Chapter 39 : Is It Dream? or...

133 23 4
                                    

Red dan Zeppy telah sampai dirumahnya, Zeppy tampak masih penuh semangat, sementara Red merasa sangat lelah pasca berdansa dengan 2 wanita sekaligus.

Setelah masuk kedalam rumah, Red langsung menuju kekamarnya dan langsung melompat ke kasurnya dan tidur tanpa melepaskan bajunya.

Tidak perlu lama dia sudah tertidur lelap.

Melihat Red yang tertidur masih mengenakan pakaian lengkap, Zeppy tersenyum kecil.

"Dasar..." gumamnya.

Dia kemudian masuk kekamar Red dan dengan sedikit paksa melepaskan pakaian formal yang dipakai oleh Red.

Karena Red sepertinya sangat kelelahan dia sama sekali tidak terbangun saat dilucuti pakaiannya oleh Zeppy.

Setelah seluruh pakaian Red terlepas, menyisakan celana pendeknya saja, Zeppy meninggalkan Red yang tertidur pulas.

Setelah meletakkan pakaian Red di keranjang pakaian kotor, dia sendiri segera masuk kekamarnya dan memasuki game Continents World.






*             *               *              *              *







Red membuka matanya, dia melihat ada banyak anak panah berapi yang meluncur kearahnya, saking banyaknya seolah langit itu sendiri tertutupi oleh anak panah, dia juga melihat sekelilingnya penuh dengan darah dan mayat.

Dengan cepat Red mengambil perisai milik salah satu dari mayat didekatnya.

Dia menggunakan itu untuk melindungi dirinya sendiri dari anak panah berapi itu.

Setelah beberapa menit, dia berhasil bertahan dari hujan anak panah itu.

Dia merasa bingung dimana dia saat ini.

Tapi seolah tidak memberikan Red waktu untuk berpikir, dia melihat ribuan orang berzirah besi menunggangi kuda sedang menuju kearahnya dengan cepat, dia juga dapat mendengar suara teriakan mereka.

Red menatap bulan purnama yang bersinar dengan terang.

Kemudian Red di tepuk pundaknya oleh seseorang.

"Kau takut ####." suara orang itu seolah tidak bisa didengar oleh Red dengan benar dibagian tertentu.

Dia menatap orang itu dengan tatapan bingung, orang yang ditatapnya itu adalah seorang wanita berambut panjang dengan armor dan membawa pedang panjang ditangan kanannya, dari penampilannya dia sudah babak belur, menandakan wanita itu sudah bertarung sebelumnya.

Red juga menyadari bahwa dirinya juga penuh luka.

Dia tidak bisa melihat wajah orang itu, seolah ada asap yang menutupi wajahnya dibagian mata keatas.

Red ingin mengatakan sesuatu, tapi dia tidak bisa mengucapkan apapun.

"Hanya tersisa kita berdua." ucapnya sambil menatap pasukan berkuda yang semakin dekat.

"Siapa sangka aku akan mati bersama muridku sendiri." wanita itu mengambil posisi bersiap.

"Kau boleh kabur jika kau mau, aku tidak akan menghentikanmu." lanjut wanita itu.

Red tidak tahu apa yang terjadi, tapi secara insting dia ikut bersiap dengan pedangnya.

"Heh." wanita itu tersenyum melihat Red yang masih berada disebelahnya.

Semakin dekat pasukan itu dengan mereka berdua, Red dapat melihat bahwa seluruh pasukan itu bukanlah manusia, wujud mereka sangat mengerikan, sangat sulit untuk menggambarkan betapa mengerikannya pasukan - pasukan itu.

The Continents WorldsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang