56

9.6K 1K 66
                                    

Bruk!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Bruk!

Chup!

Aeri melebarkan matanya saat merasakan benda kenyal menyentuh bibirnya.

Klek!

Lampu rumah Aeri tiba-tiba menyala kembali dan saat lampu menyala mata mereka bertemu.

Hyunjin sudah berada di atas tubuh Aeri dengan tangan kanan menahan kepala belakang Aeri dan tangan kiri menahan tubuhnya agar tidak menimpa tubuh gadis di bawahnya.

Mereka saling tatapan beberapa detik, bahkan Aeri tidak mengedipkan matanya.

"Ka-kak..." gugup Aeri saat Hyunjin kembali menciumnya dengan sangat lembut dan manis.

Aeri masih terkejut tetapi, karena ciuman Hyunjin begitu lembut membuat Aeri perlahan memejamkan mata. Terlena oleh sentuhan lembut pada bibirnya. Rasa manis yang asing mulai menjalar pada lidahnya. Entah sejak kapan bibirnya terbuka hingga Hyunjin kini menginvasi dirinya lebih dalam.

"Ummh..."

Suara lenguhan itu keluar dari mulut Aeri yang terdengar merdu di telinga Hyunjin. Saat tangan kanan Hyunjin perlahan turun ke pipi Aeri. Aeri membalas ciumannya dan Hyunjin tak pernah menduga hal ini sebelumnya.

Kecupan mesra dan hangat itu terus terjadi berlangsung. Bertukar napas. Saling memberi dan menerima. Keduanya memeluk erat, seolah tak ada hari esok dan tak rela untuk melepaskan.

Ketika Aeri merasa semuanya sangat jauh, gadis itu perlahan melepaskan tautannya. Mengatur napas yang terengah-engah. Matanya masih setia untuk terpejam.

Aeri dapat merasakan sebuah sentuhan halus di pipinya. Hembusan napas hangat Hyunjin masih menerpa permukaan bibirnya. Hyunjin masih tidak menjauhkan wajahnya walaupun ciuman tersebut telah berakhir.

"Hwang Hyunjin!"

Serentak Aeri melebarkan matanya saat mendengar teriakan seseorang, sedangkan Hyunjin menoleh ke sumber suara dengan tatapan malas.

Di sudut ruangan, Hyunjin mendapati temannya tengah melipat kedua tangannya di depan dada dan berdiri dengan tatapan penuh pertanyaan. Pria itu menatap mereka berdua bergantian.

Refleks Aeri menjauhkan lengan Hyunjin yang melingkar di pinggangnya dan berubah posisinya menjadi berdiri, tentunya di bantu oleh Hyunjin. Wajahnya sudah memerah dan panas karena malu. Kepalanya menunduk, menatap jarinya yang ia mainkan.

"Bisa jelaskan Hwang Hyunjin dan Lee Aeri?" tanya Felix tegas dengan menaikan alisnya.

Aeri terdiam, ia seperti telah tertangkap basah melakukan kesalahan. Sedangkan Hyunjin tersenyum tipis melihat Aeri yang takut dan gugup secara bersamaan.

"Gue temani Aeri," jawab Hyunjin santai dengan menggenggam tangan Aeri agar gadis itu tenang.

Felix menatap Aeri. "Dan posisi tadi itu apa, hm?" lanjutnya kembali menatap Hyunjin.

Hyunjin mendengus, ia seperti pencuri saja di interogasi oleh Felix.

Baru saja Hyunjin ingin menjelaskan, Aeri melepaskan genggaman Hyunjin dan melangkah mendekati Felix. "Kak, tadi nggak sengaja beneran deh," ucapnya dengan memelas agar Felix tidak mengadu dan memarahinya.

"Kakak nggak gampang luluh ya sekarang," balas Felix berusaha menahannya agar tidak luluh dengan tatapan sang adik.

Aeri cemberut. "Ihh! Tadi tuh aku sama kak Hyunjin mau cari lampu emergency di ruangan belakang. Tapi, karena kak Hyunjin nggak lihat ada tangga jadi jatuh, terus...eum, gitu deh," serunya menjelaskan.

Felix menaikan alisnya dengan melirik sang sahabat yang terlihat tenang-tenang saja.

"Beneran!" lanjut Aeri memelas.

Felix menghela napas, ia tidak tega melihat wajah Aeri yang sudah memelas.

"Kakak nggak akan bilang sama bunda kan?" tanya Aeri lagi. "Kejadian itu benar-benar tidak di sengaja."

Felix menghela napas. "Nggak," balasnya kembali melirik Hyunjin yang terlihat santai, padahal adiknya mati-matian menjelaskan padanya.

Felix menyentuh bibir Aeri yang sedikit membengkak dan menatap tajam Hyunjin.

"Kenapa kak?" tanya Aeri polos.

Felix menggelengkan kepalanya. "Masuk kamar. Kakak mau ngomong sama Hyunjin," perintah Felix serius.

"Okee," balas Aeri dan menatap Hyunjin. "Kak, terima kasih sudah mau temani aku. Aku ke kamar ya," lanjutnya pamit.

Hyunjin mengangguk dan mengusak surai hitam Aeri. "Tidur yang nyenyak, princess," balasnya dan melirik Felix dengan smirk nya.

Felix memutar bola mata malas mendengar ucapan Hyunjin. Sedangkan Aeri menunduk malu. Pipinya sudah merah merona.

Aeri telah pergi. Tersisa lah Hyunjin dan Felix.

Melihat kepergian Aeri, Felix langsung menarik lengan Hyunjin untuk mengikutinya menuju ruang keluarga. "Lo, apain adik gue sampai bibirnya bengkak gitu?!" tanyanya tidak santai.

Hyunjin tersenyum tipis. "Nggak sengaja gue. Lagian nanggung mending gue lanjut," balasnya tenang.

Felix memukul kepala Hyunjin pelan. "Lo, belajar dari mana kaya gitu! Baru pertama kali gue lihat, seorang Hwang Hyunjin berani!" serunya tidak percaya.

Hyunjin mendengus dan mengusap kepalanya. Lumayan sakit pukulan Felix. "Umur gue sudah 23 tahun. Jangan anggap gue yang dingin dan anti sama cewek nggak tahu begituan," balasnya.

Felix menghela napas kasar membuat Hyunjin menoleh ke arahnya. "Jin, gue harap lo jangan pernah buat hati Aeri sakit lagi," ucapnya tiba-tiba menjadi serius.

Hyunjin jadi terdiam. "Aeri baru bahagia dengan perasaannya. Jadi gue mohon sama lo, jangan buat hati Aeri sakit kembali," lanjut Felix. "Lo bisa janji kan sama gue?"

"Hmm, janji gue," balas Hyunjin serius. "Kyra, gimana?" lanjutnya dengan tersenyum miring.

Felix memutar bola mata malas. "Nggak usah ikut campur," serunya.

Hyunjin mendesis. "Lo ikut campur urusan gue kalau lo lupa," balasnya tidak mau kalah.

Felix berdecak. "Karena lo berhubungan sama Aeri."

"Lo juga berhubungan sama sahabat gue. Jadi nggak ada salahnya gue ikut campur bukan?" balas Hyunjin dengan menaikan alisnya.

Felix mengumpat. Hyunjin akan menang jika beradu mulut.

"Jadi, sampai mana hubungan lo sama Kyra?" tanya Hyunjin lagi dengan senyum miringnya.

"Shut up!" Kesal Felix dan meninggalkan Hyunjin menuju area kitchen.

Hyunjin tertawa dan mengikuti Felix. "Ingat, ya. Kalau lo sakiti Kyra, lo bakal berurusan sama gue," serunya dan memilih duduk di kursi bar.

Felix yang sedang mengambil minuman di kulkas berbalik badan dengan tatapan dingin. "Lo juga ingat! Sakiti Aeri, lo juga bakal berurusan sama gue!" balasnya tidak mau kalah.

ᴅᴏᴋᴛᴇʀ ʜᴡᴀɴɢ

Vote, share and comments
Thanks

ᴅᴏᴋᴛᴇʀ ʜᴡᴀɴɢ [End]✔Where stories live. Discover now