, menampilkan kedua sahabatnya. Kyra dan Felix. Mereka datang dan langsung duduk di sofa panjang.

"Wajah lo kucel banget, Jin. Kenapa lo?" tanya Felix tiba-tiba saat melihat penampilan Hyunjin yang kali ini berbeda. Apalagi kantung mata tercetak jelas di wajah pria itu.

"Iyaa tumbenan. Biasanya selalu rapi," sambung Kyra heran.

Hyunjin terdiam, ia tidak bisa bicara ke mereka. Terlebih Felix adalah kakaknya Aeri dan Kyra sudah mendukung hubungannya dengan Aeri.

"Nggak apa-apa. Lagi nggak enak badan aja," balas Hyunjin malas.

Kyra mendekati Hyunjin dan menyentuh kening pria itu. "Lo demam, Jin. Sudah minum obat?" tanyanya khawatir.

Hyunjin menggelengkan kepala, membuat Kyra dan Felix menghela napas. "Jin, lo dokter loh! Masa nggak bisa jaga kesehatan sih. Seenggaknya minum obat kalau sakit," nasehat Kyra.

"Iya nanti," balas Hyunjin malas.

"Sekarang! Nanti kalau Aeri sedih gimana," sambung Felix yang membuat dada Hyunjin kembali sesak.

Hyunjin menyenderkan punggungnya ke kursi dan memejamkan matanya sejenak.

Felix yang sadar ada perubahan pada sahabatnya ini berucap. "Ada masalah?" tanyanya membuat Hyunjin membuka matanya dan diam sejenak.

"Nggak ada," balas Hyunjin bohong. Ia belum siap untuk bercerita tentang perjodohannya pada mereka.

"Ehh, sorry, ya, gue tinggal dulu. Ada pasien dadakan. Gue di telpon nih," pamit Felix tiba-tiba.

Hyunjin dan Kyra mengangguk.

Felix telah keluar ruangan Hyunjin. Menyisahkan Hyunjin bersama Kyra.

"Apa, gue cerita aja ke Kyra?" ucap Hyunjin dalam hati kemudian, menghela napas dan menegakkan tubuhnya.

"Ra," panggil Hyunjin membuat Kyra menatapnya.

"Kenapa?" tanya Kyra dengan berhadapan pada Hyunjin.

Hyunjin terdiam sejenak. "...gue mau cerita boleh?" tanyanya ragu.

Kening Kyra mengkerut. Tidak biasanya raut wajah Hyunjin seperti itu. "Cerita aja, gue bakal dengar, kok," balas Kyra.

Hyunjin menarik nalasnya dan menghembuskan perlahan. "Gue...gue di jodohkan," ucapnya pelan namun, Kyra bisa mendengar dengan jelas ucapan Hyunjin.

Mendengar ucapan Hyunjin, kedua mata cewek itu membulat dengan wajah terkejutnya. "Lo—serius?!"

"Hmm, serius gue. Tadi malam pertemuannya sama teman ayah gue," jawab Hyunjin bercerita dengan lesu.

Kyra terdiam sejenak. Cewek itu masih tidak percaya. "Sama siapa? Ceweknya gimana? Terus Aeri gimana? Jin, lo nggak bakal putus sama Aeri, kan?" tanyanya bertubi-tubi.

Hyunjin terdiam. Bahkan pikirannya langsung tertuju pada gadisnya. Apa yang akan terjadi nantinya jika semua yang di ucapkan Kyra benar.

Vote, share and comments
Thanks

ᴅᴏᴋᴛᴇʀ ʜᴡᴀɴɢ [End]✔Where stories live. Discover now