18

11.5K 1.1K 26
                                    

ᴅᴏᴋᴛᴇʀ ʜᴡᴀɴɢ

Hari telah berganti. Aeri dan kedua orang tuanya sedang berada di ruang makan untuk sarapan pagi.

"Aeri," panggil Suzy.

Aeri yang sedang menyantap makanan menoleh."Iya, bun?"

"Bunda sama ayah ada kerjaan di luar negeri selama seminggu," ucap Suzy langsung. Sebenarnya tidak tega untuk meninggalkan putrinya namun, karena tuntutan pekerjaan membuat mereka terpaksa harus meninggalkannya.

Aeri menghentikan makannya sejenak kemudian, menghela napas. "Sendiri lagi," gumamnya berubah sendu.

Minho mengelus surai hitam putrinya dengan lembut. "Maafkan ayah sama bunda. Urusan kali ini sangat penting. Kami tidak bisa menolaknya. Kamu bisa tinggal di rumah kak Felix atau ayah suruh Felix menginap untuk menemani kamu di rumah," ucapnya panjang.

Aeri cemberut. "Tapi kak Felix selalu sibuk. Tetap aja Aeri sendiri."

Suzy tersenyum tipis. "Kakakmu memang sibuk tetapi, dia akan ajak kamu ke rumah sakit. Dia tidak tega meninggalkanmu sendiri," balasnya.

Aeri menghela napas. "Di kira Aeri masih anak kecil di ajak kerja," dengusnya.

Suzy dan Minho tertawa. "Kamu memang masih anak kecil di mata ayah dan bunda, sayang," ucap Minho jahil.

Aeri mendengkus. "Nanti bunda bilang sama kak Felix untuk ajak kamu. Sekalian kamu belajar gimana kerja sebagai dokter," sambung Suzy.

"Ya, sudah, terserah. Aeri terima, tapi untuk ikut ke rumah sakit, nggak deh. Aeri bukan anak kecil lagi," balasnya.

ᴅᴏᴋᴛᴇʀ ʜᴡᴀɴɢ

Aeri telah tiba di sekolah setelah Minho yang mengantarkannya.

"Pagi kak Aeri," sapa adik kelas yang Aeri lewati saat berjalan di koridor sekolah menuju kelasnya.

Aeri hanya membalas dengan senyum tipis. Di sekolah, Aeri sangatlah populer. Tidak ada yang tidak mengenal Aeri. Satu sekolah pasti pada tahu. Aeri itu primadona di sekolah, bahkan di luar sekolah, Aeri juga popular. Terutama di kalangan club basket.

"Ehh! Gue dengar kak Aeri keluar dari club basket, loh!"

"Iya, sayang banget. Padahal gue ngefans banget sama kak Aeri."

"Katanya cidera kakinya parah."

"Iya, padahal aku kagum banget sama kak Aeri. Sudah cantik, bisa main basket dan nggak kecentilan sama cowok lain."

Aeri hanya bisa menghela napas saat mendengar bisik-bisik para siswa yang membicarakan tentang dirinya. Sudah terbiasa dengan keadaan sekolah.

"Aeri!" panggil seseorang membuat Aeri menghentikan langkah dan menoleh. Senyum kecut tercetak saat melihat Jeno mendekatinya bersama Sihyeon.

"Sini aku bantuin," ucap Jeno  mengambil alih tas Aeri. Cowok itu berniat ingin membantu membawakannya..

"Nggak usah. Aku bisa sendiri," tolak Aeri dan melirik Sihyeon yang berdiri di sebelah Jeno.

Sihyeon tersenyum. "Nggak apa-apa Aeri. Lagian kita nggak tega lihat kamu kesusahan jalan di tambah tas bawaan kamu berat," sambungnya.

Aeri tersenyum kecut. Sihyeon, cewek yang baik. Pantas saja Jeno menyukainya.

"Terima kasih, tapi aku bisa bawa sendiri," tolak Aeri lagi.

Jeno menghela napas dan terpaksa mengalah. Akhirnya mereka memilih berjalan bersama.

ᴅᴏᴋᴛᴇʀ ʜᴡᴀɴɢ [End]✔Where stories live. Discover now