39

10.4K 1.1K 34
                                    


ᴅᴏᴋᴛᴇʀ ʜᴡᴀɴɢ

"Mau makan apa?" tanya Hyunjin saat sudah berada di mobil dan keluar kawasan bandara.

"Apa aja deh tapi, jangan batu," jawab Aeri. Ia masih ingat candaan cowok itu beberapa waktu lalu.

Hyunjin tersenyum tipis. "Apa aja ya?" tanyanya lagi.

"Iya, terserah kakak aja," balas Aeri.

Hyunjin mengangguk dan mulai melajukan mobilnya sedikit cepat. Setelah sepuluh menit berlalu, Hyunjin menepikan mobilnya ke pinggir jalan.

"Makan di sini?" tanya Hyunjin pada sebuah kedai kecil.

Aeri mengangguk saja, ia akan makan apa saja asalkan makanannya enak.

Hyunjin dan Aeri keluar mobil, setelahnya masuk ke sebuah kedai kecil yang muat tidak lebih dari sepuluh orang.

"Selamat datang dokter Hyunjin," sapa seorang wanita paruh baya yang melihat kedatangan Hyunjin bersamaan seorang gadis.

Hyunjin tersenyum. "Dengan siapa ini? Cantik?" tanyanya saat melihat Aeri yang berdiri di belakang Hyunjin.

Hyunjin menoleh pada Aeri sekilas. "Teman," jawabnya singkat.

Paruh baya itu tersenyum. "Teman apa teman?" godanya.

"Ibu," seru Hyunjin.

Paruh baya itu tertawa kecil. "Ya sudah. Duduk di sini apa di sana?" tanyanya.

"Di sana aja, tempat kesukaan saya," jawab Hyunjin.

"Ya sudah. Mau pesan seperti biasa?" tanyanya wanita itu lagi.

"Iya, tapi jadi dua ya bu."

"Siap, dokter Hyunjin."

Hyunjin melangkah ke sebuah tempat dekat jendela, diikuti Aeri di belakangnya.

"Kakak sering ke sini?" tanya Aeri dengan melihat sekitar kedai. Terlihat sederhana namun, hangat akan kekeluargaan.

"Saya dari kecil sama keluarga sering ke sini," jawab Hyunjin.

"Ohh, pantas ibu itu kenal kakak," balas Aeri polos.

"Kamu ada alergi udang nggak?" tanya Hyunjin.

Aeri menggeleng kepala dan beberapa detik kemudian, makanan datang.

"Permisi, menu spesial untuk kalian berdua," ucap wanita paruh baya yang datang dengan nampan berisi dua mangkuk makanan.

"Terima kasih, bu," ucap Hyunjin dan Aeri bersamaan.

"Sama-sama, silahkan di nikmati," balasnya, meninggalkan Aeri dan Hyunjin untuk menikmati makanannya.

Aeri langsung menyantap makanan di depannya dengan lahap, sedangkan Hyunjin sesekali melirik Aeri yang asik dengan makanannya.

"Aduhh!" pekik Aeri saat kuah pedas terkena mata.

Aeri ingin mengucek matanya namun, Hyunjin langsung menahan lengan Aeri. "Jangan di kucek. Sini saya lihat," tahan Hyunjin dan sekarang menggengam tangan Aeri.

Aeri mengerjapkan mata. Matanya pedas namun, ada yang lebih membuatnya merasa gugup. Dimana dokter Hyunjin mendekatkan wajah padanya kemudian....

Hush!

Hyunjin memberikan tiupan pelan pada kedua mata Aeri. "Coba berkedip," perintah Hyunjin.

Aeri menurut. "Masih perih nggak?" tanya Hyunjin.

"Sedikit tapi, agak mendingan," jawab Aeri.

Hyunjin melepaskan genggaman tangannya dan menatap Aeri. "Makanya pelan-pelan, nggak usah buru-buru. Saya tunggu makannya," nasehat Hyunjin.

ᴅᴏᴋᴛᴇʀ ʜᴡᴀɴɢ [End]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang