69

7.9K 859 80
                                    

Drttt

Rất tiếc! Hình ảnh này không tuân theo hướng dẫn nội dung. Để tiếp tục đăng tải, vui lòng xóa hoặc tải lên một hình ảnh khác.

Drttt...drttt....

Ponsel Hyunjin bergetar menandakan telpon masuk. Hyunjin belum sadar karena dirinya masih menatap punggung Aeri yang semakin menjauh.

Drttt....drttt...

Telpon Hyunjin bergetar kembali Dan membuat Hyunjin mengerang dan mengeluarkan ponselnya dari saku celana dengan kesal.

"Halo?" ucap Hyunjin malas.

"Hyunjin, kamu nanti malam datang lagi, ya, untuk makan malam," seru sang bunda dari sebrang sana.

"Hyunjin nggak mau, bun," balasnya tegas.

"Bunda nggak suka penolakan. Pokoknya kamu harus datang nanti malam."

"Tapi, bun?"

"Bunda nggak suka penolakan, Hyunjin."

Hyunjin menghela napas kasar. "Ya sudah," balasnya terpaksa. "Hyunjin tutup," lanjutnya dan memutuskan sambungan telpon dengan mengacak-acak rambutnya frustasi.  

"Kenapa harus gue yang alami ini sih!" kesal Hyunjin dengan duduk secara kasar di kursi taman.

"Ekhmm," dehem seseorang membuat Hyunjin menoleh dengan tatapan datar.

"Hai dokter, kita ketemu lagi," sapa nya lembut.

Hyunjin diam, memilih tidak menjawab sapaannya.

"Boleh duduk?" Izinnya.

Hyunjin menghela napas pelan, biar gimana pun ia harus ramah dengan pasiennya. "Hmm," balasnya singkat.

Orang itu tersenyum dan duduk di sebelah Hyunjin.

"Sepertinya lagi ada masalah, ya?" tanyanya tiba-tiba membuat Hyunjin menaikan alisnya. Bagaimana bisa orang itu tau.

"Masih ingat gue, kan?" tanyanya dengan senyuman.

"Hm," dehem Hyunjin karena orang itu salah satu pasiennya.

"Benar ,ya, kata orang-orang. Dokter ortopedi bernama Hwang Hyunjin itu jutek dan dingin," ucapnya lagi dengan senyuman.

Hyunjin mendengus, orang di sampingnya ini sok dekat sekali. Padahal baru sekali bertemu.

"Teru ?" tanya Hyunjin dengan tatapan datar.

"Akhirnya bicara juga. Gue kira bakal di balas sama deheman," balas orang itu.

Hyunjin memutar bola mata malas. Ia bangun dari duduknya namun, langkahnya terhenti saat orang itu berucap. "Nanti malam, ada pertemuan, ya?" tanyanya tiba-tiba yang sontak membuat Hyunjin menoleh heran.

"Lo tau?" tanya Hyunjin dingin.

"Hmm, gue tau. Gue, kan cucu dokter Lee," balasnya dengan senyuman.

Hyunjin melebarkan matanya. "Ja-jadi lo?"

"Gue tau tentang perjodohan itu," jawabnya langsung.

"Lo terima perjodohan itu?" lanjutnya dengan menaikan alisnya.

"Nggak," jawab Hyunjin tegas.

Orang itu tersenyum miring. "Yakin mau tolak? Lo nggak bakal nyesel? Orang tua lo bakal sakit loh," ucapnya santai.

Hyunjin mengepalkan kedua tangannya.

"Gue bakal bicara sama mereka buat nolak perjodohan itu. Karena ada orang yang sangat gue cintai," ucap Hyunjin dan langsung meninggalkan orang itu.

Orang itu tersenyum tipis. "Lo bakal menyesal kalau lo tolak perjodohan itu," gumamnya dengan menatap punggung Hyunjin yang semakin menjauh.


ᴅᴏᴋᴛᴇʀ ʜᴡᴀɴɢ

Aeri kembali ke kamarnya tanpa menunggu Suzy. Mood nya menjadi buruk karena pertemuannya dengan Hwang Hyunjin.

Clek!

Aeri masuk kamarnya dan sedikit terkejut saat melihat Felix yang sudah berada di kamarnya. Aeri buru-buru mengusap air matanya.

"Dari mana kamu, dek?" tanya Felix lembut.

"Taman kak," balas Aeri dengan senyuman.

"Aeri!" panggil seseorang membuat Aeri dan Felix menoleh ke sumber suara.

"Kamu kok tinggalin bunda sih! Bunda sudah khawatir aja takut kamu kenapa-napa," ucap Suzy tiba-tiba yang baru saja masuk ruangan rawat.

Aeri  tersenyum dengan menampilkan gigi putihnya. "Maaf bun, habisnya bunda lama sih," balasnya.

Suzy menghela napas. "Tapi kamu nggak apa-apa?" tanyanya masih terlihat khawatir dengan memegang kedua bahu Aeri.

"Nggak apa-apa bunda," jawab Aeri dengan senyuman.

Suzy mengandeng Aeri dan membawanya ke bangkar.

"Ya sudah, kamu istirahat aja. Bunda ada urusan sebentar. Kamu sama kak Felix, ya," ucap Suzy melirik Felix yang sedari tadi hanya memperhatikan.

Aeri menghela napas. "Nggak bisa bunda temani Aeri seharian aja?" tanyanya sendu.

Suzy terdiam dan mengelus surai hitam Aeri. "Sebentar aja kok, ini penting soalnya. Kakek kamu minta ketemu," jawabnya.

Aeri menghela napas. "Ya, sudah deh," cemberut Aeri namun, terlihat lucu dimata Felix dan Suzy.

Suzy menatap Felix. "Felix tolong jaga Aeri sebentar, ya," ucapnya.

"Siap tante, Aeri akan aman sama saya," balas Felix dengan acungan jempol.

ᴅᴏᴋᴛᴇʀ ʜᴡᴀɴɢ

Vote, share and comments
Thanks

ᴅᴏᴋᴛᴇʀ ʜᴡᴀɴɢ [End]✔Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ