ᴅᴏᴋᴛᴇʀ ʜᴡᴀɴɢ [End]✔

71

Kedatangan keluarga Hwang langsung disambut hangat oleh keluarga Lee.

Minhyun tersenyum dan berjabat tangan, serta berpelukan. "Hai tuan Lee," sapa nya saat tiba di ruangan VVIP, tempat yang sebelumnya mereka makan malam bersama.

"Minhyun sudah datang," ucap Lee dengan senyuman.

Minhyun mengangguk. Hyunjin, Riana dan Carel yang berada di belakang Minhyun sedikit membungkukkan tubuhnya untuk memberikan hormat.

"Silahkan duduk," ucap Lee semangat.

Keluarga Hwang langsung duduk berhadapan dengan keluarga Lee.

Saat berhadapan, tatapan Hyunjin langsung tertuju pada seorang wanita yang dua hari lalu bertemunya di taman.

Cewek itu menatap Hyunjin dengan senyuman tipis. Seolah sudah tau akan kedatangan Hyunjin.

"Bisa tunggu sebentar, anak saya yang lain belum tiba," ucap Lee bersuara.

"Bisa, santai saja. Kami sedang tidak buru-buru," balas Minhyun.

Carel dan Hyunjin kembali menatap wanita di depannya.

"Wanita ini yang bakal di jodohkan sama lo?" bisik Carel.

"Nggak tau. Semoga aja bukan," balas Hyunjin berbisik juga.

Wanita di depannya Hyunjin  kembali tersenyum namun, kali ini terlihat berbeda. Entah kenapa dia terlihat seperti menyembunyikan sesuatu.

Apa benar yang di bilang abangnya, kalau dia yang akan di jodohkan olehnya?

"Kenalkan ini cucu saya," ucap Lee tiba-tiba dengan menatap Carel dan Hyunjin. "Dia lama tinggal di Sydney dan sekarang sedang bekerja di perusahaan telekomunikasi," lanjutnya Lee memperkenalkan wanita yang sedari tadi menjadi tanda tanya untuk Hyunjin dan Carel.

Wanita yang di perkenalkan oleh Lee, tersenyum. "Halo om tante. Saya Lee Yiriaz," ucapnya memperkenalkan dirinya dengan membungkukkan badannya sedikit.

Riana, Minhyun dan Carel tersenyum. Berbeda dengan Hyunjin memasang wajah datar. Ia terlihat tidak menyukai wanita itu.

"Dua cucu saya belum datang, saya akan perkenalkan ke kalian nanti," lanjut Lee bercerita.

"Tidak apa-apa. Kami akan menunggu," balas Minhyun.

Menunggu kedatangan yang lain. Lee dan Minhyun mulai berbincang-bincang tentang perusahaan. Berbeda dengan Hyunjin yang sudah mulai merasa bosan. Apalagi saat melihat tatapan wanita itu yang misterius.

"Maaf, kami telat," ucap seorang pria yang baru saja datang dengan beberapa orang di belakangnya.

Seketika atensi semua orang yang berada di ruangan langsung tertuju pada sumber suara. Terkecuali, Hwang Hyunjin. Pria itu terlihat cuek dan malas. Lebih baik dia memainkan ponselnya.