66

7.7K 901 83
                                    

Aeri sudah tiba di rumah, seperti biasa

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Aeri sudah tiba di rumah, seperti biasa. Jika Aeri dalam keadaan sedih, hancur, ia akan mengunci pintu kamarnya dan tidak menyalakan lampu kamar satupun.

Aeri membaringkan tubuhnya di atas kasur dan menutup semua tubuhnya dengan selimut. Tangisnya pecah. Aeri sudah tidak bisa menahannya lagi. Aeri adalah gadis yang terlihat kuat di luar namun, lemah di dalam. Kehidupan masa remajanya sangat menyedihkan terlebih satu-satu sahabatnya meninggalkannya dan sekarang, seseorang yang menjadi penyemangat nya meninggalkannya juga. Hancur sudah hati dan perasaan Aeri.

"Jahat...." lirih Aeri dengan isakannya. "Aku salah apa?" gumam Aeri lagi

Dulu waktu Hyunjin menyatakan perasaannya padanya, Aeri begitu senang. Ia berterima kasih, karena luka yang diberikan oleh Jeno di sembuhkan oleh kedatangan Hyunjin. Namun, sekarang luka itu kembali terbuka. Hyunjin yang membukanya. Membuat hatinya kembali sakit.

Aeri tersenyum miris dalam tangisnya. "Semua sama saja..." lanjutnya kemudian, memeluk tubuhnya dalam selimut tebal.

ᴅᴏᴋᴛᴇʀ ʜᴡᴀɴɢ

Hari telah berganti. Terdengar suara ketukan dari luar kamar Aeri namun, tidak ada respon dari dalam kamar.

"Non, Aeri bangun. Nona tidak berangkat sekolah?" tanya bibi namun, tetap tidak ada balasan lagi.

"Ada apa bi?" tanya Suzy saat melewati kamar putrinya.

"Ini nyonya, nona Aeri belum bangun dan sekarang sudah jam setengah tujuh pagi. Saya takut nona telat berangkat sekolah," jawab Bibi menjelaskan.

Suzy mengerutkan keningnya, tumben sekali anak gadisnya belum bangun. Biasanya paling rajin bangun untuk berangkat sekolah pagi-pagi.

"Minta pak satpam kunci cadangan bi," perintah Suzy yang khawatir. Takut terjadi sesuatu pada putrinya.

Bibi mengangguk dan ke lantai bawah untuk meminta kunci cadangan kamar Aeri. Tidak butuh lama, bibi telah kembali dengan kunci cadangan di tangannya.

Bibi membuka pintu kamar Aeri. Suzy masuk lebih dulu dan melihat Aeri yang masih tertidur dengan selimut yang menutupi seluruh tubuhnya.

"Bi, saya saja yang bangunkan Aeri," ucap Suzy.

Bibi mengangguk dan keluar kamar Aeri.

Suzy duduk di pinggir kasur Aeri dan mengelus pucuk kepala putrinya yang tertidur membelakanginya.

"Sayang, bangun. Kamu nggak sekolah?" tanya Suzy lembut dengan mengelus surai hitam Aeri. Namun, tidak ada balasan dari Aeri.

Suzy merasa khawatir. "Sayang..." serunya dengan menarik selimut Aeri. Betapa terkejutnya, Suzy. Saat melihat keadaan putrinya. Wajah pucat dengan bibir sedikit bergetar dan keringat banyak keluar di sekitar pelipis.

ᴅᴏᴋᴛᴇʀ ʜᴡᴀɴɢ [End]✔Where stories live. Discover now