Chapter 72 : Others

76 19 8
                                    

Red berbaring menatap langit-langit kamarnya, dia sudah keluar dari game Continents World.

Karena masih harus menunggu 3 hari untuk sampai di benua kedua, Red merasa tidak begitu banyak yang bisa dia lakukan selagi menunggu tiga hari itu berlalu.

Adiknya sedang pergi keluar bersama dengan temannya.

Dia hanya bisa berbaring tanpa tahu harus berbuat apa-apa.

Red melihat banyak keluhan tentang waktu yang terlalu lama untuk mencapai benua kedua di forum resmi Continents world.

Red meletakkan smartphone miliknya dan beranjak menuju ke dapur, saat dia baru saja sampai di dapur, di sana sudah berdiri seseorang berjubah hitam.

Sosok itu berdiri membelakangi Red.

Awalnya Red mengira sosok itu adalah maling yang masuk kedalam rumahnya, tapi belum sempat dia hendak menggebuki sosok itu, sosok itu sudah berdiri dibelakangnya sambil mengarahkan sebuah pedang berwarna hitam.

"Aku hanya datang berkunjung dan kau mau membunuhku?." Suara yang tidak asing terdengar di telinga Red.

Red berbalik, dia melihat wajah sosok itu, ternyata dia adalah dirinya yang lain.

Tampak sosok itu sedikit tersenyum dan menurunkan pedang hitamnya.

"Kau bisa masuk ke dunia ini?." Tanya Red bingung.

"Tenanglah, ini hanya sedikit kemajuan dari apapun yang 'mereka' lakukan untuk membangkitkanku." Jawabnya santai dan duduk di sebuah kursi, dia menggenggam erat pedang hitamnya.

"Tidak bisa dibilang tubuh asliku juga sih." Lanjutnya.

Red mengambil sebuah kursi dan duduk di hadapan 'dirinya' itu.

"Apakah ini artinya mereka sudah mulai berhasil?" Tanya Red.

Dirinya yang lain menyimpan pedangnya kedalam sebuah asap hitam. Asap hitam itu hilang setelah menelan habis pedang hitamnya.

Dia menatap ke sekelilingnya, menatap seluruh furnitur yang ada didapur itu, dia menyentuh meja makan dan mengelus meja itu sebentar.

Dari matanya, terlihat sedikit kesedihan disana.

"Bahkan jika kukatakan ini mulai menjadi buruk, tidak ada yang bisa kita lakukan." Ucapnya.

Red menghela nafas.

"Kau benar." Ucap Red pula.

"Maaf, seandainya saja aku tidak memilih pilihan yang salah, semua ini tidak akan terjadi."

Red hanya bisa menundukkan kepalanya mendengar perkataan itu.

Untuk beberapa saat suasana yang canggung menghiasi dapur itu.

"Kau lapar? Mau kumasakkan sesuatu?." Tanya Red pada dirinya yang lain itu, hanya sekedar memecahkan susana yang sepi itu.

"Ah... Aku..."

Dirinya yang lain itu tersenyum tipis.

"Aku tidak mempunyai tubuh saat ini, jadi aku tidak perlu makanan." Jawabnya.

"Begitu..."

"Maaf." Ucap diri lain Red itu dengan nada menyesal.

"Kau tidak perlu terus-terusan minta maaf, terutama padaku." Potong Red.

"Kau tahu, mungkin kau harus memaafkan dirimu dan melepaskan semua rasa bersalah serta perasaan khawatir didalam dirimu itu." Lanjut Red.

"Mudah untukmu mengatakan itu, sulit bagiku untuk kulakukan."

The Continents WorldsWhere stories live. Discover now