73

8.9K 953 66
                                    

Aeri melebarkan matanya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Aeri melebarkan matanya. Hyunjin menciumnya, bahkan bibirnya bergerak untuk melumatnya namun, dengan tergesa-gesa. Hyunjin menyalurkan rasa rindunya pada Aeri

Aeri berontak dan berusaha melepaskan dari kungkungan Hyunjin.

"Hhmmpphh!" leguh Aeri saat Hyunjin mengigit bibirnya. "Kakhmm!" lanjut Aeri tertahan, oksigennya sudah habis dan dirinya butuh bernapas.

Hyunjin yang sadar langsung melepaskan ciumannya. Menatap Aeri lekat.

Aeri menunduk, berusaha menghirup oksigen sebanyak-banyaknya.

"Maaf," ucap Hyunjin kali ini dengan menangkup kedua pipi Aeri, agar gadis itu mau menatapnya.

Aeri terdiam namun, matanya menatap manik mata Hyunjin.

"Maaf," ucap Hyunjin lagi.

Aeri mendesis dengan tersenyum remeh. "Maaf? Kayanya kamu gampang banget minta maaf," ucapnya dingin.

Tatapan Hyunjin berubah sendu. "Aku harus apa agar kamu mau maafkan aku," ucapnya terdengar frustasi.

Aeri memutar bola mata malas. "Nggak tau," balasnya dan ingin pergi namun, Hyunjin menahan Aeri.

"Please, tolong maafkan aku. Aku janji nggak akan menyakiti kamu lagi," ucapnya memohon.

Aeri menatap tangannya yang di genggam Hyunjin kemudian, menatap pria itu. Di dalam lubuk hatinya, ada perasaan cinta dan sayang. Ia merasa senang saat pria itu kembali padanya tetapi, saat melihat ke belakang. Dimana saat pria itu memutuskan hubungan dengan alasan bosan dan sikapnya yang kekanakan membuat Aeri merasa marah dan kesal.

"Bukannya kamu bosan? Dan nggak suka sama sikap aku yang childish?" tanya Aeri sarkas.

Hyunjin menunduk sejenak. "Aku lakukan itu terpaksa. Agar nanti saat kamu tahu kalau aku di jodohkan, kamu tidak mengalami rasa sakit yang besar," jawabnya lembut.

Aeri terdiam sejenak. "Kenapa kamu nggak tolak perjodohan itu? Kita bisa bicarakan baik-baik," tanyanya.

Hyunjin menghela napas. "Maafkan aku, Aeri. Aku sangat menyayangi kedua orang tua aku. Membuat mereka bahagia adalah salah satu tujuanku."

"Dengan mengorbankan perasaan?"

Hyunjin mengangguk. "Tapi, sekarang aku tahu. Mereka tetap mempertahankan perjodohan itu, karena calonnya adalah kamu, Aeri."

Aeri memejamkan mata kemudian, menghela napas dan setelahnya mengangguk kecil, walaupun masih ada sedikit rasa sakit. Tapi jujur, Aeri tidak bisa jauh-jauh dari Hyunjin. Dirinya begitu mencintai dan menyayangi pria itu. "Aku— maafkan, tapi dengan syarat..."

Kedua sudut bibir Hyunjin melengkung. "Terima kasih. Apa syaratnya?" tanyanya semangat dengan mengusap kedua pipi Aeri lembut dengan ibu jarinya

"Kalau kamu menyakiti aku lagi. Jangan harap kita akan bertemu lagi," ucap Aeri dengan penekanan.

Hyunjin mengangguk cepat. "Janji, aku tidak akan menyakiti kamu lagi," balasnya serius.

"Hmm," balas Aeri membuat Hyunjin memanyunkan bibirnya. Ia kesal dengan respon Aeri yang terlalu singkat.

"Jangan gitu dong jawabnya. Kita, kan, sudah baikan," ucap Hyunjin dengan nada lucu membuat Aeri menaikan alisnya heran.

"Terus harus jawab apa?" tanya Aeri bingung.

"Eum— iya sayang," jawab Hyunjin dengan tersenyum miring.

Aeri mendesis. "Dih! Gak mau," balasnya dengan melepaskan tangan Hyunjin dari pipinya dan melipat kedua tangannya di depan dada.

"Kok gitu?" tanya Hyunjin memelas.

"Kamu itu sudah menyakiti hati aku. Masih mending mau aku maafkan," balas Aeri kesal.

Hyunjin memanyunkan bibirnya. "Terus aku harus apa supaya kamu benar-benar maafkan aku?" tanyanya memelas.

Aeri berfikir sejenak kemudian, senyuman tercetak. Belikan aku buku novel, traktir aku makan ice cream...." ucap Aeri lucu membuat Hyunjin gemas di buatnya.

"Sama belikan aku bo—" ucapan Aeri terhenti saat Hyunjin tiba-tiba kembali menciumnya namun, kali ini dengan sangat lembut dan manis.

Aeri terkejut dengan mata membulatnya. tetapi karena ciuman Hyunjin begitu lembut membuat Aeri perlahan memejamkan mata. Terlena oleh sentuhan lembut pada bibirnya.

Hyunjin memilih jalan yang lebih berani lagi dengan melangkah maju dan menempelkan tubuhnya pada Aeri.

Rasanya kaki Aeri semakin melemah saja. Dia tak mampu berpijak karena ciuman yang kini mengarah ke tahap yang lebih panas. Beruntung, tubuhnya terhimpit di antara dinding dan Hyunjin yang tengah mencumbunya itu dengan menahan tubuhnya. Jika tidak, mungkin saja dia sudah merosot ke lantai.

Hyunjin mengerang saat merasakan jemari mungil Aeri yang terselip diantara sela rambutnya. Lengan kanannya yang kokoh perlahan terselip ke belakang punggung Aeri. Menekan tubuh Aeri agar semakin rapat padanya dan tak tersela jarak sedikit pun.

Ketika Aeri sudah merasa kehabisan oksigen, Aeri perlahan melepaskan tautannya. Mengatur napas yang terengah-engah. Matanya masih setia untuk terpejam.

Aeri dapat merasakan sebuah sentuhan halus di pipinya. Hembusan napas hangat Hyunjin masih menerpa permukaan bibirnya. Hyunjin masih tidak menjauhkan wajahnya walaupun ciuman tersebut telah berakhir.

Chup!

Kali ini Hyunjin mencium kening Aeri cukup lama dengan menangkup kedua pipi Aeri kembali. "I love you," ucapnya lembut dengan senyuman.

Aeri membalas senyuman Hyunjin. "Me too."

"Terima kasih atas terimanya permintaan maaf aku dan terima kasih, atas— ini," ucap Hyunjin dengan menyentuh bibir mungil Aeri yang sedikit membengkak.

Aeri mengangguk dengan menunduk malu. Kedua pipinya sudah merah merona. Pria itu, selalu berhasil membuat Aeri terasa terbang.

"Ekhmm.!" dehem seseorang, membuat atensi Hyunjin dan Aeri menoleh sumber suara.

"Udah di tunggu, lanjutkan mesra-mesraan nya nanti aja," ucap Yiriaz dengan bertolak pinggang.

"Aeri, ayoo, kembali," kali ini suara deep yang terdengar.

Yiriaz datang bersama Felix. Mereka mencari Aeri dan Hyunjin, karena terlalu lama keluarga Lee dan Hwang menunggu sepasang kekasih itu.

"Ayoo, kakek sudah tunggu kamu," ajak Yiriaz yang langsung menggandeng lengan Aeri tanpa harus mendapat persetujuan dari Hyunjin.

Hyunjin mendengus dan tatapan teralih saat Felix merangkul bahunya. "Dan lo, ikut gue," seru Felix.

Hyunjin menghela nalas dan terpaksa mengikuti Felix.

Saat perjalanan menuju ruangan VVIP. Hyunjin melirik Felix. "Lo masih marah sama gue?" tanya Hyunjin, membuat Felix menoleh sekilas.

"Nggak," balas Felix singkat.

Senyuman tercetak di bibir Hyunjin. "Tapi, jawaban lo ketus banget sama gue."

Felix menghela napas dan menoleh, ia menatap Hyunjin tajam.

"Sekali lagi menyakiti Aeri. Lo! Nggak bakal gue restui sampai kapanpun. Ingat!" ancam Felix membuat Hyunjin meringis.

"Iya, gue janji. Nggak akan menyakiti Aeri lagi," balas Hyunjin serius.


ᴅᴏᴋᴛᴇʀ ʜᴡᴀɴɢ

Vote, share and comments
Thanks

ᴅᴏᴋᴛᴇʀ ʜᴡᴀɴɢ [End]✔Where stories live. Discover now