22

11.4K 1.1K 20
                                    

ᴅᴏᴋᴛᴇʀ ʜᴡᴀɴɢ

Tidak terasa Aeri berada di ruangan Hyunjin sudah sampai jam lima sore.

Pintu ruangan terbuka, Aeri dan Hyunjin menoleh. Ternyata Felix yang datang. Pria itu tersenyum saat melihat keakraban Hyunjin dengan adiknya.

"Thanks, bro. Udah mau temani adik gue," ucap Felix dengan berjalan masuk dan duduk di sebelah Aeri.

"Maaf lama. Hyunjin galak nggak sama kamu?" tanya Felix dengan mengelus surai hitam Aeri lembut 

Aeri melirik Hyunjin sejenak. "Nggak kak. Baik malah ngajarin Aeri matematika," jawabnya semangat.

Hyunjin menaikan alisnya, tumbenan sekali gadis ini memujinya.

Felix mengangguk. "Baguslah. Kakak takut kamu di galakin sama dokter Hyunjin," balasnya jahil dengan melirik Hyunjin.

Hyunjin mendengkus. "Kamu mau pulang apa mau tetap di sini?" tanya Felix

"Pulang. Aku lapar," jawab Aeri dengan memanyunkan bibirnya.

"Wah, Jin. Tega benar lo nggak kasih makan adik gue," seru Felix.

Hyunjin mendesis. "Udah gue kasih makan. Adik lo aja yang gampang lapar!" balasnya ketus.

"Aku udah makan kak, tapi masih lapar," sambung Aeri dengan cengiran.

"Tuh dengar!" ketus Hyunjin.

Felix tersenyum tipis. "Sorry, gue kira lo nggak peduli," balasnya dengan memasang cengiran juga. "Ya sudah. Ayoo pulang," lanjut Felix.

Aeri mengangguk dan membereskan barang-barangnya, setelahnya bangun dari duduknya. "Kak, terima kasih tumpangannya," ucapnya dengan senyum manis.

"Hmm," balas Hyunjin singkat membuat Felix tersenyum tipis. Sikap Hyunjin kasih saja sama.

Aeri dan Felix keluar ruangan Hyunjin dan berjalan menuju lobi rumah sakit.

"Dek," panggil Felix.

"Iya, kenapa?" tanya Aeri.

"Kamu ganti tongkat ya?" tanya Felix penasaran dengan melihat tongkat penyanggah Aeri yang berbeda. Bahkan warnanya adalah warna kesukaan Aeri.

"Iyaa!" jawab Aeri semangat.

"Beda warna juga. Di kasih siapa?" tanya Felix lagi.

"Di kasih Kak Hyunjin. Katanya tongkat yang kemarin nggak safety, jadi di kasih yang baru," balas Aeri.

Felix menghentikan langkahnya sejenak dan menahan tangan Aeri. "Hyunjin kasih kamu tongkat?" tanyanya mulai heboh.

Aeri mengangguk lucu. "Hmm, kenapa?"

Felix langsung tersenyum. "Ternyata nggak sia-sia gue deketin Aeri sama Hyunjin. Perlahan Hyunjin luluh juga," ucapnya dalam hati.

"Nggak apa-apa, cuma agak heran. Dokter Hyunjin peduli banget sama kamu," balas Felix jahil.

Alis Aeri terangkat. "Peduli karena pasien, kak. Lebih dari itu palingan kaya biasa."

Felix mengusak surai hitam adiknya. Polos sekali, padahal kalau di lihat saja bisa tahu. Kalau Hyunjin sudah mulai peduli lebih dari pasien.

Felix melanjutkan langkahnya lagi dan mereka tiba di lobi. Seorang valet parkir sudah lebih dulu membawa mobil Felix ke depan pintu rumah sakit.

"Hati-hati," ujar Felix saat membantu Aeri masuk mobilnya.

Di rasa Aeri sudah aman, kini Felix yang masuk ke kursi pengemudi. Felix mulai melajukan mobilnya menuju rumahnya  karena Aeri akan menginap di rumahnya.

ᴅᴏᴋᴛᴇʀ ʜᴡᴀɴɢ [End]✔Where stories live. Discover now